BAB IV. PEMBAHASAN  APLIKASI
4.1   Pendahuluan
Dalam  bab  ini  akan  diberikan  sebuah  contoh  perhitungan  pada  struktur  5 lantai  dimana  struktur  yang  analisa  adalah  sistem  rangka  pemikul  momen,  sistem
rangka berpengaku konsentrik dan struktur dengan sistem pendisipasi energi gempa yaitu  metallic  yielding  damper.Adapun  metallic  yielding  damper  yang  digunakan
yaitu metallic yielding damper berbentuk X dan Segiempat. Analisa dilakukan secara 2 dimensi, dalam pengerjaan analisa struktur dibantu dengan menggunakan program
SAP  2000  v14.  Akan  dilihat  perbedaan  respon  terhadap    gempa  antara  bangunan yang  disebutkan  di  atas  dan  juga  bangunan  yang  menggunakan  metallic  yielding
damper yang berbentuk X dan Segiempat serta perencanaan metallic yielding damper yang memperhitungkan Stiffness Ratio SR
≥ 2 dan SR yang jauh daripada dua2 atau bahkan satu 1.
Adapun data-data yang akan dipergunakan dalam analisa ini akan ditentukan sesuai dengan yang akan ditentukan sebagai berikut di bawah ini:
a Pada tugas akhir ini, material baja yang digunakan untuk pemodelan struktur
adalah material baja sebagai berikut: Pada perencanaan struktur digunakan baja yaitu BJ 37 SNI 03 - 1729 - 2002,
Material  dengan : 1. E = 2000000 Kgcm2
2. Tegangan putus fu = 370 Mpa = 3700 kgcm2
Universitas Sumatera Utara
3. Tegangan leleh fy = 240 Mpa = 2400 kgcm2 b
Suatu bangunan berlantai 5 dengan ketentuan sbb: 1.
Panjang bentang arah memanjang L = 10 m 2.
Tinggi kolom H = 3,75 m
4.2   Pengerjaan Model Struktur 4.2.1 Pemodelan struktur
Pemodelan  struktur  direncanakan  untuk  bangunan  perkantoran.  Pada  bagian pemodelan  ini  terdapat  3  macam  pemodelan  struktur  yaitu  sistem  rangka  pemikul
momen,  sistem  rangka  berpengaku  konsentrik,  dan  bangunan  dengan  menggunakan yielding  damper.  Bangunan  yielding  damper  ini  sendiri  akan  dibahas  mengenai
pengaruh  bentuk  damper  yaitu  X  dan  Segiempat  dan  pengaruh  stiffness  ratio  yaitu SR
≥ 2 dan SR =1.
Universitas Sumatera Utara
Model struktur adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1 Pemodelan Struktur
Pada  masing-masing  model  akan  dikerjakan  dengan  kombinasi  pembebanan yang  sama  untuk  dibandingkan  kekuatan  terhadap  simpangan,  momen,  dan  gaya-
gaya  yang bekerja. Model terdiri dari 5 lantai dan 3 bentang. Tinggi untuk masing- masing  lantai  adalah  3,75  m  dan  masing-masing  bentang  memiliki  panjang  10  m
dengan perletakan yang digunakan adalah jepit. Pada pemodelan struktur digunakan analisis  struktur  2  dimensi  yaitu  pada  bidang  x-z  pada  SAP  2000  v14  sehingga
struktur  dianggap  tidak  dapat  bergoyang  kearah  y.  Pada  model  struktur  dengan menggunakan  yielding  damper  tersebut  menggunakan  braced  frame  atau  struktur
Universitas Sumatera Utara
pengaku  tempat  meletakkan  damper  yang  akan  digunakan  seperti  yang  telah dijelaskan sebelumnya.
4.2.2 Pembebanan pada Struktur
Pada  kedua  model  struktur  dikerjakan  kombinasi  pembebanan  yang  sama. Beban yang bekerja pada struktur terdiri dari beban gravitasi beban mati dan beban
hidup dan beban gempa. Untuk beban gempa yang bekerja pada struktur digunakan beban  gempa  dengan  analisa  riwayat  waktu  menggunakan  rekaman  gempa  El-
Centro.
4.2.2.1. Beban gravitasi
Beban  gravitasi  pada  struktur  terdiri  dari  beban  mati  dead  load,beban  hidup  live load, dan super imposed dead loads. Pada pemodelan ini beban mati berat sendiri
akan dikalkulasikan secara otomatis oleh program sap 2000 V14. Sesuai SKBI – 1.3.5.3.1987, besarnya beban hidup yang direncanakan untuk
pelat  lantai  bangunan  yang  berfungsi  sebagai  gedung  kantor  adalah  250  kgm2. Sedangkan beban hidup untuk atap atau bagian atap yang dapat dicapai orang, harus
diambil minimum sebesar 100 kgm2 bidang datar. Pada pemodelan ini, pembebanan yang pada elemen balok dilakukan dengan menggunakan pembebanan perbentang 5
m  arah  sumbu  y  model  2  dimensi  struktur  terdapat  pada  bidang  x-z.  Dengan demikian, besarnya besarnya beban yang dipikul oleh balok adalah :
• Beban hidup pada lantai 1-4 : 250 kgm
2
x 5m = 1250 kgm = 12,5 kgcm
• Beban hidup pada atap  : 100 kgm
2
5m = 500 kgm   = 5 kgcm
Super Imposes Dead Loads untuk pelat lantai 1- 4 adalah :
Universitas Sumatera Utara
• penutup lantai keramik + spesi : 24kgm
2
x 5m   = 120 kgm   = 1,2 kgcm • plafon : 18 kgm
2
x 5m = 90 kgm
= 0,9 kgcm • lantai t
pelat
= 12cm :  288kgm
2
x 5m = 1440 kgm = 14,4 kgcm
• dinding bata 12 bata 250kgm
2
x 5m = 1250 kgm = 12,5 kgcm
• mechanical dan electrical 25kgm
2
x 5m = 125 kgm   = 1,25 kgcm +
Total = 3025 kgm = 30,25 kgcm
Super Imposes Dead Loads untuk pelat atap adalah : • Lantai t
pelat
=11cm : 264kgm
2
x 5m = 1320 kgm = 13,2 kgcm
• mechanical dan electrical 25kgm
2
x 5m = 125 kgm   = 1,25 kgcm
• Plafon : 18 kgm
2
x 5m = 90 kgm
= 0,9 kgcm + Total
= 1535 kgm = 15,35 kgcm Super  Imposes  Dead  Loads  diatas  akan  menjadi  beban  merata  yangditerima
oleh pelat. Selanjutnya mekanisme transfer beban akan disalurkan berturut-turut pada balok,  kemudian  kolom  dan  yang  terakhir  pada  pondasi.  Kombinasi  pembebanan
untuk beban gravitasi adalah sebagai berikut : • U = 1.4 DL
• U = 1.2 DL + 1.6 LL Dengan DL adalah beban mati dead load dan LL adalah beban hidup live
load.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.2. Beban gempa
Daerah  yang  ditinjau  untuk  dimasukkan  sebagai  data  gempa  masukan  pada tugas  akhir  ini  adalah  Nias  karena  di  daerah  Sumatera  Utara  daerah  Nias  memiliki
resiko  gempa  yang  besar.  Hal  ini  dapat  di  ketahui  pada  kejadian  gempa  bumi  pada tahun  2004  yang  mengakibatkan  kerusakan  yang  besar  pada  daerah  Nias.
Berdasarkan  peta  hazard  gempa  Indonesia  2010  untuk  Sumatera  Utara,  Nias merupakan daerah dengan percepatan puncak muka tanah yang besar.
Untuk perencanaan struktur bangunan gedung melalui analisis dinamik linier riwayat waktu terhadap pengaruh pembebanan gempa nominal, percepatan puncak di
permukaan tanah  dari gempa masukan harus diskalakan ke taraf pembebanan gempa nominal tersebut, sehingga nilai percepatan puncak A menjadi:
y =
YO z {
2.60 Dimana: Ao =Percepatan puncak muka tanah pada table 2.4
R =Faktor reduksi gempa representatif dari struktur bangunan gedung I =Faktor keutamaan
Besarnya  percepatan  puncak  di  permukaan  tanah  diperoleh  dengan mengalikan faktor amplifikasi untuk PGA FPGA dengan nilai PGA yang diperoleh
dari  Gambar  2.9,  Gambar  2.10,  atau  Gambar  2.11.  Besarnya  FPGA  tergantung dari  klasifikasi  site  yang  didasarkan  pada  Tabel  2.3  dan  nilainya  ditentukan  sesuai
Tabel 2.4.
Percepatan puncak di permukaan tanah dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut:
P
GAM
= F
PGA
x S
PGA
2.61
Universitas Sumatera Utara
dimana: PGAM   =  nilai  percepatan  puncak  di  permukaan  tanah  berdasarkan
klasifikasi site. FPGA   = faktor amplifikasi untuk PGA.
Percepatan  puncak  yang  di  dapat  dari  perhitungan  peta  gempa  2010  akan dimasukkan ke dalam persamaan 2.60.
Berdasarkan  peta  hazard  gempa  Indonesia  2010  terdapat  tiga  Gambar  yang menampilkan  percepatan  puncak  di  muka  tanah  yaitu  Gambar  2.9,  Gambar  2,10,
dan  Gambar  2.11.  Dari  ketiga  Gambar  tersebut  akan  diambil  nilai  percepatan puncak  di  permukaan  tanah  di  daerah  Nias.  Dari  Gambar  2.9,  Gambar  2.10,  dan
Gambar 2.11 disimpulkan untuk daerah Nias nilai percepatan puncak di permukaan
tanah  PGA  =  1,5G.  Direncanakan  jenis  tanah  tempat  bangunan  didirikan  adalah
tanah  sedang.  Sehingga  berdasarkan  table  2.4  untuk  S
PGA
=  1,5G  dan  jenis  tanah sedang didapat nilai F
PGA
= 1,0. Maka didapat berdasarkan persamaan 2.61: P
GAM
= F
PGA
x S
PGA
P
GAM
= 1,0 x 1,5G = 1,5G dimana:
PGAM = nilai percepatan puncak di permukaan tanah berdasarkan klasifikasi site.
FPGA = faktor amplifikasi untuk PGA. Nilai  P
GAM
ini  seharusnya  akan  direduksi  lagi  sesuai  dengan  kedaktailitasan dari  gedung  yang  dibahas  atau  yang  disebut  juga  denga  faktor  reduksi  R,  namun
pada  tugas  akhir  ini  nilai  percepatan  gempa  yang  digunakan  tetap  1,5  G  untuk melihat respon struktur yang direncanakan terhadap gempa besar.
Universitas Sumatera Utara
Nilai  dari  percepatan  puncak  di  permukaan  tanah  yang  telah  ditentukan  ini akan  dimasukkan  sebagai  masukkan  analisis  gempa  riwayat  waktu  yang
menggunakan  rekaman  gempa  El-centro  N-S  yang  telah  direkam  pada  tanggal  15 mei 1940 di California. Nilai percepatan maksimum dari rekaman gempa ini adalah
0,312G  sehingga  data  masukan  gempa  yang  telah  di  dapat  dari  peta  hazard  gempa Indonesia 2010 harus diskalakan terhadap nilai percepatan gempa El-centro.
Gambar 4.2. Rekaman percepatan permukaan tanah gempa El-centro.
Faktor skala =
,¥Ù ª,d Ù
= 4,807
Hal ini berarti nilai rekaman gempa El-centro diperbesar sebesar 4,8 kali. Hal ini  berlaku  untuk  SRBK.  Faktor  reduksi  gempa  R  pada  SRBK  adalah  6,4
sedangkan  untuk  SRPMK  faktor  reduksi  gempa  R  adalah  8,5  sehingga  nilai percepatan gempa untuk SRPMK lebih kecil dari SRBK yaitu :
Faktro skala =
•, ’,¥
P4,807 = 3,619 kali percepatan permukaan tanah rekaman gempaEl–centro.
Universitas Sumatera Utara
Kombinasi pembebanan untuk beban gravitasi adalah sebagai berikut : • U = 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 E
• U = 1,2 DL + 1,0 LL - 1,0 E • U = 0,9 DL + 1,0 E
• U = 0,9 DL - 1,0 E
4.3. Perencanaan Elemen Struktur Berdasarkan Beban Gravitasi DL + LL
Dengan  memasukkan  super  imposes  dead  load  pada  lantai  dan  atap  serta beban  hidup  pada  lantai  dan  atap  sebagai  input  pada  SAP  2000v14  sebagai  beban
gravitasi dengan struktur seperti pada Gambar 4.1.
Kombinasi pembebanan untuk beban gravitasi adalah sebagai berikut : • U = 1.4 DL
• U = 1.2 DL + 1.6 LL
Maka  di  dapat  hasil  dari  SAP  2000  tersebut  gaya  –  gaya  maksimum  yang terjadi pada elemen struktur, yaitu :
a. Balok :
Momen : 497,508 KNm = 49750,82 kgm = 4975082 kgcm
Gaya Lintang  : 292,1336 KN  =  29213,36 kg Normal
: -104,669 KN  = -10466,9 kg tekan b.
Kolom : Momen
: 233,958 KNm  = 23395,8 kgm = 2339581 kgcm Gaya Lintang  : -120,2026 KN  = -12020,26 kg
Normal : - 2575,763 KN  = - 257576,3 kg
Universitas Sumatera Utara
4.3.1 Perencanaan Elemen Balok pada Struktur
Besar gaya – gaya maksimum yang bekerja pada balok yaitu : Momen
: 497,508 KNm = 49750,82 kgm = 4975082 kgcm Gaya Lintang  : 292,1336 KN  =  29213,36 kg
Normal : -104,669 KN  = -10466,9 kg tekan
Pada elemen balok bekerja gaya lentur dan gaya geser. Gaya lentur dan gaya geser tersebut harus memenuhi persamaan sebagai berikut :
Mu ≤ Φ
b
Mn 3.25
Vu ≤ Φ
s
Vn 3.26
Dengan Φ
b
dan Φ
s
merupakan faktor reduksi yang masing – masing besarnya adalah 0,9 dan 0,85.
Mu ≤ Φ
b
Mn Mu ≤ Φ
b
Fy x Wx Wx
≥
Å. ∅
Û
Üv
Wx ≥
׳,¥ª’ O  ª
Ý
ÞA Lª,×NL ª  ß  ª
?
ÒàáN
= 2303,277 cm
3
Berdasarkan table profil baja menggunakan desain LRFD digunakan profil: WF 333,2 x 312,9 x 18 x 28,1
H  = 333,2 mm ix= 13,99 cm
B  = 312,9 mm iy  = 7,94 cm
tw= 18 mm Wx = 2675 cm
3
Universitas Sumatera Utara
tf  = 28,1 mm Wy = 917,1 cm
3
r  = 15,2 mm Zx = 3053 cm
3
Ix = 44.560 cm
4
Zy = 1399 cm
3
Iy = 14.349 cm
4
Pada  perencanaan  balok  dilakukan  pengecekan  terhadap  hal  –  hal  sebagai berikut:
5. Cek terhadap kelangsingan penampang :
• Untuk pelat sayap 3.27:
¹ =
µ 9™
≤ ¹
8
=
³ª U™
¹ =
d ,× L ’, N
= 5,57   ¹
8
=
³ª √ ª
= 10,97 Lã N
¹  ¹
8
Penampang kompak •
Untuk pelat badan 3.30 ¹ =
”; L9™=GN 9½
≤ ¹
8
=
•’ª U™Z
, untuk penampang kompak ¹ =
ddd, ; L ’, = ¥, N ’
≤ ¹
8
=
•’ª √ ª
¹ = 13,7  ¹
8
=  108,44   OK 6.
Cek terhadap kapasitas lentur batang : •
Untuk penampang kompak 3.32 : Mn = Mp
Mp = Zx.Fy Mn = 3053 x 10
-6
m x 240 x 10
6
Nm
2
Mn = 732.720 Nm = 732,72 KNm
Universitas Sumatera Utara
Mn = 7.327.200 kgcm Maka,
Mu ≤ Φ
b
Mn 497,508 KNm
≤0,9 732,72KNm 497,508 KNm
≤ 659,448 KNm OK
7. Cek terhadap kapasitas geser penampang:
Kuat geser nominal Vn pelat badan untuk profil yang berpenampang kompak adalah sebagai berikut :
Vn = 0,6 fy Aw 3.34
Persamaan ini akan berlaku jika memenuhi persamaan 3.35, yaitu:
” 9½
≤ 1,1J
B
Â
™Z
à = 5 +
¥ E
Ä ›
H
?
, untuk nilai ah = ~, maka Kn = 5
” 9½
=
ddd, ’
≤ 1,1J
¥ L ,  O  ª
Ý
Åå¶N ª LÅå¶N
18,5 ≤ 66,14  OK Maka persamaan 3.34 atau kapasitas geser penampang adalah
Vn = 0,6 x 240 x 10
6
Nm
2
x 0,277 x 0,018 m
2
Vn = 717,984 KN = 7.179.840 kgf Maka persamaan 3.34 harus memenuhi persamaan :
Vu ≤ Ø
s
V
n
3.37 292,1336 KN  ≤ 0,85 717,984 KN
292,1336 KN 610,286 KN
OK
Universitas Sumatera Utara
8. Cek terhadap kombinasi geser dan lentur penampang:
Momen  dianggap  dipikul  oleh  seluruh  penampang,  sehingga  balok  harus direncanakan memikul kombinasi geser dan lentur, yaitu :
Å. ØÅ
+  0,625
Ç. ØÇ
≤ 1,375 3.38
׳,¥ª’ •¥×,’
+  0,625
× , dd• • ª, ’•
≤ 1,375 1,054   1,375
OK 9.
Syarat lendutan: Tumpuan balok jepit – jepit :
=
. æ
ç
d’ z
=
L , \= ,•Næ
ç
d’ z
=
L ,³¥ B AN’ªª
ç
d’ Ô ,  O
°èéÌê ST?
Ö.¥•ª A
ç
= 0,487 cm Lendutan maksimum untuk balok pemikul dinding atau finishing  yang  getas
adalah
È É
=
ëÉÉ É
= 2,22 3. Maka, = 0,487 cm  2,22 3  OK
4.3.2 Perencanaan Elemen Kolom pada Struktur
Besar gaya – gaya maksimum yang bekerja pada balok yaitu : Momen
: 233,958 KNm  = 23395,8 kgm = 2339581 kgcm Gaya Lintang  : -120,2026 KN  = -12020,26 kg
Normal : - 2575,763 KN  = - 257576,3 kg
Pada  elemen  kolom  bekerja  gaya  normal  dan  gaya  lentur.  Gaya  lentur  dan gaya normal tersebut harus memenuhi persamaan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Mu ≤ Φ
b
Mn 3.25
Nu ≤ Φ
s
Nn 3.26
Dengan Φ
m
dan Φ
s
merupakan faktor reduksi yang masing – masing besarnya adalah 0,9 dan 0,85.
Nu ≤ Φ
s
Nn Nu ≤ Φ
s
Ag Fyw, dimana w = 1. y} ≥
Þ. O ½ ∅í ´Z
y} ≥
¥³¥,³•d O  ª
‘
Þ O ª,’¥ L ª O
°èéî T?
N
Ag ≥ 0,012626 m
2
Ag ≥ 126,26 cm
2
Luas  penampang  balok,  Ag  =  227,7  cm
2
Ag  kolom  perlu,  untuk perencanaan bangunan Strong Colum Weak Beam SCWB, maka Ag kolom = 1,1 x
Ag balok SNI 1729 – 2002, maka Ag kolom ≥ 1,1  227,7  ≈ 250,47 cm
2
. Dipakai profil WF 348 x 317 x 22,1 x 35,6
H  = 348,2 mm ix= 14,37 cm
B  = 317 mm iy  = 8,09 cm
tw= 22,1 mm Wx = 3424 cm
3
tf  = 35,6 mm Wy = 1193 cm
3
r  = 15,2 mm Zx = 3975 cm
3
Ix = 59.608 cm
4
Zy = 1823 cm
3
Universitas Sumatera Utara
Iy = 18.909 cm
4
A  = 288,4 cm
2
Pada  perencanaan  kolom  dilakukan  pengecekan  terhadap  hal  –  hal  sebagai berikut :
7. Cek terhadap kelangsingan penampang:
• Untuk pelat sayap 3.27:
¹ =
µ 9™
≤ ¹
8
=
³ª U™
¹ =
d ³ Ld¥,•N
= 4,452   ¹
8
=
³ª √ ª
= 10,97 Lã N
¹  ¹
8
Penampang kompak •
Untuk pelat badan3.30 : ¹ =
”; L9™=GN 9½
≤ ¹
8
=
•’ª U™Z
, untuk penampang kompak ¹ =
d’, ; Ld¥,•= ¥, N ,
≤ ¹
8
=
•’ª √ ª
¹ = 11,16  ¹
8
=  108,44   OK 8.
Cek terhadap kapasitas lentur batang : •
Untuk penampang kompak : Mn = Mp
Mp = Zx.Fy Mp = 3975 x 10
-6
m x 240 x 10
6
Nm
2
Mp = 954.000 Nm = 954 KNm = 9.540.000 kgcm Maka,
Mu ≤ Φ
b
Mn 233,958 KNm
≤0,9 954 KNm 233,958 KNm
≤ 858,6 KNm OK
Universitas Sumatera Utara
9. Cek terhadap kelangsingan elemen tekan :
¹ =
Ì
G
TÍÂ
≤  200 3.39
¹ =
ª,•¥ O d³¥ ’,ª×
≤  200, dimana  kondisi joint adalah jepit – jepit, kc = 0,65
¹ =  30,129  ≤  200  OK 10.
Cek terhadap tekuk local : Pelat sayap  :
¹ =
µ 9™
≤ ¹
G
=
¥ª U™
3.40 ¹ =
d ³ Ld¥,•N
≤  ¹
G
=
¥ª √ ª
¹ =  4,45  ≤ ¹
G
=  16,14  OK Pelat badan :
¹ =
”Î 9½
≤  ¹
G
=
•• U™
; h’ = h – 2t
f
+ r 3.41
¹ = 348,2 − 2L35,6 + 15,2N
22,1 ≤ ¹
G
= 664
√240 ¹ =  11,15  ≤ ¹
G
=  42,86  OK 11.
Cek terhadap tekuk lentur : •
¹
O
=
¾
Ï
`
J
™Z
3.42 Dimana,
¹
O
=
Ì
G
Ï
¹
O
=
d,³¥ ,d³
= 16,9, maka :
¹
O
=
•,× d,
J
ª O ª
Ý
= 0,187
• ¹
Z
=
¾ `
J
™Z
3.43
Universitas Sumatera Utara
Dimana, ¹
Z
=
Ì
GZ
¹
O
=
d,³¥ ’,ª×
= 30,13, maka :
¹
O
=
dª, d d,
J
ª O ª
Ý
= 0,332 Maka
¹
O
= 0,332 025   ¹
= 0,332 ≤ 1,2
ω =
,d ,•;ª,•³¾
S
=
,d ,•;ª,•³Lª,dd N
= 1,038 3.44
Kapasitas tekan penampang : •
N
n
= A
g ™Z
ω
3.45
N
n
= 288,4 x 10
4
m
2
x
ªO ª
é
ÞA
1,038
N
n
= 6668,21 KN = 666821 kgf
•
Ø
n
N
n
≥ N
u
0,85 6668,21 KN ≥
2575,73 KN 5667,97 KN
≥ 2575,73 KN
OK 12.
Cek terhadap kombinasi tekan dan lentur : •
Òƒ ØÒÓ
≥ 0,2 3.47
Òƒ ØÒÓ
=
¥³¥,³d ðÒ ¥••³,׳ ðÒ
= 0,454  ≥ 0,2 Gaya normal dominan.
Maka, •
Òƒ ØÒÓ
+
’ ×
Ô
Å
£Ï
Ø
Õ
Å
ÂÏ
+
Å
£
Ø
Õ
Å
Â
Ö ≤ 1
¥³¥,³d ¥••³,׳
+
’ ×
E
dd,×¥’ ’¥’,•
+
dd,×¥’ ’¥’,•
H = 0,711 ≤ 1 OK
Universitas Sumatera Utara
Elemen struktur yang telah ditentukan di atas akan digunakan sebagai elemen struktur pada semua jenis struktur yang dibahas pada tugas akhir ini.
4.4  Perencanaan Metallic Yielding Damper
H = 3,75 m = 375 cm Diharapkan rotasi yang terjadi pada damper tidak terlalu besar melampaui
rotasi yang terjadi pada kolom. Direncanakan ñò = 10 ñ0, maka
¬
=
B
, ñò P ℎ =  P ñ0,  dimana ñò = 10 ñ0,
10 ñ0 P ℎ = 375 3 P ñ0
h =
d³¥ O óB ª O óB
= 37,5 cm ≈ 38 cm.
Universitas Sumatera Utara
4.4.1  Metallic Damper Bentuk X Dengan Stiffness Ratio SR = 2,18.
Menurut Hourglass, yielding damper dapat diidealisasikan sebagai berikut :
t = 2,5 cm ;
b
2
= 0,1 h
d
= 0,1 x 38 =3,8cm
b
1
= 0,6 h
d
= 0,6 x 38 = 22,8 ≈23cm
Material yieldind damper direncanakan sebagai baja lunak  yaitu BJ 34 SNI 03 - 1729 - 2002, Material  dengan :
1. E = 2000000 Kgcm2 2. Tegangan putus fu = 340 Mpa = 3400 kgcm2
3. Tegangan leleh fy = 210 Mpa = 2100 kgcm2 Maka akan didapat kekakuan damper yaitu :
• Kd =
’  z ”
‘
, dimana I =
µ
°
9
‘
, sehingga :
Kd =
µ
°
9
‘
d”
‘
Kd  =
,ª O  ª
é
L dNL ,¥N
‘
dLd’N
‘
Kd  = 8732,44 kgcm Dipakai 20 damper, sehingga Kd = 8732,44 x 20 = 174.648,8 kgfcm
• Vp = Kd x ud, dimana ud =
ŸZ O ”
?
9
dan Kd =
µ
°
9
‘
d”
‘
, sehingga:
Vp =
µ
°
9
‘
d”
‘
x
ŸZ O ”
?
9
=
ŸZ O
œ
1 9
?
d ”
?
Vp =
L ªªNL dNL ,¥N dLd’N
=
2648,026 kg
Universitas Sumatera Utara
Dipakai 20 damper, sehingga Vp = 2648,026 x 20 = 52.960,53 Kgf. •
Mencari Kekakuan Bresing Kekakuan  bresing  direncanakan  minimal  dua  kali  lebih  besar  dari  pada
kekakuan damper. Hal ini bertujuan agar bresing mampu mentransfer gaya gempa  yang  diterimanya  dan  disalurkan  pada  damper  sehingga  damper
dapat meleleh dan bresing masih dalam keadaan elastis. Digunakan ratio
· \
= 2,5 Maka kekakuan bresing adalah :
Kb  = 2,5 Kd Kb  = 2,5 165.916,36 kgfcm
Kb  = 436.622 kgfcm, •
Mencari dimensi profil bresing
Menurut prinsip mekanika, pada suatu batang tarik akan diperoleh hubungan, P =
,
dimana =  cos ,dan H = P cos , maka akan diperoleh
H = P = +,    2.6
Kekakuan merupakan gaya per perpindahan, yaitu k =
- .
, maka
Universitas Sumatera Utara
k = +,
2.7 dimana,
h’ = 375-38  = 337 cm a  = 5 m
= 500cm L  =
UL337N + L500N = 602 3 = ôK. tan
dd³ àá ¥ªªàá
= 33,8
÷
Maka, Kb =
+,
A =
µ LYí
?
øN
A =
Ed•.•
ùúû üý
HL•ª AN O  ª
é
B A
?
Lª,•×N
=
190,468 cm
2
Dipakai Bresing menggunakan profil WF 254x254x19,18x31,75
H  = 274 mm ix= 11,8 cm
B  = 264 mm iy  = 6,81 cm
tw= 19,18 mm Wx = 2060 cm
3
tf  = 31,75 mm Wy = 742 cm
3
r  = 12,7 mm A  = 212,3 cm
2
Ix = 29.800 cm
4
Iy = 9820 cm
4
Gaya  yang  bekerja  pada  elemen  bracing  adalah  gaya  aksial  dan  lentur. Elemen  bracing  diasumsikan  sebagai  elemen  rangka  batang  yang  menerima  gaya
aksial dan lentur. Pengecekan dilakukan pada kapasitas tekan penampang dan tidak dilakukan  pada  kapasitas  tarik  penampang  karena  kapasitas  tarik  selalu  lebih  besar
Universitas Sumatera Utara
dari kapasitas tekan penampang. Beberapa pengecekan yang dilakukan pada elemen bresing, yaitu :
4. Cek terhadap kelangsingan elemen struktur tekan :
¹ =
Ì
G
TÍÂ
≤  200 3.39
¹ =
dª •,’
= 44,199  ≤  200 OK
5. Cek kelangsingan terhadap tekuk lokal :
Pelat sayap  : ¹ =
µ 9™
≤ ¹
G
=
¥ª U™
3.40 ¹ =
• Ld ,³¥N
= 4,157  ≤ ¹
G
=
¥ª √ ª
= 16,137  OK
Pelat badan : ¹ =
”Î 9½
≤  ¹
G
=
•• U™
h’ = h – 2t
f
+ r 3.41
¹ =
³; Ld ,³¥= ,³N ×, ’
= 9,65   ≤ ¹
G
=
•• √ ª
= 42,86  OK 6.
Cek terhadap lentur akibat tekan: ¹
O
=
¾
Ï
`
J
™Z
3.42 ¹
O
=
Ì
G
Ï
=
dª ,’
= 25,51, maka :
¹
O
=
¥,¥ `
J
ª O ª
Ý
= 0,28
¹
Z
=
¾ `
J
™Z
3.43 ¹
Z
=
Ì
G
=
dª •,’
= 44,1, maka :
¹
Z
=
, `
J
ª O ª
Ý
= 0,486
Universitas Sumatera Utara
Ambil nilai ¹
yang terbesar, ¹
Z
= 0,486 Ketentuan untuk
¹ :
025   ¹ = 0,486
≤ 1,2 ω =
,d ,•;ª,•³¾
S
= 1,122 3.44
Kapasitas tekan penampang : N
n
= A
g ™Z
ω
Ø
n
N
n
= 212,3 cm
2
ªªB A
?
1,122
0,85 = 385.995,6kg = 4541,12KN
Ø
n
N
n
≥ N
u
• Kekakuan bresing aktual adalah :
Kb =
L ,dNL  O  ª
é
N •ª
+,  33,8
Y
Kb =
486.667,77
cm
2
• Kekakuan gabungan bresing dan yielding damper:
Ka =
µ O  ¬ µ= ¬
=
’•.••³,³³ O  ³.•’,’ ’•.••³,³³=  ³.•’,’
= 128.525,3476 0}3
• Kekakuan tingkat:
Kekakuan tingkat diwakili oleh kekakuan kolom pada tingkat tersebut. Pada struktur yang dibahas pada tugas akhir ini, joint pada kolom merupakan
tumpuan jepit – jepit, sehingga kekakuan kolom adalah
Universitas Sumatera Utara
ℎ ℎ
ℎ ℎ
h d = y
=
•z ”
?
2 dan
=
•z ”
?
2 =
Å
°
”
+
Å
?
”
=
•z ”
‘
+
•z ”
‘
2 =
z ”
‘
2
Karena  K =
å Z
dan P = H
1
, maka :
K=
-
°
Z
=
z ”
‘
2.2 K
k
=
– O ª
é
˜L¥×•ª’N d³¥
‘
= 27.128,26 0}3 Kekakuan tingkat Kf =
∑ 0 Kf = 4 x 27.128,6 kgcm
Kf = 108.513,05 kgcm •
Stiffness Ratio : Perbandingan antara kekakuan tingkat dengan menggunakan yieldind damper
dan kekakuan tingkat tanpa yielding damper. SR =
¶= ™ ™
SR =
’.¥ ¥,d³•=L ª’.¥ d,ª¥N ª’.¥ d,ª¥
= 2,18
Universitas Sumatera Utara
• Post Yielding Stiffness Ratio
: =
™ ™= ¶
=
ª’.¥ d,ª¥ ’.¥ ¥,d³•=L ª’.¥ d,ª¥N
= 0,45 Nilai  –  nilai  di  atas  akan  dimasukkan  sebagai  input  data  untuk  Yieldind
Damper .
4.4.2  Metallic Damper Bentuk Segiempat Dengan Stiffness Ratio SR = 2,23
Direncanakan dimensi yielding damper bentuk segiempat adalah :
hd   = 38 cm tp   = 2 cm ; b
= 23 cm
• Kd =
z ”
‘
, dimana I =
µ
°
9
‘
, sehingga :
Kd =
µ
°
9
‘
”
‘
Kd  =
,ª O  ª
é
L dNL ,¥N
‘
Ld’N
‘
Kd  = 13.098,67 kgcm Dipakai 14 damper, sehingga Kd = 13.098,67 x 14 = 183.381,38 kgfcm
• Vp = Kd x ud, dimana ud =
ŸZ O ”
?
d  9
dan Kd =
µ
°
9
‘
”
‘
, sehingga:
Vp =
µ
°
9
‘
”
‘
x
ŸZ O ”
?
d  9
=
ŸZ O
œ
1 9
?
d ”
?
Vp =
L ªªNL dNL N dLd’N
=
1694,74 kg Dipakai 14 damper, sehingga Vp =  1694,74 x 14 = 23.726,32 Kgf.
Universitas Sumatera Utara
Digunakan  bresing  sama  dengan  bresing  pada  yielding  damper  X  yaitu  WF 254x254x19,18x31,75 .
Kekakuan bresing  Kb = 486.667,77 cm
2
kekakuan tingkat Kf = 108.513,05 kfcm •
Kekakuan gabungan bresing dan yielding damper: Ka =
µ O  ¬ µ= ¬
=
’•.••³,³³ O  ’d.d• ,d’ ’•.••³,³³=  ’d.d• ,d’
= 133.192,92 0}3 •
Stiffness Ratio : Perbandingan antara kekakuan tingkat dengan menggunakan yielding damper
dan kekakuan tingkat tanpa yielding damper. SR =
¶= ™ ™
SR =
dd. × ,× =L ª’.¥ d,ª¥N ª’.¥ d,ª¥
= 2,23 •
Post Yielding Stiffness Ratio :
=
™ ™= ¶
=
ª’.¥ d,ª¥ dd. × ,× =L ª’.¥ d,ª¥N
= 0,448 Nilai  –  nilai  di  atas  akan  dimasukkan  sebagai  input  data  untuk  Yielding
Damper .
4.4.3  Metallic Yieding Damper Dengan Stiffness Ratio SR = 1,15
Pada yielding damper ini tidak diperhitungkan perbandingan kekakuan antara tingkat  dengan  damper  dan  tingkat  tanpa  damper
≥  2.  Hal  ini  dilakukan  untuk melihat seberapa efektif efek Stiffness Ratio. Sehingga nilai Stiffness Ratio SR 2.
Universitas Sumatera Utara
Dimensi yielding damper dalam hal ini sama dengan dimensi yielding damper bentuk X.
hd   = 38 cm tp   = 2,5 cm
b
1
=23 cm  ; b
2
= 3,8 cm •
Kd =
’  z ”
‘
, dimana I =
µ
°
9
‘
, sehingga :
Kd =
µ
°
9
‘
d”
‘
Kd  =
L ,ª O  ª
é
N L dNL ,¥N
‘
dLd’N
‘
Kd  = 8732,44 kgcm Dipakai 2 damper, sehingga Kd = 8732,44 x 2 = 17.464,88 kgfcm
• Vp = Kd x ud, dimana ud =
ŸZ O ”
?
9
dan Kd =
µ
°
9
‘
d”
‘
, sehingga:
Vp =
µ
°
9
‘
d”
‘
x
ŸZ O ”
?
9
=
ŸZ O
œ
1 9
?
d ”
?
Vp =
L ªªNL dNL ,¥N dLd’N
=
2648,026 kg
Dipakai 2 damper, sehingga Vp = 2648,026 x 2 = 5.296,053 Kgf.
• Bresing yang digunakan sama dengan bresing yang digunakan
untuk struktur yang lain yaitu WF 254x254x19,18x31,75 dengan kekakuan bresing adalah Kb =
486.667,77 cm
2
• Kekakuan gabungan bresing dan yielding damper:
Universitas Sumatera Utara
Ka =
µ O  ¬ µ= ¬
=
’•.••³,³³ O  ³.•,’’ ’•.••³,³³=  ³.•,’’
= 16.859,84 0}3 •
Stiffness Ratio : Perbandingan  antara  kekakuan  tingkat  dengan  menggunakan  yielding
damper dan kekakuan tingkat tanpa yielding damper. SR =
¶= ™ ™
SR =
•.’¥×,’d•=L ª’.¥ d,ª¥N ª’.¥ d,ª¥
= 1,15, Dapat  dilihat  dari  nilai  SR  yaitu  kekakuan  tingkat  dengan  menggunakan
damper hampir sama dengan kekakuan tingkat tanpa yielding damper. •
Post Yielding Stiffness Ratio :
=
™ ™= ¶
=
ª’.¥ d,ª¥ •.’¥×,×d•=L ª’.¥ d,ª¥N
= 0,865
4.5  Kesimpulan Perencanaan
Elemen – elemen struktur untuk masing – masing struktur dapat disimpulkan, yaitu :
• SRPMK :
Balok   : WF 333,2 x 312,9 x 18 x 28,1 Kolom  : WF 348 x 317 x 22,1 x 35,6
• SRBK :
Balok : WF 333,2 x 312,9 x 18 x 28,1
Kolom : WF 348 x 317 x 22,1 x 35,6
Bracing : WF 254x254x19,18x31,75
• Bangunan dengan Yielding Damper X :
Balok : WF 333,2 x 312,9 x 18 x 28,1
Universitas Sumatera Utara
Kolom : WF 348 x 317 x 22,1 x 35,6
Bracing : WF 254x254x19,18x31,75
Damper X  : hd : 38 cm Kd  : 174.648,8 kgfcm
B  : 23 cm Vp  : 52960,52 kg
tp  : 2,5 cm α  : 0,45
Jumlah damper, N = 20 buah. •
Bangunan dengan Yielding Damper Segiempat : Balok
: WF 333,2 x 312,9 x 18 x 28,1 Kolom
: WF 348 x 317 x 22,1 x 35,6 Bracing
: WF 254x254x19,18x31,75 Damper X  : hd : 38 cm
Kd  : 183.381,38 kgfcm B  : 23 cm
Vp  : 23.726.315 kg tp  : 2 cm
α  : 0,448 Jumlah damper, N = 14 buah
• Bangunan dengan Yielding Damper X SR = 1,15:
Balok : WF 333,2 x 312,9 x 18 x 28,1
Kolom : WF 348 x 317 x 22,1 x 35,6
Bracing : WF 254x254x19,18x31,75
Damper X  : hd : 38 cm Kd  :
16.859,84 0}3 B  : 23 cm
Vp  : 5.296,053 kg tp  : 2 cm
α  : 0,45
Jumlah damper,N= 2 buah
Universitas Sumatera Utara
4.6  Prosedur Analisa Struktur Dengan Menggunakan SAP2000 v14.