2.3.3.1. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Inti teori Maslow ialah bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hirarki Maslow, 1954 dalam Gibson dkk, 1997. Tingakt kebutuhan yang paling rendah
adalah kebutuhan fisiologis dan tingkat tertinggi ialah kebutuhan akan perwujudan diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut didefinisikan sebagai berikut:
a. Fisiologis: kebutuhan makan, minum, tempat tinggal, dan bebas dari rasa sakit.
b. Keselamatan dan keamanan: kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, yakni
aman dari ancaman kejadian atau lingkungan. c.
Rasa memiliki, sosial, dan cinta: kebutuhan akan teman, afiliasi, interkasi, dan cinta
d. Harga diri: kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain
e. Perwujudan diri: Kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan
memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian, dan potensi. Dari uraian pendapat Gibson dkk 1997 tentang teori Maslow dapat
disimpulkan bahwa teori Maslow mengasumsikan orang berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih pokok sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan
yang lebih tinggi. Hal ini didasarkan atas anggapan bahwa orang memiliki keinginan untuk berkembang dan maju. Meskipun banyak dikritik, teori Maslow masih
memiliki relevansi untuk menjelaskan implikasi menejerial guna memotivasi karyawan. Logikanya, memotivasi karyawan akan lebih besar kemungkinan
berhasilnya bila menejer mengarahkan perhatian untuk memperbaiki kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan yang belum dipenuhi sama sekali adalah potensi yang
Universitas Sumatera Utara
berbahaya bagi menejer karena dapat menyebabkan frustasi, konflik, dan ketegangan mental.
2.3.3.2.Teori Dua Faktor Frederick Herzberg
Herzberg mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang motivasi Herzberg, 1959 dalam Gibson dkk, 1997. Penelitian awal Herzberg
menghasilkan dua kesimpulan khusus mengenai teori tersebut. Pertama, ada serangkaian kondisi ekstrinsik, keadaan pekerjaan job context yang menghasilkan
ketidakpuasan di kalangan karyawan jika kondisi tersebut tidak ada, sehingga tidak perlu memotivasi karyawan. Kondisi tersebut adalah faktor-faktor yang membuat
orang merasa tidak puas dissatisfier factors atau disebut juga faktor higiene. Faktor- faktor tersebut mencakup upah, jaminan pekerjaan, kondisi kerja, status, prosedur
perusahaan, mutu supervisi, dan mutu hubungan antar pribadi. Kedua, serangkaian kondisi intrinsik, isi pekerjaan job content yang apabila
ada dalam pekerjaan tersebut akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. Jika kondisi tersebut ada maka tidak
akan timbul rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Faktor-faktor dari rangkaian ini disebut pemuas atau motivator yang meliputi prestasi, pengakuan, tanggung jawab,
kemajuan, pekerjaan itu sendiri, dan kemungkinan berkembang.
2.3.3.3. Teori Prestasi McClelland