Penulis tertarik untuk mencoba penerapan sistem kontrak bagi dokter-dokter PPK I. Penulis berpendapat mestinya dokter lebih terikat dengan PPK I meskipun
selama kurun waktu terbatas. Dengan sistem kontrak, paling tidak kohesifitas dokter- PPK I bisa diperpanjang misalnya 5 tahun. Supaya dokter tidak merasa terpaksa
dalam mengikat kontrak maka beberapa kompensasi kontrak harus diterapkan seperti: a standarisasi penggajian misalnya Rp 5 juta per-bulan, b pelatihan dokter
keluarga, seminar dan workshop yang relevan untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dokter, dan c penempatan sebagai Pegawai Tidak Tetap PTT di PPK I.
Dengan sistem kontrak ini maka PT. Jamsostek Persero akan lebih mudah dan terarah dalam melaksanakan pembinaan dan supervisi.
5.2.2. Pemenuhan Faktor Higienis
Herzberg dalam Gibson dkk 1998 juga telah menjelaskan adanya kondisi ekstrinsik atau keadaan pekerjaan job context atau disebut juga faktor higienis yang
menghasilkan ketidakpuasan dikalangan karyawan apabila kondisi tersebut tidak ada. Memperhatikan hasil penelitian, tampak nilai faktor higienis kondisi ekstrinsik
hanya 51,06 dari total nilai 100. Artinya, pemenuhan faktor higienis hanya sebesar 51,06 saja. Sebagian responden mengatakan faktor higienis ini ada sementara
sebagian lain mengatakan tidak ada. Dari distribusi nilai faktor higienis diperoleh informasi bahwa 36,4 dokter merasakan pemenuhan faktor higienis ini pada taraf
yang rendah dan sisanya 63,6 menyatakan pemenuhan tersebut pada taraf sedang. Tidak ada satupun responden yang menyatakan pemenuhan faktor higienis ini pada
Universitas Sumatera Utara
taraf yang tinggi. Dengan demikian penulis melihat sesungguhnya pemenuhan faktor higienis cenderung rendah.
Penilaian penulis ini diperkuat oleh data kwalitatif yang penulis peroleh selama melakukan penelitian. Tiga dari 44 responden secara eksplisit menyatakan
bahwa keberadaan mereka di PPK I hanya sekedar mengisi waktu luang sehingga sulit menciptakan keseriusan kerja. Dukungan lain datang dari data distribusi
responden berdasarkan masa kerja Tabel 4.3. Tampak 47,7 responden memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun. Konfirmasi dengan pemilikpemimpin PPK I
menghasilkan informasi bahwa PPK I kesulitan memberikan pelayanan kesehatan yang baik karena tingginya mutasi dokter. Turn over interval dokter mencapai 1-2
kali dalam 1 tahun. Artinya, masa kerja dokter rata-rata 6-12 bulan. Tampaknya dokter PPK I memang tidak bertahan lama bertugas di PPK I. Para dokter berpraktik
dengan kinerja standar, tetapi bila ada kesempatan untuk mengundurkan diri mereka akan sangat mudah memanfaatkan kesempatan itu. Pendapat penulis ini tidak jauh
berbeda dengan pendapat Gibson dkk 1998 yang mengkaitkan imbalan dengan tingkat absensi dan mutasi karyawan. Bagaimanapun, faktor higienis Herzberg mirip
dengan faktor imbalan Gibson Gibson dkk, 1998. Data distribusi penilaian indikator pada variabel motivasi sebagaimana
dituangkan pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa indikator Gaji memiliki skor terendah dari seluruh indikator yang diuji. Artinya, Gaji yang diperoleh dokter PPK I
memang belum mencukupi seperti harapan dokter. Akibatnya, dokter PPK I lebih mudah memilih mutasi bila tersedia kesempatan untuk itu.
Universitas Sumatera Utara
Satu hal yang kiranya perlu ditelaah lebih lanjut adalah bagaimana proses rekrutmen dokter PPK I berlangsung. Penulis menduga bahwa pada proses ini dokter
tidak memperhitungkan kelengkapan fasilitas klinis yang dimiliki PPK I di awalnya, paling tidak kurang memperhatikan sinkronisasi antara kebutuhan dokter sebagai
klinisi dengan ketersediaan sumber daya PPK I. Idealnya, proses rekrutmen dokter PPK I dapat mengikuti skenario sebagaimana gambar 5.1 berikut.
Gambar 5.1. Skenario Rekrutmen Dokter PPK I yang Ideal
Penulis berpendapat pentingnya menyusun sebuah standarisasi PPK I yang terkait dengan ketersediaan fasilitas pelayanan medis rutin dan gawat darurat,
maupun fasilitas non medik lainnya sehingga para dokter yang bekerja di PPK I lebih
SKENARIO PROSES REKRUTMEN DOKTER PPK I
Dokter bertemu dengan pemimpin PPK I dan mulai membicarakan kemungkinan sang dokter berpraktik di PPK I yang bersangkutan. Pada pembicaraan tersebut tidak dibahas hal-hal yang bersifat
klinis fasilitas yang tersedia untuk menyelenggarakan transaksi terapetik dan asuhan medis. Pembicaraan hanya membahas mengenai salary dan waktu praktik saja.
Negosiasi
Seyogyanya, sang dokter memulai negosiasi dengan meminta data-data tentang hal-hal yang
berkaitan dengan pekerjaan sebagai klinisi disamping salary dan jadwal praktik tentunya.
Data yang dibutuhkan antara lain: 1.
data demografi peserta umur, sex 2.
data kesakitan KIA, angka kesakitan, cakupan imunisasi, akseptor KB
3. Fasilitas medis fasilitas rutin, gawat darurat
4. Ketersediaan obat-obatan obat rutin, obat
gawat darurat
Manfaatnya
Data demografi
Pemetaan calon pasien, promosi kesehatan
Angka kesakitan
Tindakan kuratif yang adekuat
Cakupan imunisasi
Tindakan Preventif
Fasilitas medis
Fasilitas pertolongan yang dimiliki
KIA
Tindakan preventif
Verifikasi dan Sinkronisasi
Dokter menelaah keseusian antara kebutuhan dokter sebagai klinisi dengan ketersediaan fasilitas medis dan obat-obatan.
DEAL
Bila sesuai antara kebutuhan klinisi dengan ketersediaan fasilitas medis dan obat-obatan
. NO DEAL
Bila tidak sesuai antara kebutuhan klinisi dengan ketersediaan fasilitas medis dan obat-
obatan
.
Universitas Sumatera Utara
mudah dalam menjalankan praktik kedokteran. Bagaimanapun, kesulitan dokter dalam menjalankan praktiknya berdampak negatif bagi PT. Jamsostek Persero.
5.3. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Dokter Merujuk Pasien di PPK I