Customer Loyalty TINJAUAN PUSTAKA

5. Word of mouth relationship Menurut Schnaars dalam Hasan, 2008:67, pelanggan yang puas dapat menjadikan: a. Hubungan antara perusahaan dan pelanggan menjadi harmonis b. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan c. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan perusahaan.

2.5 Customer Loyalty

2.5.1 Pengertian Customer Loyalty

Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk mendefenisikan Customer loyalty. Defenisi Customer loyalty menurut Oliver dalam Situmorang, 2009:131 adalah Customer loyalty is a deeply held commitment rebuy or repatronize a preferred product or service consistently in the future, despite situasional influences and marketing effortd having the potential to cause switching behaviour. Sedangkan menurut Griffin 2002:5, Customer loyalty adalah suatu perilaku yang ditunjukkan dengan pembelian rutin, didasarkan pada unit pengambilan keputusan. Menurut Griffin 2002:31, pelanggan yang loyal adalah orang yang melakukan pembelian secara teratur, membeli antarlini produk dan jasa, mereferensikan kepada orang lain, dan menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing. Jadi, loyalitas bukan tentang persentase dari pelanggan yang sebelumnya membeli, tetapi tentang pembelian ulang. Loyalitas adalah tentang Universitas Sumatera Utara persentase dari orang yang pernah membeli dalam kerangka waktu tertentu dan melakukan pembelian ulang sejak pembeliannya yang pertama. Menurut Wulf, Gaby dan Lacobucci dalam Paramitha, 2010:20 loyalitas merupakan besarnya konsumsi dan frekuensi pembelian dilakukan oleh seorang pelanggan terhadap suatu perusahaan. Dan mereka berhasil menemukan bahwa kualitas keterhubungan yang terdiri dari kepuasan, kepercayaan dan mempunyai hubungan yang positif dengan loyalitas.

2.5.2 Golongan Loyalitas Pelanggan

Menurut Brown dalam Hasan 2008:92, loyalitas pelanggan berdasarkan pola pembeliannya dapat dibagi menjadi 4 empat golongan: A. Loyalitas Tak Terpisahkan undivided loyalty Adalah pelanggan yang selalu membeli satu merek sepanjang waktu, sehingga pola membelinya adalah A, A, A, A. B. Loyalitas Terpisahkan divided loyalty Adalah pelanggan yang setia pada dua atau tiga merek. Dimana kesetiaan yang terpecah antara dua pola X dan Y dapat dituliskan dengan pola membeli A,B,A,B,A,B. C. Loyalitas Yang Tidak Stabil unstable loyalty Adalah golongan pelanggan yang bergeser dari satu merek ke merek lain. Pola membelinya dapat dituliskan A,A,A,B,B,B. D. Tanpa Loyalitas no loyalty Universitas Sumatera Utara Adalah kelompok pelanggan yang sama sekali tidak setia pada merek apapun, maka pola membelinya dapat dituliskan A,B,C,D,E. Secara umum, ada 3 tiga jenis kelakuan pelanggan yang mendasar, yaitu emotive, inertial, dan deliberative. Pelanggan emotive biasanya dapat dikatakan fanatik terhadap suatu produk tertentu. Misalnya penggemar produk X, walaupun ada produk lain yang serupa tetapi mereka tetap memilih produk X. Pelanggan inertial biasanya dapat berpindah ke produk lain karena ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi misalnya kenaikan harga, pelayanan yang kurang baik atau perubahan gaya hidup. Contohnya produk utilities dan asuransi jiwa. Sedangkan untuk jenis pelanggan deliberators, mereka sering melakukan evaluasi ulang terhadap produk yang dibeli berdasarkan faktor harga produk atau kemudahan untuk melakukan transaksi dengan perusahaan yang bersangkutan. Mereka mengutamakan kenyamanan dan kualitas produk, misalnya pelanggan lebih suka belanja di toko grosir terdekat yang lengkap dengan toko roti. Atau toko grosir yang lebih jauh tetapi dengan harga yang lebih murah. Pada intinya, pelanggan akan selalu mengevaluasi keputusan mereka dengan mempertimbangkan faktor- faktor tertentu. Griffin 2002:11 mengemukakan keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal, antara lain : 1. Mengurangi biaya pemasaran karena biaya untuk menarik pelanggan baru lebih mahal 2. Mengurangi biaya transaksi seperti biaya negosiasi kontrak, pemrosesan pesanan, dll. Universitas Sumatera Utara 3. Mengurangi biaya turn over pelanggan karena penggantian pelanggan yang lebih sedikit 4. Meningkatkan penjualan silang yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan 5. Word of Mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas 6. Mengurangi biaya kegagalan seperti biaya penggantian, dll Imbalan dari loyalitas bersifat jangka panjang dan kumulatif. Semakin lama loyalitas seorang pelanggan, semakin besar laba yang dapat diperoleh perusahaan dari satu pelanggan ini. Griffin 2002:13 mengatakan ada 5 lima alasan untuk menjadikan pelanggan pertama kali sebagai pembeli seumur hidup : 1. Penjualan naik karena pelanggan membeli lebih banyak 2. Perusahaan memperkuat posisinya dipasar bila para pelanggan membeli dari perusahaan tersebut dan bukan dari pesaing 3. Biaya pemasaran menurun karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang untuk memikat pelanggan berulang, karena perusahaan telah memilikinya 4. Perusahaan lebih terlindungi dari persaingan harga karena pelanggan yang loyal kecil kemungkinan untuk terpikat pada diskon 5. Pelanggan yang puas cenderung mencoba lini produk perusahaan yang lain, dengan demikian membantu perusahaan mendapatkan pangsa pelanggan yang lebih besar Griffin 2002:5 mengatakan bahwa ada 2 dua kondisi penting yang berhubungan dengan loyalitas, antara lain retensi pelanggan customer retention Universitas Sumatera Utara dan total pangsa pelanggan total share of customer. Retensi pelanggan menjelaskan lamanya hubungan dengan pelanggan. Tingkat retensi pelanggan adalah persentase pelanggan yang telah memenuhi sejumlah pembelian ulang selama periode waktu yang terbatas. Pangsa pelanggan suatu perusahaan menunjukkan persentase dari anggaran pelanggan yang dibelanjakan ke perusahaan tersebut. Misalnya suatu perusahaan menangkap 100 persen, atau total pangsa pelanggan bila pelanggan itu menghabiskan seluruh anggaran bagi produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan tersebut untuk membeli ke perusahaan tersebut. Bilamana pesaing menangkap persentase tertentu dari anggaran pelanggan, maka perusahaan telah kehilangan bagian, atau pangsa pelanggan sebesar yang berhasil ditangkap oleh pesaing.

2.5.3 Loyalitas dan Siklus Pembelian

Setiap kali pelanggan membeli, ia bergerak melalui siklus pembelian. Menurut Griffin 2002:18, ada lima langkah dalam siklus pembelian. Pembeli pertama akan bergerak melalui lima langkah seperti pada gambar 2.1 berikut : Kesadaran pembelian awal Sumber : Griffin 2003:18 Gambar 2.1 Siklus Pembelian keputusan membeli kembali pembelian kembali evaluasi pasca- pembelian Universitas Sumatera Utara 1. Kesadaran Kesadaran merupakan langkah pertama menuju loyalitas dimulai dengan kesadaran pelanggan akan produk yang ditawarkan. Pada tahap inilah perusahaan mulai membentuk “pangsa pikiran” yang dibutuhkan untuk memposisikan kedalam pikiran calon pelanggan bahwa produk atau jasa yang ditawarkan lebih unggul daripada produk pesaing. Kesadaran dapat timbul dengan berbagai cara, diantaranya melalui iklan konvensional, iklan di Web, melalui pos secara langsung, e-mail dan siaran Web. 2. Pembelian Awal Pembelian pertama kali merupakan langkah penting dalam memelihara loyalitas. Baik itu dilakukan secara online maupun offline, pembelian pertama kali merupakan pembelian percobaan. Perusahaan dapat menanamkan kesan positif atau negatif kepada pelanggan dengan produk atau jasa yang diberikan. Setelah pembelian pertama dilakukan, maka perusahaan memiliki kesempatan untuk menumbuhkan pelanggan yang loyal. 3. Evaluasi pasca-pembelian Setelah pembelian dilakukan, pelanggan secara sadar atau tidak sadar akan mengevaluasi transaksi. Bila pembeli merasa puas, atau ketidakpuasannya tidak terlalu mengecewakan sampai dapat dijadikan dasar pertimbangan beralih ke pesaing, maka keputusan membeli kembali merupakan kemungkinan. Universitas Sumatera Utara 4. Keputusan membeli kembali Komitmen untuk membeli kembali merupakan sikap yang paling penting bagi loyalitas. Motivasi untuk membeli kembali berasal dari lebih tingginya sikap positif yang ditujukan terhadap produk atau jasa tertentu dibanding sikap positif terhadap produk atau jasa alternatif yang potensial. 5. Pembelian kembali Langkah akhir dari siklus pembelian adalah pembelian kembali yang aktrual. Untuk dapat dianggap benar-benar loyal, pelanggan harus terus membeli kembali dari perusahaan yang sama. Hambatan terhadap peralihan dapat mendukung pelanggan untuk membeli kembali. Pelanggan yang benar-benar loyal menolak pesaing dan membeli kembali dari perusahaan yang sama kapan saja produk atau jasa tersebut dibutuhkan. Itu adalah jenis pelanggan yang harus didekati, dilayani, dan dipertahankan.

2.5.4 Keterikatan Sebagai Prasyarat Bagi Loyalitas

Ada 2 dua faktor penting dalam mengembangkan loyalitas, yaitu keterikatan attachment yang tinggi terhadap produk atau jasa tertentu dibanding terhadap produk atau jasa pesaing potensial, dan pembelian yang berulang. Keterikatan yang dirasakan pelanggan terhadap produk atau jasa dibentuk oleh dua dimensi yaitu tingkat preferensi seberapa besar keyakinan pelanggan terhadap produk atau jasa tertentu dan tingkat diferensiasi produk yang dipersepsikan seberapa signifikan pelanggan produk atau jasa tertentu dari alternatif-alternatif lain. Bila kedua faktor ini diklasifikasi silang, maka akan Universitas Sumatera Utara muncul 4 kemungkinan keterikatan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.3 berikut : Tabel 2.3 Empat keterikatan relatif Sumber : Griffin 2002:21 Keterikatan akan menjadi paling tinggi bila pelanggan mempunyai preferensi yang kuat akan produk atau jasa tertentu dan dapat secara jelas membedakannya dari produk-produk pesaing. Sikap yang lemah terhadap produk atau jasa suatu perusahaan tetapi menganggap bahwa produk perusahaan itu berbeda dengan tawaran pesaing diterjemahkan ke keterikatan yang tinggi dan selanjutnya dapat berkontribusi pada loyalitas. Sebaliknya, jika preferensi yang kuat digabung dengan sedikit diferensiasi yang dipersepsikan maka akan menyebabkan loyalitas pada multiproduk. Dan jika preferensi yang positif tetapi lemah serta terkait dengan ketiadaan diferensiasi yang dipersepsikan menyebabkan keterikatan yang paling rendah, dengan pembelian berulang yang lebih jarang dan berbeda-beda dari satu kesempatan ke kesempatan berikutnya. Preferensi Pembeli Diferensiasi Produk Tidak Ya Kuat Keterikatan rendah Keterikatan tinggi Lemah Keterikatan rendah Keterikatan tinggi Universitas Sumatera Utara

2.5.5 Jenis Loyalitas

Griffin 2002:22 membagi loyalitas atas 4 empat bagian yang berbeda dengan keterikatan yang rendah dan tinggi yang diklasifikasi silang dengan pola pembelian ulang yang rendah dan tinggi juga seperti dalam Tabel 2.4 berikut : Tabel 2.4 Empat jenis loyalitas Sumber : Griffin 2003:22 1. Tanpa loyalitas Untuk berbagai alasan, beberapa pelanggan tidak mengembangkan loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu. Secara umum perusahaan harus menghindari membidik para pembeli jenis ini karena mereka tidak akan pernah menjadi pelanggan yang loyal. Mereka hanya berkontribusi sedikit pada kekuatan keuangan perusahaan. Tantangannya adalah menghindari membidik sebanyak mungkin orang-orang seperti ini dan lebih memilih pelanggan yang loyalitasnya dapat dikembangkan. 2. Loyalitas yang lemah Keterikatan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah. Pelanggan ini membeli karena kebiasaan. Ini adalah jenis pembelian “karena kami selalu menggunakannya” atau “karena sudah terbiasa”. Dengan kata lain faktor non sikap dan faktor situasi merupakan alasan utama membeli. Pembeli ini Keterikatan Relatif Pembelian Berulang Tinggi Rendah Tinggi Loyalitas Premium Loyalitas Tersembunyi Rendah Loyalitas yang Lemah Tanpa Loyalitas Universitas Sumatera Utara merasakan tingkat kepuasan tertentu dengan perusahaan, atau minimal tiada ketidakpuasan yang nyata. Memungkinkan bagi perusahaan untuk mengubah loyalitas lemah kedalam bentuk loyalitas yang lebih tinggi dengan secara aktif mendekati pelanggan dan meningkatkan diferensiasi positif di benak pelanggan mengenai produk atau jasa yang ditawarkan dibanding dengan produk lain. Loyalitas jenis ini paling umum terjadi pada produk yang sering dibeli. 3. Loyalitas Tersembunyi Tingkat preferensi yang relatif tinggi digabung dengan tingkat pembelian berulang yang rendah menunjukkan loyalitas tersembunyi. Bila pelanggan memiliki loyalitas yang tersembunyi, pengaruh situasi dan bukan pengaruh sikap yang menentukan pembelian berulang. 4. Loyalitas Premium Loyalitas premium, jenis loyalitas yang paling dapat ditingkatkan, terjadi bila ada keterikatan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang juga tinggi. Ini merupakan jenis loyalitas yang paling disukai untuk semua pelanggan di setiap perusahaan. Pada tingkat preferensi paling tinggi tersebut, orang bangga karena menemukan dan menggunakan produk tertentu dan senang membagi pengetahuan mereka dengan rekan dan keluarga. Universitas Sumatera Utara

2.5.6 Tingkat Loyalitas Pelanggan

Untuk menjadi pelanggan yang loyal, seorang pelanggan harus melalui beberapa tahapan. Griffin 2002:35 menyatakan bahwa tahap-tahap tersebut adalah : 1. Suspect Meliputi semua orang yang mungkin membeli produk atau jasa perusahaan. Kita menyebutnya sebagai suspect karena yakin bahwa mereka akan membeli tapi belum tahu apapun mengenai perusahaan dan barangjasa yang ditawarkan. 2. Prospect Merupakan orang yang membutuhkan produk atau jasa perusahaan dan memiliki kemampuan membeli. Meskipun prospect belum melakukan pembelian, mereka telah mengetahui keberadaan perusahaan dan barangjasa yang ditawarkan, karena seseorang telah merekomendasikan barangjasa tersebut kepadanya. 3. Disqualified Prospects Yaitu prospects yang telah mengetahui keberadaan barang atau jasa tertentu. Tetapi tidak mempunyai kebutuhan akan barangjasa tersebut, atau tidak mempunyai kemampuan untuk membeli barangjasa tersebut. 4. First Time Customers Yaitu pelanggan yang membeli untuk pertama kalinya. Mereka masih menjadi pelanggan yang baru dari barangjasa pesaing. 5. Repeat Customers Universitas Sumatera Utara Yaitu pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas produk yang sama sebanyak dua kali, atau membeli dua macam produk yang berbeda dalam dua kesempatan yang berbeda pula. 6. Client Client membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan yang mereka butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur. Hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah kuat dan berlangsung lama, yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh tarikan persaingan produk lain. 7. Advocates Advocates membeli seluruh barangjasa yang ditawarkan yang ia butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur. Mereka juga mendorong orang lain agar membeli barangjasa tersebut. Dia membicarakan barangjasa dan membawa pelanggan untuk perusahaan tersebut.

2.6 Penelitian Terdahulu