Alat Tangkap Fishing Ground

16 Tabel 2 Variasi studi stock assessment lemuru di Selat Bali Tahun Model MSY t f opt p.s.unit Tingkat Pemanfaatan 1986 Schaefer 66.306 238 Over-fishing Fox 62.317 242 Over-fishing 1986 Schnute 80.332 207 Over-fishing Gulland’s moving average 60.559 123 Over-fishing Schaefer : q = 0,00108 49.440 260 Over-fishing q = 0,00068 48.835 257 Over-fishing Jacknife : q = 0,00108 49.581 259 Over-fishing q = 0,00068 47.512 320 Over-fishing 1992 Schaefer 40.000 180 Over-fishing Sumber : Merta et al, 2000

2.5 Alat Tangkap

Alat tangkap yang dikembangkan adalah pukat cincin purse seine, pada tahun 1972 oleh Lembaga Penelitian Perikanan Laut dahulu Balai Penelitian Perikanan Laut, kenaikan produksi ikan lemuru sangat mencolok seimbang dengan bertambahnya jumlah pukat cincin. Dengan berkembangnya alat tangkap tersebut, maka jenis alat tangkap lainnya payang, bagan, dan gill net tidak berkembang karena hasil produksi tidak lebih baik dibanding dengan pukat cincin. Budiharja et al, 1990. Pukat cincin dioperasikan dengan menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu. Lampu yang dipergunakan adalah lampu petromax berjumlah 4-6 buah. Penggunaan lampu ini sangat dipengaruhi oleh umur bulan, yaitu dilakukan pada saat musim Barat, namun tidak selalu menggunakan lampu apabila terlihat gerombolan ikan yang banyak terus akan dilakukan penurunan jaring. Pada musim timur pengoperasian purse seine tidak menggunakan lampugadangan, karena ikan bisa dilihat dengan mata telanjang, bila terlihat gerombolan ikan terus dilakukan penurunan jaring. Waktu operasi penangkapan mengikuti kalender Jawa, yaitu dilakukan pada saat bulan gelap saja di malam hari, begitu bulan mulai muncul, nelayan segera pulang. Saat bulan purnama yaitu sekitar 2-3 hari sebelum dan sesudah purnama penuh, kegiatan penangkapan berhenti. Jumlah hari operasi penangkapan hari aktif untuk satu unit pukat dan setiap bulan antara 21-23 hari. 17

2.6 Fishing Ground

Secara tradisional masyarakat nelayan sudah mengenal daerah tangkapan fishing ground secara turun temurun. Fishing ground tersebut diberikan berdasarkan nama daratan terdekat, yaitu: Klosot Wringinan-paparan Jawa, Senggrong paparan Jawa, Tanjung Angguk paparan Jawa, Karang Ente paparan Jawa, Grajagan, paparan Jawa, Pulukan, paparan Bali, Seseh paparan Bali, dan Uluwatu paparan Bali. Selain ke delapan daerah tersebut ada juga penangkapan dengan menggunakan bagan tancap dan bagan apung yaitu teluk Pang-pang , teluk Banyubiru, dan teluk Senggrong. Ikan lemuru di Selat Bali menyebar di 8 delapan daerah penangkapan utama, yaitu: Klosot, Senggrong, Tanjung Angguk, Karang Ente, dan Grajagan, serta teluk Pangpang di paparan Jawa, sedangkan di paparan Bali terdapat di daerah penangkapan Pulukan, Seseh, dan Uluwatu. Ikan lemuru ukuran kecil sempenit banyak tertangkap di daerah penangkapan Klosot wringinan, Senggrong, dan Teluk Pangpang, dengan menggunakan alat bagan tancap dan apung. Sedangkan lemuru ukuran besar tertangkap di daerah penangkapan Tanjung Angguk, dan Karang Ente di paparan Jawa, serta Seseh, dan Uluwatu di paparan Bali. Daerah daerah penangkapan tersebut sekaligus merupakan migrasi dari jenis ikan lemuru berdasarkan size kategori. Jenis alat tangkap purse-seine melakukan tekanan penangkapan intensif di daerah penangkapan Tanjung Angguk, dan Karang Ente di paparan Jawa, serta Seseh, dan Uluwatu di paparan Bali. Sedangkan jenis alat bagan hanya melakukan penangkapan di daerah penangkapan Klosot Wringinan, Senggrong, dan Teluk Pang-pang Martinus et al, 2004.

2.7 Kebijakan Pemerintah Daerah