Perumusan Masalah Pemanfaatan Limbah Susu Bubuk untuk Fortifikasi Kompos pada Pertanian Sayur Organik

terganggu karena kekurangan oksigen. Reaksi pembusukan yang tidak sempurna juga akan menyebabkan timbulnya bau yang tidak sedap akibat timbulnya gas H 2 S dan NH 3 . Menurut Allinson et al. 2007 tujuan utama penanganan limbah padat organik adalah adanya pemanfaatan kembali reuse dan daur ulang recycle. Penanganan limbah padat organik industri susu secara umum adalah sebagai pakan ternak babi dan pengomposan. Pengomposan adalah dekomposisi biologis yang terkontrol dari bahan organik menjadi humus. Teknik ini merupakan teknologi yang penting dalam pengolahan limbah organik industri susu dan merupakan salah satu teknik yang bisa secara luas diaplikasikan oleh industri-industri susu. Namun demikian hanya sedikit informasi tentang dampak lingkungan dari pengomposan khususnya masalah bau dan nilai agronomis dari komoditi pertanian yang mengaplikasikan kompos tersebut. Kompos merupakan komponen produksi utama dalam pertanian organik. Setyorini et al. 2006 menyatakan bahwa penggunaan kompos sebagai pupuk memiliki banyak keuntungan jika dibandingkan dengan pupuk mineral. Kekurangan kompos adalah mempunyai kandungan hara yang rendah. Pengayaan kompos bisa dilakukan untuk meningkatkan status nutrisinya. Jenis-jenis pengkayaan meliputi pengapuran, pengkayaan dengan fosfor, pengkayaan dengan kalium, pengkayaan dengan nitrogen dan pengkayaan dengan mikroba. Beberapa bahan yang bisa digunakan antara lain penambahan tepung tulang, fosfat alam, kapur, darah kering dan pengayaan mikroba. Definisi pertanian organik menurut IFOAM 2012 adalah sistem produksi pertanian yang bisa mempertahankan tingkat kesehatan tanah, ekosistem dan manusia. Sistem ini lebih mengandalkan proses-proses ekologis, keanekaragaman dan siklus-siklus alam yang disesuaikan dengan kondisi setempat dan menghindari penggunaan input produksi yang menghasilkan dampak berlawanan. Pertanian organik mengkombinasikan tradisi, inovasi dan pengetahuan untuk mendapatkan manfaat baik terhadap kualitas lingkungan, menjamin hubungan yang fair serta tercapainya kualitas hidup yang baik dari semua komponen yang terlibat. Teknologi yang umum digunakan dalam pertanian organik adalah rotasi tanaman, penggunaan kompos dan penggunaan mekanisme fisik, mekanik dan biologis untuk mengontrol hama dan penyakit

1.2 Perumusan Masalah

Dengan makin berkembangnya industri susu bubuk di tanah air, maka potensi limbah padat organik susu bubuk juga akan semakin besar. Seberapa besar potensi limbah padat organik susu bubuk di Indonesia dan bagaimana pengelolaannya perlu diketahui. Di pabrik limbah timbul dari mekanisme produksi. Sesuai aturan yang berlaku, produk makanan yang dipasarkan haruslah mempunyai umur layak konsumsi. Jika melewati batas umur layak konsumsi maka dinyatakan sebagai produk kadaluarsa expired. Jika sistem supply chain tidak berjalan efektif maka akan banyak limbah yang mungkin bisa terjadi baik dalam bentuk produk kadaluarsa, produk rusak digudang maupun produk rusak selama distribusi. Jika data potensi limbah tersebut tersedia maka besaran dampak negatif terhadap lingkungan hidup jika pengelolaannya tidak benar akan dapat diperkirakan yaitu timbulnya emisi yang tidak diinginkan jika limbah tersebut dibakar secara tidak sempurna, terjadinya pencemaran badan air jika limbah tersebut terbuang ke perairan. Disamping itu juga pencemaran bau tak sedap akibat pembusukan yang tidak sempurna. Dilain pihak, dengan rendahnya kandungan hara kompos konvensional maka pertanian organik membutuhkan bahan-bahan bernutrisi lengkap untuk memperkaya kompos yang dihasilkannya agar kesuburan tanah tetap bisa dipertahankan dan hasil panen bisa ditingkatkan. Bahan pemerkaya kompos sebaiknya adalah bahan yang murah sehingga tidak meningkatkan biaya produksi. Limbah susu bubuk yang kaya dengan nitrogen, fosfat, dan mineral lainnya sangat berpotensi untuk dijadikan bahan pemerkaya kompos konvensional. Kandungan hara kompos yang diperkaya sangat tergantung pada bahan pemerkayanya. Oleh karena itu dosis pemupukannya tentunya berbeda dengan kompos konvensional. Dosisi pemupukan dengan menggunakan kompos yang difortifikasi juga perlu diteliti sehingga didapat dosis pemupukan yang efisien. Beberapa permasalahan yang diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar potensi limbah susu bubuk di Indonesia, asal limbah susu bubuk serta pengelolaannya ditingkat produsen dan distributor ? 2. Apakah limbah susu bubuk bisa dijadikan sebagai bahan pemerkaya kompos dan sludge IPAL bisa membantu proses dekomposisi kompos? Seberapa besar Peningkatan kualitas kompos yang dihasilkan ?. Berapa besarkah perubahan tingkat kesuburan tanah dan peningkatan produktifitas sayuran pada aplikasi kompos yang difortifikasi limbah susu bubuk ini ? 3. Berapakah dosis pemupukan sayur organik yang optimal menggunakan kompos yang telah difortifikasi ini ?

1.3 Tujuan Penelitian