Latar Belakang Pemanfaatan Limbah Susu Bubuk untuk Fortifikasi Kompos pada Pertanian Sayur Organik

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri makanan dan minuman yang berbasis susu di Indonesia tumbuh dengan pesat. Berbagai jenis produk bisa kita jumpai baik di pasar modern super market, hypermarket sampai dengan pasar-pasar tradisional. Hal ini antara lain disebabkan karena permintaan pasar terus bertambah, pengembangan produk- produk yang berbasis susu, dan adanya iklan dan promosi yang secara gencar dilakukan oleh produsen. Asosiasi Industri Pengolah Susu AIPS memproyeksikan tahun 2012 ini industri pengolahan berbahan baku susu sapi bisa tumbuh antara 6,8 persen sampai 7 persen. Kebutuhan susu nasional dipenuhi oleh produksi susu segar dari peternak dalam negeri dan dari impor Tabel 1.. Produksi susu nasional hanya memenuhi 20 dari total kebutuhan. Tabel 1 Produksi susu nasional dan impor susu tahun 2009 – 2012 Salah satu dampak negatif keberadaan industri susu adalah timbulnya limbah. Di Australia, studi yang dilakukan oleh The UNEP Working Group for Cleaner Production in the Food Industry menyatakan bahwa limbah padat yang dihasilkan dari industri susu cukup besar yaitu 168 kg1000 kg produk susu yang dihasilkan. Dari jumlah tersebut sebesar 31 kg 3,1 merupakan limbah padat organik Prasad et al.2004. Sumber-sumber penghasil limbah padat organik pada industri susu di Australia cukup beragam disesuaikan dengan urutan proses dan kegiatan yaitu : 1 produk tidak sesuai mutu, 2 produk balikan distributor return, 3 bahan baku, 4 bahan baku dan produk kadaluarsa, 5 sampel analisa, 6 lumpur sludge dari saringan proses, 7 lumpur dari pembersihan membran dan saringan, 8 hancuran keju dan 9 lemak dari sisa proses. Informasi mengenai pengelolaan limbah padat organik industri susu bubuk masih sedikit. Menurut Allinson et al. 2007, Penanganan limbah industri susu cukup rumit dikarenakan tingginya kandungan komponen organik dan kandungan nutrisi lainnya seperti nitrogen N dan fosfat P. Jika limbah ini masuk ke badan air maka akan meningkatkan kadar Biological Oxigen Demand BOD dan Chemical Oxigen Demand COD yang menyebabkan kehidupan satwa dan biota air terganggu karena kekurangan oksigen. Reaksi pembusukan yang tidak sempurna juga akan menyebabkan timbulnya bau yang tidak sedap akibat timbulnya gas H 2 S dan NH 3 . Menurut Allinson et al. 2007 tujuan utama penanganan limbah padat organik adalah adanya pemanfaatan kembali reuse dan daur ulang recycle. Penanganan limbah padat organik industri susu secara umum adalah sebagai pakan ternak babi dan pengomposan. Pengomposan adalah dekomposisi biologis yang terkontrol dari bahan organik menjadi humus. Teknik ini merupakan teknologi yang penting dalam pengolahan limbah organik industri susu dan merupakan salah satu teknik yang bisa secara luas diaplikasikan oleh industri-industri susu. Namun demikian hanya sedikit informasi tentang dampak lingkungan dari pengomposan khususnya masalah bau dan nilai agronomis dari komoditi pertanian yang mengaplikasikan kompos tersebut. Kompos merupakan komponen produksi utama dalam pertanian organik. Setyorini et al. 2006 menyatakan bahwa penggunaan kompos sebagai pupuk memiliki banyak keuntungan jika dibandingkan dengan pupuk mineral. Kekurangan kompos adalah mempunyai kandungan hara yang rendah. Pengayaan kompos bisa dilakukan untuk meningkatkan status nutrisinya. Jenis-jenis pengkayaan meliputi pengapuran, pengkayaan dengan fosfor, pengkayaan dengan kalium, pengkayaan dengan nitrogen dan pengkayaan dengan mikroba. Beberapa bahan yang bisa digunakan antara lain penambahan tepung tulang, fosfat alam, kapur, darah kering dan pengayaan mikroba. Definisi pertanian organik menurut IFOAM 2012 adalah sistem produksi pertanian yang bisa mempertahankan tingkat kesehatan tanah, ekosistem dan manusia. Sistem ini lebih mengandalkan proses-proses ekologis, keanekaragaman dan siklus-siklus alam yang disesuaikan dengan kondisi setempat dan menghindari penggunaan input produksi yang menghasilkan dampak berlawanan. Pertanian organik mengkombinasikan tradisi, inovasi dan pengetahuan untuk mendapatkan manfaat baik terhadap kualitas lingkungan, menjamin hubungan yang fair serta tercapainya kualitas hidup yang baik dari semua komponen yang terlibat. Teknologi yang umum digunakan dalam pertanian organik adalah rotasi tanaman, penggunaan kompos dan penggunaan mekanisme fisik, mekanik dan biologis untuk mengontrol hama dan penyakit

1.2 Perumusan Masalah