✘✙
Semua responden distributor belum memiliki fasilitas pengolahan limbah padat yang memadai.
Hany memiliki tempat sampah untuk limbah domestik. Semua
distributor menyatakan melakukan pembakaran limbah padat susu bubuk dengan metode pembakaran biasa yaitu menggunakan bahan bakar bensin atau solar.
Ditinjau dari pengelolaan limbah yang baik, seharusnya pembakaran dilakukan dengan menggunakan incenerator.
Pembakaran biasa berpotensi menyebabkan polusi asap dan emisi gas NOx dan SOx yang tidak ramah lingkungan.
4.2 Limbah Padat Susu Bubuk Industri
Hasil pencacatan limbah pada responden pabrik susu bubuk disajikan pada Tabel 8. Dari total limbah susu bubuk yang diterima oleh pabrik, sebagian masih
bisa dikonsumsi yaitu untuk kondisi produk masih utuh kemasan tidak bocor dan belum kadaluarsa jarak dari tanggal kadaluarsa diatas 3 bulan. Limbah susu
bubuk dengan kondisi ini dimusnahkan dengan cara pembagian cuma-cuma kepada karyawan. Secara rutin diadakan pembagian produk kepada karyawan untuk segera
dikonsumsi oleh keluarga karyawan.
Agar tidak disalahgunakan dijual oleh karyawan maka kemasan produk di coret dengan garis silang dengan menggunakan
spidol permanen. Sebagian besar limbah susu bubuk yang diterima pabrik adalah produk yang
kadaluarsa dan produk dengan kondisi rusak yaitu kemasan bocor karena robek atau bocor. Produk ini tidak layak konsumsi dan harus dimusnahkan. Metode
pemusnahan yang dipakai adalah incenerasi dengan menggunakan alat incenerator dengan sistem pembakaran ganda double burner. Alat ini menggunakan bahan
bakar gas alam dengan kapasitas 100 kg limbah susu bubuk tiap kali proses pembakaran. Proses pembakaran berlangsung ada suhu 800
o
C – 1000
o
C agar tercapai pembakaran yang sempurna.
Pada beberapa kasus khususnya yang terjadi pada tahun 2013 terjadi penarikan produk karena masalah mutu rasa dan aroma tidak sesuai spesifikasi.
Perusahaan membagikan produk yang masih layak konsumsi tersebut kepada karyawan.
Tabel 8 Pencatatan limbah pada pabrik industri penghasil susu bubuk dari tahun 2012 sampai tahun 2013.
Tahun Jumlah
Total kg
Karyawan Dimusnakan
incenerasi Biaya
Incenerasi Rp x 1000
Kg Kg
2.011 4.247,0
237,7 5,6
4.009,3 94,4
8.018,7 2.012
3.529,5 596,0
16,9 2.783,0
78,8 5.565,9
2.013 9.892,5
6.634,5 67,1
3.258,0 32,9
6.516,0 Rata-rata
5.889,7 2.489,4
29,8 3.350,1
68,7 6.700,2
Keterangan : biaya incenerasi = Rp 2000kg PPLI. 2013
Limbah padat susu bubuk di pabrik yang disurvei jumlahnya tentu lebih besar. Rata-rata harian jumlah limbah yang ada di pabrik 9,7 kgperhari. Limbah padat
yang dikelola sebagian berasal juga dari produk kembalian agen return. Sebagaimana pengelolaan di distributor, limbah yang tidak layak konsumsi dibakar
dengan menggunakan alat incenerator. Pembakaran dengan incenerator ini kualitas
✚ ✛
pembakarannya bagus yaitu terjadinya pembakaran yang sempurna. Suhu pembakaran incenerator bisa mencapai kondisi pirolisis yaitu pada suhu 800
o
C- 1000
o
C. Biaya incenerasi ini cukup besar karena perusahaan harus berinvestasi
membeli alat incenerator. Alat ini menggunakan bahan bakar gas alam serta harus dioperasikan oleh operator yang sudah berpengalaman. Dengan jumlah limbah yang
cukup besar, maka perlu dipikirkan upaya recycle dengan memanfaatan limbah susu bubuk tersebut menjadi bentuk lain. Prasad et al. 2004 menyatakan bahwa limbah
padat organik industri susu bisa dimanfaatkan sebagai kompos, pupuk atau pakan ternak.
Gambar 22 Pengelolaan limbah susu bubuk di industri susu. Perkiraan jumlah limbah padat susu bubuk jika dihitung secara nasional yang
disajikan pada Tabel 9. Tabel 9
Produksi Susu Bubuk Nasional, Perkiraan Volume Limbah dan Perkiraan Biaya Pemusnahannya.
✜✢
4.3 Penelitian Awal