✆ ✝
3.4 Penelitian Fortifikasi Kompos
Penelitian ini berfokus kegiatan pengomposan yaitu pada proses fortifikasi kompos limbah kebun. Sludge cair Ipal diperlakukan sebagai dekomposer dan
limbah susu bubuk dimanfaatkan untuk memperkaya nutrisi kompos yang dihasilkan. Penelitian fortifikasi kompos dimulai dengan proses pengomposan, analisa
hasil kompos dan uji coba kompos yang dihasilkan untuk produksi sayur pakchoi organik. Skema penelitian fortifikasi kompos disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11 Skema penelitian fortifikasi kompos Tujuan penelitian fortifikasi kompos
adalah meneliti pengaruh faktor konsentrasi sludge IPAL sebagai dekomposer dan dosis konsentrasi fortifikasi
limbah susu bubuk terhadap kualitas hasil kompos.
3.4.1 Rancangan Percobaan :
Rancangan Acak Lengkap Faktorial 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor A : Konsentrasi sludge IPAL tiga taraf yaitu : 1 konsentrasi 0 v,
konsentrasi 10 v, dan 3 konsentrasi 20 v. Faktor B : Dosis fortifikasi limbah susu bubuk terhadap kompos 4 taraf yaitu : 1
dosis 0 w, 2 dosis 10 w, 3 dosis 20 w, dan 4 dosis 30 w.
Menurut Mattjik dan Sumertajaya 2006, model linear Rancangan Acak Lengkap Faktorial 2 faktor dengan 3 ulangan :
Yij = µ + αi + βj + αβij + Ɛ ij; dimana : µ
= rataan umum αi
= pengaruh jenis decomposer ke i βj
= pengaruh dosis fortifikasi susu ke j αβij = pengaruh kombinasi jenis dekomposer ke1 dan dosis fortifikasi ke j
Ɛ ij = galat
✞✟
3.4.2 Persiapan Lubang Pengomposan :
Persiapan lubang pengomposan sebagai berikut : 1.
Dibuat 36 lubang pengomposan dengan ukuran P x L x T = 100 cm x 100 cm x 100 cm
2. Diatas lubang pengomposan diberi naungan berupa atap dari terpal. Naungan
ini berfungsi agar suhu dan kelembaban selama proses pengomposan terjaga. 3. Gambar 12 menunjukkan pengaturan lubang pengomposan.
Gambar 12 Rencana pengaturan lubang pengomposan 4. Dilakukan penyiapan patok untuk identitas.
5. Dilakukan pengacakan untuk penentuan perlakukan tiap lubang kompos.
3.4.3 Proses Pengomposan
Proses pengomposan dilakukan menurut tahapan sebagai berikut : 1. Sampah kebun yang berupa rumput dan daun-daun yang jatuh ke tanah
dikumpulkan dan dibawa ke tempat pencacahan 2. Diambil sampel untuk dilakukan pengukuran kadar air
3. Dilakukan pencacahan dengan menggunakan mesin pencacah. 4. Dilakukan penimbangan dan dimasukkan ke dalam lubang kompos’
5. Dilakukan penambahan limbah susu bubuk sesuai perlakukan 0, 10, 20
dan 30 6. Dilakukan pengadukan sampai merata.
7. Penyiapan dekomposer yang berupa sludge IPAL 8. Dibuat larutan dekomposer sesuai perlakuan 0 , 10 dan 20
9. Larutan dekomposer disiramkan sampai merata sambil dilakukan pengadukan. 10. Pengomposan dimulai
11. Dilakukan pembalikan satu minggu sekali selama 6 minggu pengomposan. 12. Setiap hari dilakukan pengamatan terhadap permukaan kompos. Jika terlihat
kering, maka dilakukan pembasahan dengan penyiraman seperlunya.
3.4.4 Pengukuran Kualitas Hasil Kompos
Kualitas kompos dari berbagai perlakuan yang dicobakan kemudian dilakukan analisa mutu kompos sesuai SNI : 19:7030-2004yang meliputi kandungan : 1 C
organik , 2 N total , 3 P , K , 4 komponen mikro yang meliputi logam berat dan bahan ikutan lainnya, 5
mikroba pathogen yang meliputi Escherichia coli dan Salmonella sp.
✠✠
Gambar 13 Diagram alir proses pengomposan
3.4.5 Pengujian Kompos dengan Sayur Pakchoy Brasica rapa L
Kompos yang dihasilkan sesuai dengan perlakuan dicobakan pada sayur pakchoy Brasica rapa L. Oleh karena itu dibuat petak tanam berjumlah 36 buah
dengan ukuran 1 x 5 meter yang keseluruhannya terdiri dari 4 bedeng. Dilakukan pengacakan petak dalam bedeng
untuk menghindari bias perlakuan. Setelahnya dibuatkan patok kode perlakuan pada tiap petak sesuai hasil
pengacakan Gambar 14.
Gambar 14 Rencana pengaturan petak penanaman sayuran pakchoy Pengaruh perlakuan kompos terhadap sayuran daun diteliti dengan cara
aplikasi kompos tersebut pada sayuran pakchoy Brasica rapa L organik sesuai diagram alir Gambar 15.
✡☛
a. Peningkatan kesuburan tanah dengan membandingkan kualitas tanah sebelum aplikasi kompos dan kualitas tanah setelah panen sayur pakchoi Brasica rapa L
diukur dari kadar C organik aktif, C organik total, N, P dan K dan parameter lainnya.
b. Sebagai indikator pertumbuhan tanaman diukur tinggi tanaman dan jumlah daun setiap minggu 7 hari setelah tanam, 14 hari setelah tanam dan 21 hari setelah
tanam. Pengukuran lebar daun, berat dan panjang akar dilakukan pada saat panen
c. Pengukuran Yield sayuran pakchoy Brasica rapa L berupa berat kotor dan berat bersih siap konsumsim2.
Gambar 15 Diagram
alir penanamani
sayur pakchoy Brasica rapa L
menggunakan pupuk organik kompos yang telah difortifikasi.
3.4.6 Pengukuran Kesuburan Tanah Setelah Panen Sayur Pakchoi Brasica
rapa L Dilakukan pengambilan sampel untuk pengukuran sifat-sifat kimia tanah pada
setiap petak tanam sayur pakchoi 36 petak tanam sesuai kodel sampel. Sampel yang diperoleh kemudian dikirim ke laboratorium Laboratorium Tanah – Balai
Penelitian Tanah Jl. Ir. H. Juanda No. 98 Bogor 16123 – Jawa Barat. Pengujian dilakukan terhadap tekstur tanah, pH, C organik aktif, C organik total, N total, P2O5,
K2O, Ca, Mg, K, Na, KTK dan kesadahan basa.
3.4.7 Penentuan Kualitas Kompos Yang Terbaik
Penentuan kompos terbaik dari penelitian fortifikasi kompos ini didasarkan
pada kriteria-kriteria sebagai berikut : 1. Peningkatan kesuburan tanah dengan membandingkan kualitas tanah sebelum
aplikasi kompos dan kualitas tanah setelah panen sayur pakchoi Brasica rapa L diukur dari kadar C organik aktif, C organik total, N, P dan K
2. Kualitas instrinsik kompos berupa hasil analisa C, N, CN ratio, P dan K
☞ ✌
3. Sebagai indikator pertumbuhan tanaman diukur tinggi tanaman dan jumlah daun setiap minggu 7 hari setelah tanam, 14 hari setelah tanam dan 21 hari setelah
tanam. Pengukuran lebar daun pada saat panen 4. Pengukuran yield sayuran pakchoy Brasica rapa L berupa berat kotor dan berat
bersihm2 sebagai indikator
3.5 Penelitian dosis aplikasi pemupukan menggunakan kompos terfortifikasi.