✜✢
4.3 Penelitian Awal
Penelitian fortifikasi kompos didahului dengan melakukan pengukuran awal terhadap kondisi tanah awal dan kondisi ‘green waste’ awal.
Pengukuran tanah awal di lokasi penelitian dilakukan terhadap tekstur tanah, pH, C organik, N, P2O5,
K2O dan mineral Ca, Mg, K, Na serta nilai KTK. Kondisi tanah awal disajikan pada Lampiran 1.
Gambar 23 Green waste awal dan green waste yang telah digiling untuk pengukuran awal.
Kondisi awal green waste diukur dengan parameter kadar air, C organik total dan N organik total. Hasil pengamatan kandungan green waste disajikan pada Tabel
10. Tabel 10 Hasil pengukuran C organik dan N total green waste untuk bahan baku
kompos.
Hasil analisis Tabel 10 terlihat bahwa green waste di lokasi penelitian memiliki kandungan C yang cukup tinggi 32.2 sedangkan kandungan N total
cukup rendah 0.98 . Wilkinson et al. 2011 menyatakan bahwa rumput cacah sebagai bahan kompos mengandung komponen N sebesar 1,8 , CN rasio
sebesar 17 dan kadar air 40 bisa di komposkan dengan sludge limbah produksi konsentrasi 25 berat.
✣ ✤
Gambar 24 Proses sampling tanah awal Tanah lokasi penelitian merupakan tanah dengan karakteristirk campuran
tanah liat dan lempung berdebu. Jika dibanding dengan kriteria penilaian sifat kimia tanah Hardjowigeno. 1995 maka disimpulkan kondisi tanah awal di lokasi penelitian
kurang subur.
Tabel 11 Perbandingan
kondisi tanah awal di lokasi penelitian dengan kriteria penilaian sifat kimia tanah Hardjowigeno. 1995
Dengan kondisi green waste Tabel 10 dan kondisi tanah percobaan Tabel 11 yang miskin hara, maka perlu ditambahan bahan lain ke dalam proses
pengomposan yang bisa memperkaya nutriisi kompos terutama untuk peningkatan N, P dan K dari kompos yang dihasilkan.
✥ ✥
4.4 Pengomposan
Seluruh sampel percobaan dikomposan secara bersamaan Gambar 25. Selama
proses pengomposan
dilakukan pembalikan
kompos untuk
mempertahankan aerasi yang baik serta kerataan proses pengomposan. Setelah proses pengomposan berlangsung selama 4 minggu dilakukan analisis terhadap
sampel percobaan. Secara umum proses pengomposan berjalan sesuai dengan metode penelitian. Terjadi peningkatan suhu sampai dengan 60
o
C selama kurang lebih 2 minggu pengomposan. Pada akhir pengomposan diperoleh kompos
berwarna kehitaman.
Gambar 25 Proses pengomposan Rataan hasil analisa kompos dan hasil analisis sidik ragamnya disajikan pada
Tabel 12. Dari tabel tersebut terlihat bahwa : a.
Faktor konsentrasi sludge ipal faktor A: 1 Berpengaruh nyata terhadap C organik total, K
2
O kompos 2 Berpengaruh sangat nyata terhadap N total kompos
b. Faktor dosis fortifikasi limbah susu bubuk faktor B:
1 Berpengaruh nyata terhadap C organik total kompos 2 Berpengaruh sangat nyata terhadap N total, P
2
O5 dan K
2
O kompos. c.
Interaksi faktor A dan faktor B : 1 Berpengaruh sangat nyata kandungan N total kompos.
✦ ✧
Tabel 12 Pengaruh konsentrasi sludge ipal dan dosis fortifikasi limbah susu bubuk
terhadap kualitas hasil kompos.
Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5, = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1, = Berpengaruh sangat
nyata pada taraf uji 5, L = Uji regresi berpengaruh secara linier
4.4.1 Kadar C Organik total.
Nilai tengah kadar C organik total dari keseluruhan data 13.715 sedangkan standar kadar karbon kompos SNI: 19:7030-2004 minimum adalah sebesar 9.8.
Baik faktor A maupun faktor B berpengaruh nyata terhadap kadar C organik total hasil kompos, sedangkan kombinasi perlakuan A dan B tidak berpengaruh nyata.
Faktor A yang menghasilkan kadar C organik total tertinggi adalah A3 dengan nilai tengah sebesar 15.9 . Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa A3 berbeda dengan
perlakuan yang lain. Faktor B yang menghasilkan kadar C organik total tertinggi adalah B4 dengan nilai tengah sebesar 17.7 . Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa
B4 berbeda dengan perlakuan yang lain.
★✩
Semakin tinggi konsentrasi dekomposer maka semakin banyak mikroba yang ditambahkan. Proses dekomposisi green waste menjadi lebih sempurna. Semakin
tinggi konsentrasi limbah susu bubuk, maka semakin banyak juga komponen organik yang ditambahkan. Susu merupakan sumber komponen organik yang bersumber
dari karbohidrat laktosa, lemak, maupun protein.
4.4.2 Kadar N Total.
Nilai tengah kadar N total dari keseluruhan data 1.421 sedangkan standar Nitrogen kompos SNI: 19:7030-2004 minimum adalah 0.4 .
Faktor A yang menghasilkan kadar N total tertinggi adalah A3 dengan dengan nilai tengah sebesar
1.9 . Hasil uji lanjutan Tukey menunjukkan bahwa A3 berbeda dengan perlakuan yang lain. Faktor B yang menghasilkan kadar N total tertinggi adalah B4 dengan
nilai tengah sebesar 1.9 .
Hasil uji lanjutan Tukey menunjukkan bahwa B4 berbeda dengan perlakuan yang lain. Kombinasi perlakuan A dan B berpengaruh
nyata dan yang menghasilkan kadar N total tertinggi yaitu A3B3 dengan nilai tengah sebesar 3.0.
Dalam proses dekomposisi limbah susu bubuk, komponen karbohidrat sebagian terurai menjadi CO
2
, protein terurai menjadi senyawa mengandung N yang lebih sederhana, serta terjadi pelepasan mineral. Sludge ipal mengandung mikroba
yang memang sudah terkondisi untuk mendekomposisi limbah yang megandung susu. Dengan demikian dengan semakin bertambahnya konsentrasi sludge ipal
yang ditambahkan maka proses dekomposisi protein semakin sempurna. Senyawa protein ini terdeteksi sebagai N total kompos. Semakin besar jumlah limbah susu
bubuk sumber N yang ditambahkan maka semakin besar juga kandungan N total kompos yang dihasilkan.
4.4.3 Kadar P
2
O
5
.
Nilai tengah kadar P
2
O
5
dari keseluruhan data 0.4183 sedangkan standar kadar P
2
O
5
SNI: 19:7030-2004 minimum adalah sebesar 0.1 . Faktor B
berpengaruh nyata terhadap kadar P
2
O
5
mg100 gr kompos yang dihasilkan, sedangkan faktor A dan kombinasi A dan B tidak berpengaruh nyata. Faktor B yang
menghasilkan kadar P
2
O
5
mg100 gr tertinggi yaitu B4 dengan nilai tengah sebesar 0.8 mg100 gr.
Uji lanjutan Tukey menunjukkan bahwa B4 berbeda dengan perlakuan yang lain. Limbah susu merupakan limbah yang kaya dengan unsur P
Prasad et al.
2004. Semakin tinggi konsentrasi fortifikasi maka akan
menyebabkan semakin tinggi pula kadar P
2
O
5
kompos yang dihasilkan.
4.4.4 Kadar K
2
O.
Nilai tengah kadar K
2
O dari keseluruhan data 0.4383 sedangkan standar kadar K
2
O SNI: 19:7030-2004 minimum adalah sebesar 0.2 . Faktor A dan faktor B masing-masing berpengaruh nyata terhadap kadar K
2
O, sedangkan kombinasi faktor A dan B tidak berpengaruh nyata. Faktor A yang menghasilkan kadar K
2
O tertinggi adalah A3 dengan nilai tengah sebesar 0.5 mg100 gr. Uji lanjutan Tukey
menunjukkan bahwa A3 berbeda dengan perlakuan yang lain. Faktor B yang
menghasilkan kadar K
2
O tertinggi adalah B4 dengan nilai tengah sebesar 0.7
mg100 gr. Uji lanjutan Tukey menunjukkan bahwa B4 berbeda dengan perlakuan yang lain.
✪
Hasil selengkapnya uji Anova dan Uji lanjutan Tukey pengaruh konsentrasi sludge ipal dan dosis fortifikasi limbah susu bubuk terhadap kualitas kompos
disajikan pada Lampiran 7.
4.4.5 Analisa Cemaran Mikroba Pathogen Dan Logam Berat
Analisa terhadap cemaran mikroba pathogen hanya dilakukan terhadap sampel A3B4 yaitu sampel dengan perlakuan konsentrasi slude ipal tertinggi 20
dan dosis fortifikasi tertinggi 30 dengan asumsi sampel tersebut yang paling mungkin terkontaminasi mikroba pathogen. Sesuai dengan Baku Mutu dari
Permentan No 70PermentanSR.140102011 maka mikroba pathogen yang dianalisa adalah Escherichia coli dan Salmonella sp.
Tabel 13 Hasil pengamatan terhadap mikroba pathogen pada sampel kompos dengan dosis konsentrasi sludge ipal terbesar A3=20 dan dosis
fortifikasi limbah susu bubuk terbesar B4=30
No Kode
Sampel ---------- Parameter Mikroba Kontaminan ---------
Satuan Escherichia coli
Salmonella sp Baku
Mutu Hasil Analisis
Sampel Baku
Mutu Hasil Analisis
Sampel 1
A3B4R1 10
2
36 10
2
30 MPNg
2 A3B4R2
10
2
30 10
2
92 MPNg
3 A3B4R3
10
2
30 10
2
30 MPNg
Baku Mutu sesuai Permentan No 70PermentanSR.140102011 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kandungan Escherichia coli dan
Salmonella sp masih memenuhi persyaratan baku mutu. Miller 2003 menyatakan pada proses pengomposan juga terjadi pengurangan bakteri pathogen dan parasit.
Hal ini dimungkinkan karena adanya kenaikan suhu setidaknya 131
o
F selama 3 hari pada kondisi ‘aerated pile’ atau 131
o
F selama 2 minggu pada zona panas pada kondisi windrow pile yang di balik sebanyak 5 kali.
Hasil pengukuran kadar logam berat dan cemaran lainnya menunjukkan bahwa kompos yang diberi perlakuan sludge ipal sebagai dekomposer dan
difortifikasi dengan limbah susu bubuk disajikan pada Tabel 14. Dari data tersebut disimpulkan bahwa kompos tersebut masih memenuhi baku mutu sesuai
SNI:19:7030-2004.
✫✬
Tabel 14 Hasil analisis logam berat pada sampel kompos dengan perlakuan konsentrasi sludge ipal dan dosis fortifikasi susu bubuk
No Sampel
Senyawa Rata-rata
hasil pengukuran
Standar Mutu Satuan
1
Semua sampel
Pb td
maksimum 150,0 ppm
2 Cd
1,3 maksimum 3,0
ppm 3
As 0,3
maksimum 13,0 ppm
4 Hg
td maksimum 0,8
ppm 5
La -
ppm 6
Ce maksimum 2,0
ppm 7
Bahan ikutan lainnya
- Keterangan : td = tidak terdeteksi ; standar mutu sesuai dengan SNI : 19:7030-
2004
4.5 Pengujian Kompos Dengan Sayur Pakchoy dengan Indikator Pertumbuhan Tanaman