Perencanaan Strategi Konsep Strategi

kerja yang mengarahkan dewan dan staf ketika mereka mengusahakan pelaksanaan kerja organisasi. c. Indikator-indikator utama untuk memantau prestasi dan menilai hasil. d. Informasi yang dapat digunakan untuk memasarkan organisasi kepada masyarakat dan pemberi dana potensial. Proses perencanaan strategi mengambarkan unsur-unsur pokok serta hasil sebagai rangkaian tahapan dan langkah-langkah yang memungkinkan keluwesan dan kreativitas. Proses tersebut terdiri dari tahap perencanaan, mempertegas visi dan misi, penilaian lingkungan, menyepakati prioritas-prioritas, penulisan rencana strategi, implementasi rencana strategi, serta memantau dan mengevaluasi. a. Persiapan Organisasi yang akan memulai perencanaan strategi harus melakukan beberapa hal agar dapat menjalani proses perencanaan strategi yang teratur, sebagai berikut: mengidentifikasi masalah atau pilihan tegas yang harus ditangani oleh proses perencanaan, memperjelas peran-peran, membentuk sebuah panitia perencana, menyusun profil organisasi, dan mengidentifikasi informasi yang harus dikumpulkan untuk membantu membuat keputusan-keputusan yang sehat. b. Mempertegas Visi dan Misi Rumusan misi berperan menggambarkan organisasi dalam beberapa aspek, yaitu maksud yang ingin dicapai, metode atau kegiatan utama yang dilakukan organisasi untuk mencapai maksudnya, dan nilai- nilai yang membimbing para organisasi sewaktu berupaya mewujudkan maksud organisasinya. c. Penilaian Lingkungan Organisasi perlu mengumpulkan informasi saat ini mengenai kekuatan dan kelemahan internal organisasi, serta peluang dan ancaman eksternal. d. Menyepakati Prioritas-Prioritas Kesimpulan yang telah dihasilkan dalam tahapan sebelumnya digunakan sebagai dasar dalam penetapan strategi, tujuan dan sasaran- sasaran. Tahapan ini memungkinkan perencana untuk kembali kepada tahapan sebelumnya agar diperoleh informasi tambahan atau evaluasi ulang dari kesimpulan yang ada sesuai kebutuhan. e. Penulisan Rencana Strategi Hasil kerja dari tahapan-tahapan yang telah dilalui kemudian disatukan dalam dokumen yang utuh, dan dipastikan bahwa rencana yang telah disusun mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan utama tentang prioritas dan arah secara cukup mendetail agar berfungsi sebagai pedoman untuk para anggota organisasi. f. Implementasi Rencana Strategi Rencana strategi yang telah tersusun kemudian dibuatkan rencana kerja dalam bentuk yang padat dan memudahkan. Rancana kerja tersebut disesuaikan dengan tahun fiskal organisasi dan menampung kebutuhan akan perencanaan lain pada tingkat program yang lebih mendetail. g. Memantau dan Mengevaluasi Sifat lingkungan yang dinamis memerlukan perencanaan dan evaluasi ulang. Hal tersebut menjadikan perencanaan strategi mempunyai batasan atau siklus waktu agar tanggap dengan perubahan lingkungan yang terjadi. Tahapan dalam kerangka kerja pengambil keputusan yang telah diintegrasikan dengan teknik perumusan strategi yang penting, menurut David 2009, ditunjukkan pada Gambar 2. Tahap 1. Tahap Input Input Stage Evaluasi Faktor Eksternal Evaluasi Faktor Internal External Factor Evaluation Internal Factor Evaluation Tahap 2. Tahap Pencocokan Matching Stage Tahap 3. Tahap Keputusan Decision Stage Gambar 2. Kerangka kerja manajemen strategi David 2009 a. Tahap Input Input Stage Tahap ini dikuantifikasi secara subyektif selama tahap awal dari proses perumusan strategi untuk menghasilkan faktor-faktor eksternal dan internal organisasi. Alat analisis yang dapat digunakan adalah External Factor Evaluation EFE dan Internal Factor Evaluation IFE. b. Tahap Pencocokan Matching Stage Penggabungan matriks EFE dan matriks IFE akan menghasilkan matriks IE yang memperlihatkan posisi organisasi pada saat itu. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan pada tahap input, dilakukan pula penerjemahan faktor menjadi sasaran strategi dalam perspektif Balanced Scorecard BSC. c. Tahap Keputusan Decision Stage Tahap keputusan menggunakan Analytical Hierarchy Process AHP yang secara obyektif akan mengidentifikasi sasaran strategi yang menjadi prioritas untuk dijalankan oleh organisasi.

2.2. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM

Organisasi nirlaba di Indonesia memiliki dua jenis badan hukum, yaitu sebagai yayasan, dan perkumpulan. LSMdi Indonesia sebagai salah satu bentuk organisasi nirlaba pada umumnya memiliki badan hukum sebagai yayasan. Regulasi yang ditetapkan untuk mengaturnya dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 16Tahun 2001 mengenai yayasan. Regulasi tersebut juga bertujuan untuk mempromosikan transparansi dan akuntabilitas dalam yayasan. Payung hukum ini dianggap dapat memberikan jaminan dan kepastian hukum, serta ditertibkannya fungsi yayasan sebagai lembaga nirlaba yang bergerak di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. LSM merupakan istilah pengganti bagiNon Governmental Organization NGO atau Ornop. Penyebutan LSM mulai diperkenalkan pada zaman orde baru untuk menghindarkan penggunaan istilah ornop yang terkesan anti pemerintah. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan untuk mengembangkan pembangunan di tingkat akar rumput grass roots, yang biasanya melalui penciptaan dan dukungan terhadap kelompok- kelompok swadaya lokal. Hadiwinata 2003 mengidentifikasi ciri-ciri yang dimiliki LSM,sebagai berikut: a. Formal, artinya secara organisasi bersifat permanen, mempunyai kantor dengan seperangkat aturan dan prosedur. b. Swasta, artinya kelembagaan yang berada diluar atau terpisah dari pemerintah. c. Tidak mencari keuntungan, artinya tidak memberikan keuntungan profit kepada direktur atau pengurusnya. d. Menjalankan organisasinya sendiri self-governing, yaitu tidak dikontrol oleh pihak luar. e. Sukarela voluntary, yaitu menjalankan derajat kesukarelaan tertentu. f. Non religius, artinya tidak mempromosikan ajaran agama. g. Non politik, artinya tidak ikut dalam pencalonan di pemilu. LSM memainkan peran dalam mendukung kelompok swadaya masyarakat. Peran tersebut sebagai berikut: a. Mengidentifikasi kebutuhan kelompok lokal dan taktik-taktik untuk memenuhi kebutuhan ini. b. Melakukan mobilisasi dan agitasi untuk usaha aktif mengejar kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi tersebut. c. Merumuskan kegiatan jangka panjang untuk mengejar sasaran-sasaran pembangunan lebih umum. d. Menghasilkan atau memobilisasi sumberdaya lokal atau eksternal untuk kegiatan pembangunan. e. Pengaturan perencanaan dan pelaksanaan untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Model pendekatan yang dilakukan LSM di Indonesia terbagi menjadi tiga. Model pendekatan yang pertama adalah high level partnership : grassroot development . LSM semacam ini menkankan kerjasama pada program-program pembangunan pemerintah seraya