Pelaksana Teknis BKSDA dan Taman Nasional. b. Kepolisian Republik Indonesia, khususnya di tingkat Polda, Polres
dan Polsek. c. Pemerintah Daerah.
d. Kelompok masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. e. Lembaga konservasi yang memiliki visi dan misi yang sama.
f. Jaringan kerja wartawan lingkungan, seperti Aliansi Jurnalis Independen dan Pewarta Foto Indonesia.
g. LIPI. h. Eijkman Institute.
i. Universitas dalam negeri.
j. Universitas luar negeri.
k. Perusahaan swasta, terutama perusahaan dengan lokasi yang berbatasan dengan areal pelepasliaran.
4.2. Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan organisasi pada Yayasan IAR Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu analisis lingkungan internal dan analisis
lingkungan eksternal. Analisis lingkungan organisasi tersebut bersumber dari hasil pengamatan langsung dan korespondensi dengan pihak
manajemen Yayasan IAR Indonesia.
4.2.1. Internal Factor Evaluation IFE
Analisis faktor lingkungan internal meliputi identifikasi faktor- faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan pada aspek manajemen
Yayasan IAR Indonesia, yang terdiri dari aspek keuangan, pemasaran, produksi dan operasi, serta sumber daya manusia. Masing-masing faktor
yang telah diidentifikasi kemudian diberi rating dan bobot oleh responden. Berdasarkan hasil pengalian rating dan bobot, diperoleh skor yang
menunjukkan kemampuan Yayasan IAR Indonesia dalam mengoptimalkan kekuatan dan mengelola kelemahan organisasinya.
Total nilai rata-rata dari faktor lingkungan internal adalah 2,35 yang menunjukkan bahwa Yayasan IAR Indonesia memiliki kemampuan
dibawah rata-rata 2,50 dalam mengoptimalkan kekuatan dan mengelola kelemahan organisasinya.Matriks IFE Yayasan IAR Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks IFE Yayasan IAR Indonesia
No IFE
Bobot Rating
Skor Kekuatan Strengths
1. Efisiensi anggaran yang diawasi dengan baik
0,09 4,00
0,36 2.
Program penanganan latar belakang utama kegiatan konservasi satwa, yaitu pembalakan
hutan, perburuan dan perdagangan satwa ilegal
0,07 3,67
0,27 3.
Keterlibatan masyarakat dalam program edukasi lingkungan hidup
0,09 3,33
0,30 4.
Program reintroduksi dilakukan dengan metode yang meminimalkan kontak satwa
dengan manusia 0,11
4,00 0,44
5. Keterbukaan terhadap kegiatan penelitian
0,10 3,33
0,33
Kelemahan Weakness
6. Sumber pendanaan didominasi oleh satu
donor besar 0,08
1,33 0,11
7. Wanprestasi bagi pendonor belum dikelola
dengan baik 0,07
1,67 0,12
8. Struktur organisasi tidak jelas dan sering
mengalami perubahan 0,09
1,00 0,09
9. Turn over
karyawan tinggi 0,09
1,00 0,09
10. Sistem kompensasi karyawan belum
memadai 0,10
0,67 0,07
11. Pemenuhan kompetensi sumber daya
manusia, baik secara kualitas maupun kuantitas
0,10 1,67
0,17
Total 1,00
2,35
Bobot pada poin sebelas merupakan bobot tertinggi bagi faktor lingkungan internal yang menunjukkan bahwa penerapan metode yang
meminimalkan kontak satwa dengan manusia dalam program reintroduksi merupakan hal yang terpenting bagi organisasi di bidang tersebut. Program
reintroduksi bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bertahan hidup di alam liar bagi satwa yang berada di luar habitat aslinya dantelah
mengalami perubahan perilaku. Ketergantungan terhadap manusia, penularan penyakit dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya
antropozoonosis, dan perilaku meniru stereotiping akan menghambat tercapainya tujuan dari program reintroduksi. Oleh sebab itu, pembatasan