Internal Factor Evaluation IFE

dibawah rata-rata 2,50 dalam mengoptimalkan kekuatan dan mengelola kelemahan organisasinya.Matriks IFE Yayasan IAR Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks IFE Yayasan IAR Indonesia No IFE Bobot Rating Skor Kekuatan Strengths 1. Efisiensi anggaran yang diawasi dengan baik 0,09 4,00 0,36 2. Program penanganan latar belakang utama kegiatan konservasi satwa, yaitu pembalakan hutan, perburuan dan perdagangan satwa ilegal 0,07 3,67 0,27 3. Keterlibatan masyarakat dalam program edukasi lingkungan hidup 0,09 3,33 0,30 4. Program reintroduksi dilakukan dengan metode yang meminimalkan kontak satwa dengan manusia 0,11 4,00 0,44 5. Keterbukaan terhadap kegiatan penelitian 0,10 3,33 0,33 Kelemahan Weakness 6. Sumber pendanaan didominasi oleh satu donor besar 0,08 1,33 0,11 7. Wanprestasi bagi pendonor belum dikelola dengan baik 0,07 1,67 0,12 8. Struktur organisasi tidak jelas dan sering mengalami perubahan 0,09 1,00 0,09

9. Turn over

karyawan tinggi 0,09 1,00 0,09 10. Sistem kompensasi karyawan belum memadai 0,10 0,67 0,07 11. Pemenuhan kompetensi sumber daya manusia, baik secara kualitas maupun kuantitas 0,10 1,67 0,17 Total 1,00 2,35 Bobot pada poin sebelas merupakan bobot tertinggi bagi faktor lingkungan internal yang menunjukkan bahwa penerapan metode yang meminimalkan kontak satwa dengan manusia dalam program reintroduksi merupakan hal yang terpenting bagi organisasi di bidang tersebut. Program reintroduksi bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bertahan hidup di alam liar bagi satwa yang berada di luar habitat aslinya dantelah mengalami perubahan perilaku. Ketergantungan terhadap manusia, penularan penyakit dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya antropozoonosis, dan perilaku meniru stereotiping akan menghambat tercapainya tujuan dari program reintroduksi. Oleh sebab itu, pembatasan kontak antara satwa dan manusia pada program reintroduksi merupakan faktor penting agar satwa mampu bertahan hidup ketika dikembalikan ke habitat aslinya. Faktor tersebut direspon dengan sangat baik oleh Yayasan IAR Indonesia rating 4,00, sehingga mampu menjadi kekuatan utama bagi organisasi tersebut skor terbobot 0,44. Keterbukaan terhadap kegiatan penelitian merupakan faktor internal kedua terpenting bobot 0,10. Penelitian yang dimaksud adalah penelitian pada bidang yang berkaitan langsung dengan organisasi, sehingga hasil yang diperoleh dapat menjadi pengetahuan yang berguna bagi organisasi tersebut. Faktor ini direspon dengan cukup baik oleh Yayasan IAR Indonesia rating 3,33, sehingga menjadi salah satu kekuatan organisasi dengan skor terbobot 0,33. Faktor lingkungan internal berikutnya yang diidentifikasi sebagai kekuatan pada Yayasan IAR Indonesia adalah Efisiensi anggaran yang diawasi dengan baik. Faktor ini merupakan faktor ketiga terpenting berdasarkan perolehan bobot 0,09 dan direspon dengan sangat baik oleh Yayasan IAR Indonesia rating 4,00. Yayasan IAR Indonesia telah menggunakan sistem pelaporan keuangan yang terintegrasi dan dikomputerisasi semenjak tahun 2012 untuk memudahkan pengawasan penggunaan anggaran. Pengawasan terhadap penggunaan anggaran dan tercapainya efisiensi menunjukkan akuntabilitas Yayasan IAR Indonesia skor terbobot 0,36. LSM menjalankan perannya dengan tujuan besar untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat, sehingga apapun bidang yang dipilih oleh LSM tersebut, maka pemberdayaan masyarakat menjadi hal penting yang perlu mendapatkan perhatian. Oleh sebab itu, faktor Keterlibatan masyarakat dalam program edukasi lingkungan hidup dinilai mempunyai tingkat kepentingan yang cukup tinggi bobot 0,09, dan direspon dengan cukup baik pula oleh Yayasan IAR Indonesia rating 3,33. Skor terbobot yang diperoleh faktor ini adalah sebesar 0,30. Bidang konservasi satwa dipicu oleh beberapa hal utama, yaitu pembalakan hutan, perburuan dan perdagangan satwa ilegal. Program penanganan latar belakang utama kegiatan konservasi satwa tersebut menjadi faktor kekuatan dengan tingkat kepentingan yang paling rendah bobot 0,07, dan direspon dengan baik oleh Yayasan IAR Indonesia rating 3,67. Respon tersebut ditunjukkan dengan dibentuknya beberapa program yang berkaitan dengan reboisasi, perburuan dan perdagangan satwa. Skor terbobot yang diperoleh sebesar 0,26. Faktor lingkungan internal yang menjadi kelemahan terbesar pada Yayasan IAR Indonesia adalah Sistem kompensasi karyawan belum memadai skor terbobot 0,07. Kompensasi merupakan kontraprestasi terhadap penggunaan jasa atau kontribusi yang telah diberikan tenaga kerja. Sistem kompensasi yang dikelola dengan baik bertujuan untuk memperoleh personil berkualitas, mempertahankan karyawan yang ada, memastikan keadilan bahwa karyawan dibayar sesuai dengan jam kerja dan rata-rata pendapatan untuk posisi setingkat di organisasi lainnya, menghargai perilaku yang diinginkan, mengawasi biaya yang dikeluarkan untuk ketenagakerjaan, mematuhi peraturan ketenagakerjaan yang berlaku, dan memfasilitasi sikap saling pengertian antara karyawan dan organisasi. Yayasan IAR Indonesia telah memberikan fasilitas asuransi kesehatan, akan tetapi pemberian insentif finansial dan non-finansial lainnya bagi karyawan belum diperhatikan dengan baik oleh pihak manajemen.Faktor ini mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi bobot 0,10, namun direspon dengan lemah oleh Yayasan IAR Indonesia rating 0,67. Faktor lainnya yang menjadi kelemahan, yakni Struktur organisasi tidak jelas dan sering mengalami perubahan, dan Turn over karyawan, dengan skor terbobot masing-masing sebesar 0,09. Kedua faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan yang sama dalam organisasi nirlaba sejenis bobot 0,09dan direspon oleh Yayasan IAR Indonesia dengan cara yang sama pula rating 1,0. Sumber pendanaan didominasi oleh satu donor besar hendaknya menjadi perhatian bagi Yayasan IAR Indonesia karena mempunyai tingkat kepentingan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 0,08. Sumber pendanaan yang berasal dari satu pintu dapat menempatkan organisasi dalam posisi yang lemah apabila terjadi hal yang menyebabkan terhambatnya pendanaan dari sumber tersebut. Respon Yayasan IAR Indonesia yang lemah terhadap faktor ini sebesar 1,33 turut berkontribusi memperkecil total nilai skor terbobot pada evaluasi faktor internal skor terbobot 0,11. Membina hubungan baik dengan pendonor merupakan hal yang perlu dilakukan organisasi nirlaba bobot 0,07, sehingga pemberian wanprestasi atau penghargaan bagi pendonor yang belum dikelola dengan baik direspon Yayasan IAR Indonesia sebagai salah satu kelemahan minor rating 1,67. Perolehan skor terbobot bagi faktor tersebut cukup baik, yaitu sebesar 0,12. Pemenuhan kompetensi sumber daya manusia, baik secara kualitas dan kuantitas masih rendah, memperoleh skor terbobot sebesar 0,17. Tingkat kepentingan faktor ini bagi organisasi nirlaba seperti Yayasan IAR Indonesia cukup tinggi bobot 0,10 dan telah direspon sebagai kelemahan minor rating 1,67. Respon lemah yang ditunjukkan Yayasan IAR Indonesia terhadap faktor di poin delapan sampai dengan sebelas,pada tabel 6, dikarenakan belum adanya staf khusus yang memiliki kapasitas di bidang pengembangan sumber daya manusia.

4.2.2. External Factor Evaluation EFE

Analisis faktor lingkungan eksternal meliputi identifikasi faktor- faktor yang menjadi peluang dan ancaman yang didasarkan pada aspek politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. Masing-masing faktor yang telah diidentifikasi kemudian diberi rating dan bobot oleh responden. Berdasarkan hasil pengalian rating dan bobot, diperoleh skor yang menunjukkan kemampuan Yayasan IAR Indonesia dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi ancamannya. Total nilai rata-rata dari faktor lingkungan eksternal adalah 3,33 yang menunjukkan posisi eksternal yang kuat dari Yayasan IAR Indonesia dan kemampuan diatas rata-rata 2,50 untuk merespon faktor-faktor lingkungan eksternal dengan memanfaatkan peluang atau menghadapi ancaman. Matriks EFE Yayasan IAR Indonesia dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Matriks EFE Yayasan IAR Indonesia No EFE Bobot Rating Skor Peluang Opportunities 1. Perkembangan teknologi yang menunjang kegiatan konservasi satwa 0,12 3,67 0,44 2. Perundang-undangan dan peraturan pemerintahmengenai perlindungan keanekaragaman hayati 0,12 3,33 0,40 3. Pendidikan lingkungan hidup masuk dalam kurikulum pendidikan nasional 0,07 2,33 0,16 4. Desakan masyarakat dunia terhadap kegiatan usaha yang ramah lingkungan 0,12 3,67 0,44 5. Kekuatan nilai tukar dolar Amerika terhadap rupiah 0,13 4,00 0,52 Ancaman Threats 1. Sentimen dan pemberitaan negatif mengenai LSM 0,12 3,67 0,44 2. Krisis ekonomi di Eropa dan Amerika 0,11 3,33 0,37 3. Perburuan dan perdagangan ilegal satwa dilindungi 0,05 1,33 0,07 4. Deforestasi dan fragmentasi habitat alami satwa 0,11 3,33 0,37 5. Perubahan kebijakan pemerintah terhadap kegiatan konservasi satwa 0,06 2,00 0,12 Total 1,00 3,33 Kekuatan nilai tukar dolar Amerika terhadap rupiah pada poin lima merupakan faktor eksternal terpenting bagi organisasi nirlaba, sehingga mendapatkan bobot paling besar bila dibandingkan dengan faktor lingkungan eksternal lainnya. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar pendanaan organisasi bersumber dari dana asing berbentuk dolar Amerika yang dikonversikan ke dalam rupiah. Yayasan IAR Indonesia merespon faktor ini dengan sangat baik rating 4,00, sehingga menjadi skor terbobot tertinggi, yaitu sebesar 0,52. Faktor teknologi pada poin satu dan propaganda mengenai green company pada poin empat merupakan faktor yang menjadi peluang penting bagi organisasi nirlaba sejenis bobot 0,12. Faktor tersebut telah direspon dengan cukup baik oleh Yayasan IAR Indonesia rating 3,67, sehingga mendapat perolehan skor terbobot yang tinggi, yaitu sebesar 0,44.