External Factor Evaluation EFE
Tabel 7. Matriks EFE Yayasan IAR Indonesia
No EFE
Bobot Rating Skor Peluang Opportunities
1. Perkembangan teknologi yang menunjang
kegiatan konservasi satwa 0,12
3,67 0,44
2. Perundang-undangan dan peraturan
pemerintahmengenai perlindungan keanekaragaman hayati
0,12 3,33
0,40 3.
Pendidikan lingkungan hidup masuk dalam kurikulum pendidikan nasional
0,07 2,33
0,16 4.
Desakan masyarakat dunia terhadap kegiatan usaha yang ramah lingkungan
0,12 3,67
0,44 5.
Kekuatan nilai tukar dolar Amerika terhadap rupiah
0,13 4,00
0,52
Ancaman Threats
1. Sentimen dan pemberitaan negatif mengenai
LSM 0,12
3,67 0,44
2. Krisis ekonomi di Eropa dan Amerika
0,11 3,33
0,37 3.
Perburuan dan perdagangan ilegal satwa dilindungi
0,05 1,33
0,07 4.
Deforestasi dan fragmentasi habitat alami satwa
0,11 3,33
0,37 5.
Perubahan kebijakan pemerintah terhadap kegiatan konservasi satwa
0,06 2,00
0,12
Total 1,00
3,33
Kekuatan nilai tukar dolar Amerika terhadap rupiah pada poin lima merupakan faktor eksternal terpenting bagi organisasi nirlaba,
sehingga mendapatkan bobot paling besar bila dibandingkan dengan faktor lingkungan eksternal lainnya. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar
pendanaan organisasi bersumber dari dana asing berbentuk dolar Amerika yang dikonversikan ke dalam rupiah. Yayasan IAR Indonesia merespon
faktor ini dengan sangat baik rating 4,00, sehingga menjadi skor terbobot tertinggi, yaitu sebesar 0,52.
Faktor teknologi pada poin satu dan propaganda mengenai green company
pada poin empat merupakan faktor yang menjadi peluang penting bagi organisasi nirlaba sejenis bobot 0,12. Faktor tersebut telah
direspon dengan cukup baik oleh Yayasan IAR Indonesia rating 3,67, sehingga mendapat perolehan skor terbobot yang tinggi, yaitu sebesar
0,44.
Faktor dengan tingkat kepentingan yang cukup tinggi lainnya adalah adanya regulasi tentang perlindungan keanekaragaman hayati
bobot 0,12. Regulasi tersebut disadari sebagai landasan yang mendukung kegiatan oleh Yayasan IAR Indonesia, sehingga direspon dengan cukup
baik rating 3,33 dan memperoleh skor terbobot yang tinggi 0,40. Masuknya pendidikan lingkungan hidup dalam kurikulum
pendidikan nasional menjadi peluang bagi organisasi nirlaba di bidang konservasi lingkungan dengan tingkat kepentingan 0,07. Faktor ini
direspon baik oleh Yayasan IAR Indonesia rating 2,33. Skor terbobot pada peluang ini mendapatkan nilai terendah, yaitu sebesar 0,16.
Sentimen pemberitaan negatif mengenai LSM adalah ancaman dengan bobot terbesar, yaitu 0,12. Bobot terbesar menunjukkan bahwa
faktor tersebut hendaknya diberikan perhatian yang besar karena mempunyai pengaruh ataupun tingkat kepentingan yang tinggi terhadap
organisasi. Yayasan IAR Indonesia memberikan respon dengan cukup baik, yaitu 3,67, sehingga diperoleh skor terbobot yang tinggi 0,44.
Poin dua dan poin empat tabel 7 mempunyai bobot 0,11 dan mendapatkan tingkat respon yang serupa pula dari Yayasan IAR Indonesia
3,33. Krisis ekonomi tingkat dunia poin dua merupakan ancaman penting terhadap kelangsungan organisasi sebab berkaitan langsung
dengan pendanaan, sementara deforestasi dan defragmentasi habitat merupakan ancaman penting karena merupakan latar belakang dari
permasalahan konservasi lingkungan hayati. Respon cukup baik yang diberikan Yayasan IAR Indonesia menghasilkan skor terbobot yang tinggi
0,37. Perubahan kebijakan pemerintah terhadap kegiatan konservasi
satwa menjadi penghambat bagi kegiatan operasional organisasi sejenis bobot 0,06. Hal tersebut direspon dengan lemah oleh Yayasan IAR
Indonesia rating 2,00, sehingga memperoleh skor terbobot sebesar 0,07. Perburuan dan perdagangan satwa ilegal berimbas langsung
terhadap keseimbangan ekosistem, tetapi tidak mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi bagi kelangsungan organisasi sejenis bobot 0,05.
T ot
al S
k or
E FE
Tinggi 4,00 – 3,00
Sedang 2,99 – 2,00
Rendah 1,99 – 1,00
Faktor tersebut direspon dengan lemah oleh Yayasan IAR Indonesia rating 1,33, sehingga berkontribusi memperkecil total nilai skor terbobot
pada evaluasi faktor eksternal skor terbobot 0,07.