informasi, kemudian dapat dibedakan menjadi tiga level pemahaman yaitu: deskripsi, prediksi dan penjelasan. Deskripsi merupakan perencanaan mengenai
suatu hal yang diamati dengan menggunkan atribut fisik. Prediksi melibatkan pengetahuan tentang sesuatu yang akan terjadi pada
suatu situasi khusus. Penjelasan meliputi pengetahuan mengapa sesuatu terjadi. Penjelasan lebih lanjut dipaparkan oleh Arifin 1984 dalam Ritonga 1993 yang
menyatakan “mengerti pada dasarnya adalah seseorang dapat menerangkan mengenai sesuuatu secara teratur adalah dengan memberi jawaban atas pertanyaan
apa, mengapa, sebab apa, bagaimana, dan buat apa”.
3.1.5. Konsumen
Menurut Sumarwan 2002 dalam Mahakami 2008 mendefinisikan konsumen sebagai individu atau organisasi yang membeli barang atau jasa untuk
digunakan sendiri atau untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasi. Menurut Engel, et.al 1994 dalam Mahakami 2008, perilaku konsumen adalah tindakan
yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti
tindakan ini. Pemahaman mengenai konsumen juga disampaikan oleh Sumarwan 2003,
istilah konsumen dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1 konsumen individu, konsumen ini membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, 2 konsumen
organisasi, konsumen ini meliputi konsumen bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintahan dan lembaga lainnya.
3.1.6. Identitas Produk
Produk menurut Kotler dan Amstrong 2005 adalah : “A product as
anything that can be offered to a market for attention, acquisition, use or consumption and that might satisfy
a want or need”. Artinya produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,
dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Menurut Tjiptono 1998 secara konseptual produk adalah pemahaman
subyektif dari produsen atas “sesuatu” yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli.
Menurut Kotler et.al 2000 mengemukakan bahwa produk adalah: “Segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk menarik perhatian,
dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan”.
3.1.6.1. Kualitas Produk
Menurut Tjiptono 1997 apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi
apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut
terdiri dari: 1. Kinerja Performace
Yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti core product yang dibeli, misalnya kecepatan, konsumsi bahan bakar, jumlah penumpang yang dapat
diangkut, kemudahan dan kenyamanan dalam mengemudi dan sebagainya. 2. Keistimewaan tambahan features
Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya kelengkapan interior dan eksterior seperti dash board, AC, sound system, door lock system, power
steering, dan sebagainya. 3. Keandalan reliability
Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai, misalnya mobil tidak sering ngadat atau macet atau rusak.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi conformance to specification. Yaitu sejauh mana karaktistik desain dan operasi memenuhi standar-standar
yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar keamanan dan emisi terpenuhi, seperti ukuran roda untuk truk tentunya harus lebih besar daripada
mobil sedan. 5. Daya tahan durability
Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan mobil.
6. Estetika asthetic Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik
mobil yang menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan sebagainya.
3.1.6.2. Lebah madu
Menurut Sarwono 2004, dalam dunia hewan kingdom Animalia, lebah madu termasuk dalam phylum Arthropoda, kelas insecta serangga, ordo
Hymenopter, family Apidae, dan genus Apis. Lebah madu terdiri dari beberapa jenis diantaranya lebah hutan Apis Dorsata, lebah Australia Apis mellifera,
Apis Florea dan lebah local Apis Indica. Di negara Asia seperti Jepang, India dan Korea dapat ditemukan lebah oriental Apis Cerana. Ukuran lebah ada yang
kecil misalnya Apis Florea dan ada yang besar seperti Apis Laboriosa yang dapat dijumpai di daerah pegunungan Himalaya.
Jenis lebah madu yang banyak di budidayakan di Indonesia adalah Apis Mellifera dan Apis Cerana. Jenis Apis Mellifera merupakan lebah impor dari
Eropa dan mempunyai ukuran tubuh lebih besar dari Apis Cerana. Lebah ini diklasifikasikan pertama kali oleh Linnaeus pada tahun 1758 dan menyebar di
Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, Indonesia dan Australia. Lebah ini merupakan jenis paling banyak dibudidayakan di banyak negaratermasuk
Indonesia, karena daya adaptasinya di lingkungan baru cukup baik. Lebah Apis Mellifera mulai diperkenalkan kepada petani Indonesia pada
tahun 1972. Saat itu Pusat Apiari Pramuka mendatangkan lebah ini dari Australia. Apis mellifera merupakan jenis lebah unggul dan dapat beradaptasi dengan
kondisi iklim tropis Indonesia. Menurut Sarwono 2003, dalam satu koloni lebah Apis Mellifera terdiri dari 10.000
– 100.000 ekor lebah dengan hasil madu mencapai 30-60 kgtahun, sementara satu koloni lebah Apis Cerana hanya terdiri
dari 20.000-40.000 ekor lebah dengan hasil madu yang lebih sedikit, yaitu 5 kg per tahun.
3.1.7. Produk-produk Lebah madu
Madu
Madu adalah cairan manis yang dihasilkan oleh lebah madu dari berbagai sumber nektar. Menurut Sihombing 2005 menyatakan bahwa madu adalah
bahan makanan energy yang baik sekali karena mengandung gula gula sederhana yang dapat segera dimanfaatkan tubuh, selain itu madu juga mengandung garam-
garam mineral dan bahan-bahan lain yang dibutuhkan tubuh. Faktor-faktor yang menentukan kualitas madu antara lain: waktulama penyimpanan, teknologi
pemprosesan, warna, rasa, kekentalan dan aroma. Kualitas inilah yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap madu.
Aroma dan warna madu ditentukan oleh sumber nektar. Warna madu berkisar dari putih hingga hitam pekat. Menurut Sihombing 2005, madu yang warnanya pucat
aromanya paling menarik. Kegunaan madu banyak dimanfaatkan dalam bidang indutri seperti industry makanan dan industry obat obat pilek dan laxative
Royal Jelly
Menurut Sihombing 2005, royal jelly atau susu ratu adalah cairan putih seperti susu, agak masam dan berbau agak tajam. Royal Jelly dihasilkan oleh
kelenjar hypofarink lebah pekerja berumur 3-13 hari untuk makanan eraman terutama untuk bakal ratu. Menurut Sarwono 2003, Royal jelly juga digunakan
sebagai pakan sehari-hari lebah ratu dan juga diberikan kepada lebah yang baru lahir selama satu hari pertama. Kandungan gizi royal jelly berupa protein 45,
lemak 13, gula 13, gula 20, garam mineral, aneka vitamin yang terdiri dari B-Kompleks, H dan E.
Sihombing 2005 menyatakan bahwa pemanenan royal jelly sedikit sukar karena menggunakan aspirator pengisap kecil. Pengambilan royal jelly larva
harus disingkirkan dulu dengan pinset dan barulah royal jelly diisap dengan aspiratoris, kemudian disaring dengan nylon halus dan disimpan dalam freezer
pada suhu 0,6-1,7 C jika akan digunakan dalam waktu 1-2 minggu. Kegunaan
royal jelly sebagai pengobatan penyakit, kosmetik dan suplemen makanan.
Tepung Sari Bee Pollen
Pollen adalah alat jantan reproduktif tumbuhan berprotein tinggi dan bagi lebah merupakan bahan pembentuk dan pertumbuhan dan pengganti sel-sel using.
Polen dapat dipanen dari lebah yang baru kembali dari lapangan ke sarang. Polen berbentuk pellet terkikis dari kaki belakang lebah pekerja sewaktu lebah masuk
melalui lubang sekat sempit. Polen yang jatuh ditampung dipetadah yang ditutp kasa berlubang halus
untuk mencegah agar lebah tidak dapat mengambilnya kembali. Menurut Sihombing 2005, saat ditampung polen agak basah dan perlu dikeringkan untuk
mencegah kerusakan jamur dan peragian. Pengeringan polen dilakukan dengan sinar matahari atau oven dengan suhu kurang dari 60
C. polen digunakan untuk berbagai tujuan antara lain untuk diberi kembali kepada lebah saat polen langka
dilapangan dan kemungkinan pasar terbesar dimasa yang akan datang adalah untuk makanan berprotein tinggi.
3.2.Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran efektifitas komunikasi pemasaran HONEY Madoe dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini:
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Keterangan : : Mempengaruhi
Setiap perusahaan memiliki suatu pesan dan media yang digunakan untuk menjelaskan perusahaannya kepada khalayak luas. Seperti halnya dengan unit
usaha HONEY Madoe ini yang memiliki suatu pesan yang akan disampaikan kepada para konsumennya. Komunikasi pemasaran merupakan aplikasi
HONEY Madoe
Frekuensi Bauran Promosi HONEY Madoe :
Penjualan Pribadi Pemasaran Langsung
Word of Mouth Efektivitas Komunikasi Pemasaran :
Kognitif Afektif
Konatif
komunikasi yang bertujuan untuk membantu kegiatan pemasaran sebuah perusahaan. Aplikasi itu sangat dipengaruhi tidak hanya oleh berbagai bentuk
media pemasarannya, namun juga komunikasi penyampaiannya kepada penerima. Sebuah objek yang akan dipasarkan tidak akan berhasil pemasarannya jika
tidak memiliki media yang memadai untuk sampai ke tangan konsumen. Dari kerangka penelitian yang diatas, dapat dijelaskan bahwa penelitian diawali dengan
menganalisis Efektivitas komunikasi pemasaran yang ada. Hal tersebut dilakukan dengan melihat frekuensi atau intensitas penyampaian pesan yang dilakukan oleh
pihak HONEY Madoe yang terdiri dari periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan penjualan pribadi.
Dalam frekuensi penyampaian ini dilihat mana yang digunakan oleh unit usaha HONEY Madoe selanjutnya dihubungkan dengan efektifitas komunikasi
pemasaran yang dilihat dari segi kognitif pengetahuan, afektif kesukaan dan konatif perilaku. Data dari identifikasi tersebut akan diukur dan diolah
menggunakan korelasi Spearman untuk mendapatkan hubungan antara frekuensi atau intensitas komunikasi pemasaran HONEY Madoe dengan aspek kognitif,
afektif dan konatif, selain itu juga untuk dapat melihat keberpengaruhan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Setelah menapatkan hubungan dan
keberpengaruhan antara variabel X dengan variabel Y dapat dilihat efektivitas komunikasi pemasaran yang telah digunakan oleh unit usaha HONEY Madoe.
2.3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Semakin sering frekuensi bauran promosi dari HONEY Madoe, maka makin
tinggi tingkat kognitif pengetahuan yang dimiliki responden 2. Semakin sering frekuensi bauran promosi dari HONEY Madoe, maka makin
tinggi tingkat afektif kesukaan yang dimiliki responden 3. Semakin sering frekuensi bauran promosi dari HONEY Madoe, maka makin
tinggi tingkat konatif tingkah laku pembelian yang dimiliki responden