Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing

21 cukai rokok. Sedangkan sektor yang mengalami peningkatan yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, pengangkutan serta komunikasi. Tabel 9. Pertumbuhan PDRB Sektoral di Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2006 Tahun Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 1. Pertanian 2.02 1.91 2.82 3.16 3.92 2. Pertambangan dan Penggalian 2.76 2.21 1.84 9.32 8.58 3. Industri Pengolahan -0.73 4.46 5.28 4.61 3.05 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 10.97 10.01 12.23 6.18 4.07 5. Konstruksi 8.32 7.92 9.25 9.15 9.65 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 13.03 5.78 6.77 5.00 6.77 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5.1 3.58 6.76 7.49 7.46 8. Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 3.95 3.41 3.44 4.23 5.27 9. Jasa-jasa 5.46 4.89 6.02 6.11 6.06 Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur Berbagai Tahun Terbit

2.2.2. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing

Pada Gambar 2 dan 3 dapat diketahui bahwa sebelum krisis ekonomi, perkembangan investasi PMDN dan PMA sangat berfluktuasi. Investasi PMDN tertinggi dicapai tahun 1994 dengan nilai sebesar Rp 9.14 trilyun dan PMA tertinggi dicapai pada tahun 1995 dengan nilai sebesar US 3.18 milyar. Namun sejak krisis ekonomi tahun 1998 menyebabkan tekanan inflasi semakin tinggi dan daya beli masyarakat menurun. Ditambah dengan fungsi intermediasi perbankan praktis terhenti akibat memburuknya kepercayaan terhadap perbankan nasional dan kondisi ketidakpastian yang meningkat telah menyebabkan kegiatan produksi dan investasi di hampir seluruh sektor ekonomi mengalami penurunan nyata. Investasi PMDN riil mengalami penurunan dari Rp 4.4 trilyun menjadi Rp 0.29 milyar, sedangkan PMA dari US 630.31 juta menjadi US 393.92 juta. Walaupun apabila diriilkan dan dikonversi dalam mata uang Rupiah, justru PMA tahun 1998 mengalami kenaikan seiring dengan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yaitu dari Rp 620 milyar menjadi Rp 1.4 trilyun. 22 Gambar 2. Perkembangan PMDN Riil di Jawa Timur Tahun 1980-2006 Sumber: BPM Provinsi Jawa Timur 2006 Penurunan masih terjadi pada tahun berikutnya dan meningkat kembali pada tahun 2000 baik untuk PMDN maupun PMA seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional dan Jawa Timur. Akan tetapi peningkatan tersebut tidak berlangsung lama karena pada tahun-tahun berikutnya perkembangan PMDN dan PMA berfluktuatif dan cenderung menurun. Gambar 3. Perkembangan PMA Riil di Jawa Timur Tahun 1980-2006 Sumber: BPM Provinsi Jawa Timur 2006 Perkembangan PMDN dan PMA yang berfluktuasi dan senderung menurun tidak terlepas dari iklim investasi yang belum kondusif seperti kondisi politik dan 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 Tahun T ri ly un Rupi a h PMDN Riil 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 Tahun M ilyar R u p ia h PMA Riil 23 keamanan yang belum sepenuhnya stabil, belum terwujudnya good governance , lemahnya jaminan dan kepastian hukum , adanya peningkatan biaya melakukan bisnis yang timbul karena ekses pelaksanaan otonomi daerah BPM Jatim dan UNAIR, 2004, terbatasnya informasi investasi bagi para investor, menurunnya kondisi infrastruktur dan belum terjaminnya kontinuitas bahan baku serta pasokan listrik Wahyuni, 2007. Selanjutnya apabila ditinjau berdasarkan lokasinya, maka sebagian besar lokasi PMDN berada di wilayah Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto dan Malang. Wiayah yang tidak dimasuki oleh PMDN adalah Trenggalek, Ngawi dan Pamekasan. Jumlah Proyek PMDN tahun 1980-2006 yang tersebar di 31 lokasi mencapai 449 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp 187.17 trilyun. Jumlah tenaga kerja yang terserap adalah sebesar 291 352 jiwa tenaga kerja Indonesia dan 306 tenaga kerja asing. Bidang usaha yang diminati oleh PMDN adalah industri kimia, pengolahan makanan, industri barang logam, industri kayu dan industri tekstil. Untuk PMA, penyebarannya tidak merata dan sebagian besar berada di Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Malang. Wilayah yang tidak dimasuki oleh PMA adalah: Bojonegoro, Tulungagung, Nganjuk, Trenggalek, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, Pamekasan dan Sampang. Jumlah proyek PMA di Jawa Timur Tahun 1980-2006 mencapai 501 proyek dengan nilai investasi mencapai US 11.99 milyar. Jumlah tenaga kerja yang terserap adalah sebesar 176 556 tenaga kerja Indonesia dan 989 tenaga kerja asing. Bidang usaha yang diminati oleh PMA adalah industri kimia, industri barang logam, perdagangan, pengolahan makanan, industri kayu dan industri tekstil. 24 Apabila ditinjau dari jumlah proyeknya maka Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Hongkong menduduki peringkat 5 besar. Sedangkan bila dilihat dari nilai investasinya sejak tahun 1967 sampai 31 Maret tahun 2004, maka Inggris menduduki peringkat pertama dengan nilai investasi sebesar US 6.78 milyar dan mampu menyerap tenaga kerja Indonesia sebesar 16.393 jiwa dan tenaga kerja asing sebesar 331 jiwa. Peringkat kedua adalah Hongkong dan berikutnya Jepang BPM Jatim dan UNAIR, 2004. Apabila ditelaah lebih lanjut, ternyata baik investor asing maupun dalam negeri yang masuk ke Jawa Timur lebih tertarik menanamkan modalnya di wilayah Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Malang dan Pasuruan walaupun untuk PMDN penyebarannya lebih merata. Hal ini disebabkan oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memadai seperti pelabuhan laut, terminal peti kemas, bandara internasional Juanda, lembaga keuangan perbankan, asuransi, jalan tol dan tersedianya tenaga kerja terampil dalam jumlah yang memadai.

2.2.3. Potensi Investasi di Jawa Timur