9 pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dilihat dari perkembangan PDRB Jawa
Timur atas dasar harga konstan tahun 2000=100 yang mengalami kenaikan dari Rp 169 680 milyar pada tahun 2000 menjadi Rp 470 627 milyar pada tahun 2006.
Hal ini menunjukkan adanya anomali antara investasi dan pertumbuhan ekonomi. Selain PDRB, indikator lain yang cukup penting dalam mengukur kinerja
perekonomian adalah pengangguran. Jumlah penganggur di Provinsi Jawa Timur cenderung mengalami kenaikan dari 845 590 jiwa pada tahun 2000 meningkat
menjadi 1 502 903 jiwa tahun 2006. Sedangkan kemampuan PMDN untuk menyerap tenaga kerja pada tahun 2006 sebesar 8 386 jiwa dan PMA sebesar
124 jiwa. Sehingga apabila dilihat dari segi jumlah maka peran kedua jenis investasi tersebut dalam mengurangi jumlah pengangguran relatif masih kecil.
Dengan adanya peran penting investasi PMDN dan PMA dalam perekonomian khususnya pertumbuhan ekonomi, meskipun pada kenyataanya di
Jawa Timur terjadi anomali, serta adanya peran investasi dalam menciptakan lapangan kerja yang diharapkan dapat menurunkan angka pengangguran di Jawa
Timur, maka penelitian mengenai dampak investasi terhadap kinerja perekonomian di Jawa Timur merupakan sesuatu yang menarik untuk dilakukan.
1.2. Perumusan Masalah
Investasi merupakan kunci utama dalam upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Haryanto, 2005. Pendapat tersebut dilengkapi dengan
penjelasan mengenai arti penting investasi dalam menentukan pertumbuhan ekonomi oleh Rostow dan Domar Todaro, 2000. Menurut Rostow, setiap upaya
tinggal landas mengharuskan adanya mobilisasi tabungan dalam dan luar negeri dengan maksud untuk menciptakan investasi yang cukup untuk mempercepat
10 pertumbuhan ekonomi. Pada model pertumbuhan Harrod Domar, arti penting
investasi lebih ditekankan, khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama investasi menciptakan pendapatan dan kedua investasi
memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok kapital.
Pada kenyataannya perkembangan investasi PMDN dan PMA tahun 2000- 2006 di Jawa Timur masih jauh dari harapan, yaitu berfluktuasi cenderung
menurun. Namun demikian kondisi tersebut tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonominya seperti yang terlihat dalam Tabel 5. Pertumbuhan
ekonomi Jawa Timur mengalami pertumbuhan positif dari tahun ke tahun. Pertumbuhan tersebut lebih banyak diakibatkan oleh meningkatnya pertumbuhan
di semua sektor ekonomi terutama oleh sektor perdagangan, industri, pengangkutan dan sektor keuangan Analisis Indikator Makro Provinsi Jatim,
2004. Sehingga pertanyaan yang muncul adalah seberapa besar peranan investasi PMDN dan PMA dalam pembentukan PDRB di Jawa Timur?
Tabel 5. Perkembangan Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing dan Produk Domestik Regional Bruto di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2001-2006
PMDN PMA Tahun
Jumlah Izin Usaha Tetap
yang Dikeluarkan
Nilai Realisasi
Investasi Rp Milyar
Jumlah Izin Usaha Tetap
yang Dikeluarkan
Nilai Realisasi
Investasi US Juta
Produk Domestik
Regional Bruto Harga
Konstan Tahun 2000
Pertumbuhan Ekonomi
2001 10 428.67
27 109.95
210 448.57 3.26
2002 0 0.00
22 49.00
218 452.39 3.80
2003 5 132.48
16 19.33
228 884.45 4.78
2004 1 9.00
8 5.94 242
228.89 5.83 2005
0.00 13
617 .47 256 374.73
5.84 2006
3 152 668.83
5 2.58
271 237.67 5.80
Sumber: BPM Provinsi Jatim 2004 dan Analisis Indikator Makro Provinsi Jatim 2004
Kenaikan PDRB atau pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti dengan naiknya inflasi Jawa Timur walaupun kenaikannya cenderung berfluktuasi yaitu
11 berturut-turut dari tahun 2000-2006 adalah 9.62, 14.10, 9.38, 3.59, 6.24, 15.89,
dan 6.76 persen BPS, berbagai tahun terbit. Inflasi yang tertingi terjadi pada tahun 2005 yang dipicu oleh inflasi pada kelompok perumahan, kesehatan dan
pendidikan, rekreasi dan olah raga. Selain sebagai salah satu faktor dalam menunjang pertumbuhan ekonomi,
investasi juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja sehubungan dengan kemampuannya untuk menciptakan lapangan kerja seperti pada Tabel 6.
Apabila dicermati pada Tabel 6, memperlihatkan bahwa rasio tenaga kerja PMDN dan PMA fluktuatif cenderung menurun. Secara agregat rasio tenaga kerja
pada PMDN relatif sama dengan PMA. Ini berarti bahwa pada kurun waktu tujuh tahun kemampuan PMDN dan PMA dalam menyerap tenaga kerja hampir sama.
Tabel 6. Jumlah Investasi, Tenaga Kerja yang Diserap dan Rasio Tenaga Kerja Terhadap Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman
Modal Asing Tahun 2000-2006
PMDN PMA Tahun
Jumlah Investasi Riil
Rp Juta Jumlah
Tenaga Kerja
Jiwa Rasio Pekerja
Investasi JiwaRp Juta
Jumlah Investasi Riil
Rp Juta Jumlah
Tenaga Kerja Jiwa
Rasio Pekerja Investasi
JiwaRp Juta 2000
628 435.84 9 734
0.015 850 322
4 936 0.006
2001 485 900.85
5 472 0.011
1 221 714 3 745
0.003 2002 0.00
0.000 544 725
2 698 0.005
2003 178 963.18
1 767 0.010
206 581 1 266
0.006 2004
12 963.60 17 035
0.005 68 302
987 0.014
2005 0.00 0.000
8 240 002 4 664
0.001 2006
265 170 487 8 386
0.000 35 883
124 0.003
Total 266 476 751
2541 0.041
11 167 529 18420
0.038
Sumber: BPM Provinsi Jawa Timur 2006 diolah
Penyerapan tenaga kerja erat kaitannya dengan pengangguran. Semakin besar tenaga kerja yang terserap maka jumlah pengangguran makin menurun.
Kombinasi rendahnya realisasi investasi PMDN dan PMA selama tahun 2000-2006 di Jawa Timur yang disertai dengan menurunnya nilai investasi
menyebabkan lambannya penciptaan lapangan kerja baru dan perluasan
12 kesempatan kerja. Keadaan tersebut menyebabkan meningkatnya jumlah
pengangguran yang tercermin pada meningkatnya tingkat pengangguran terbuka terutama pada tahun 2003, sebesar 8.68 persen seperti dalam Tabel 7.
Tabel 7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Kesempatan Kerja dan Pengangguran Terbuka di Jawa Timur Tahun 2000-2006
Tahun Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja Tingkat Kesempatan
Kerja Tingkat Pengangguran
Terbuka 2000 65.16
95.17 4.83
2001 68.22 94.93
5.07 2002 68.87
93.57 6.43
2003 66.64 91.32
8.68 2004 69.20
92.31 7.69
2005 69.17 91.55
8.45 2006 67.36
92.28 7.72
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur 2004
Faktor lain yang mendorong tingginya angka pengangguran adalah 1 ketidaksesuaian antara pendidikanketrampilan pencari kerja dengan
kebutuhan pasar tenaga kerja, 2 penyebaran informasi kesempatan kerja yang belum optimal, 3 kurangnya kepedulian dunia usaha dalam melaporkan dan
mempublikasikan lowongan pekerjaan yang tersedia, 4 masih rendahnya angkatan kerja untuk menciptakan lapangan kerja secara mandiri, 5 adanya
Pemutusan Hubungan Kerja PHK dari berbagai usaha seperti industri garmen, tekstil, sepatu dan kayu dan 6 pemulangan deportasi Tenaga Kerja Indonesia
TKI ilegal. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja ke luar negeri menggambarkan
sulitnya mencari pekerjaan di negeri sendiri atau tingkat upah yang belum sepenuhnya memberikan kepuasan bagi mereka. Hal tersebut menyebabkan
sebagian warga Indonesia memaksakan diri untuk menjadi TKI walaupun tidak memiliki persyaratan yang lengkap baik administrasi maupun keahlian Pemprov
Jatim dan BPS Jatim, 2005. Selanjutnya, pertanyaan yang muncul adalah
13 seberapa besar peran atau pengaruh investasi PMDN dan PMA terhadap
pengurangan pengangguran? dan investasi mana yang paling berperan, apakah PMDN atau PMA?
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap kinerja perekonomian Jawa
Timur yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan pengangguran?
2. Seberapa besar dampak investasi PMDN dan PMA terhadap pertumbuhan
ekonomi, inflasi dan pengangguran? 3. Investasi mana yang memberikan dampak paling besar terhadap
pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan pengangguran, investasi PMDN atau PMA?
1.3. Tujuan