47 dan berlaku pada kegiatan yang jumlah pekerjaan melebihi dari yang di perlukan,
3 pengangguran musiman yaitu pengangguran yang tidak terjadi sepanjang waktu tetapi hanya terjadi ketika kegiatan ekonomi yang dijalankan sedang dalam
keadaan tidak sibuk atau sedang tidak melakukan kegiatan. Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan dan 4 setengah
pengangguran atau under employment: Tenaga kerja yang melakukan kerja-kerja atau jam kerja yang jauh lebih rendah dari masa kerja yang lazim dilakukan dlam
sehari atau seminggu Sukirno, 2006. Untuk mengetahui seberapa besar jumlah pengangguran di suatu negara atau
wilayah dapat menggunakan ukuran tingkat pengangguran. Menurut Sukirno 2006 tingkat pengangguran adalah rasio di antara jumlah pengangguran dengan
jumlah angkatan kerja pada suatu waktu tertentu dan dinyatakan dalam persen. Sedangkan menurut Dornbusch dan Fisher 1997, tingkat pengangguran adalah
bagian dari angkatan kerja yang tidak memperoleh pekerjaan.
3.5. Hubungan Antar Variabel Makroekonomi
Menurut Dornbusch dan Fisher 1997 terdapat hubungan yang sederhana antar variabel-variabel utama makroekonomi seperti pertumbuhan ekonomi,
pengangguran dan inflasi.
3.5.1. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran
Pengangguran berhubungan dengan ketersediaan lapangan kerja, ketersediaan lapangan kerja berhubungan dengan investasi. Investasi didapat dari
akumulasi tabungan, tabungan adalah sisa dari pendapatan yang tidak dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan nasional maka semakin besar harapan untuk
pembukaan kapasitas produksi baru yang tentu saja akan menyerap tenaga kerja
48 baru. Dengan demikian, secara relatif semakin baik pertumbuhan ekonomi maka
makin besar harapan untuk tidak menganggur, sebaliknya bila pertumbuhan ekonomi turun apalagi negatif, maka tingkat pengangguran semakin besar.
Hubungan antara laju pertumbuhan riil dan perubahan tingkat pengangguran dikenal sebagai hukum Okun. Hukum ini menyatakan ”apabila
GNP tumbuh sebesar 2.5 persen di atas trend-nya, yang dicapai pada tahun tertentu, tingkat pengangguran akan turun sebesar 1 persen”.
Apabila dicermati hukum Okun di atas, maka dapat ditarik kesimpulan baru bahwa apabila ekonomi tumbuh GNP atau PDB sebesar 1 persen di atas trend
maka tingkat pengangguran akan turun sebesar ½
.5
persen = 0.4 persen. Jadi bila pengangguran ingin diturunkan sebesar 2 persen maka pertumbuhan ekonomi
haruslah dipacu hingga bisa tumbuh sebesar 5 persen di atas rata-rata. Berdasarkan hukum Okun, maka dapat dibuatkan suatu rumus mengenai tingkat
pengangguran sehubungan dengan pertumbuhan ekonomi yaitu Putong, 2003, UE
n
= UE
n-1
- 0.4 AG-ToG ............................................................ 3.3 dimana:
UE
n
= Tingkat pengangguran tahun sekarang UE
n-1
= Tingkat pengangguran tahun lalu AG
= Actual growth
pertumbuhan aktual ToG
= Trend of growth
tingkat pertumbuhan rata-rata 0.4
= Konstanta pertumbuhan pengangguran apabila pertumbuhan ekonomi naik 1 di atas rata-rata
Catatan: semua nilai dalam
3.5.2. Trade Off Antara Inflasi dan Pengangguran
Mankiw 2003 mengemukakan bahwa terdapat trade-off jangka pendek antara inflasi dan pengangguran. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan
menggunakan kurva Philips seperti pada Gambar 8. Kurva Philips dapat
49 menggambarkan keterkaitan antara inflasi dan tingkat pengangguran, dimana
semakin tinggi tingkat pengangguran, laju inflasi akan semakin rendah Dornbusch dan Fisher, 1997.
Kurva Philips dalam bentuk modernnya menyatakan bahwa tingkat inflasi tergantung pada tiga kekuatan yaitu 1 inflasi yang diharapkan, 2 deviasi
pengangguran dari tingkat alamiah, yang disebut pengangguran siklis dan 3 guncangan penawaran Mankiw, 2003. Tiga kekuatan tersebut dapat
ditunjukkan pada persamaan berikut: π = π
e
- β u - u
n
+ v ....................................................................... 3.4 dimana:
π = Inflasi
π
e
= Inflasi
yang diharapkan β
= Parameter yang mengukur respon inflasi terhadap penganguran siklis
u - u
n
= Pengangguran siklis v =
Guncangan penawaran
Tanda minus sebelum simbol pengangguran siklis mengandung arti bahwa pengangguran yang tinggi cenderung mengurangi inflasi.
Laju Inflasi
Tingkat Pengangguran
Gambar 8. Trade-off Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran
Sumber: Dornbusch dan Fisher 1997
Pada persamaan 3.4 dapat diketahui bahwa kurva Philips jangka pendek juga tergantung pada tingkat inflasi yang diharapkan. Karena semua orang akan
50 menyesuaikan ekspektasi inflasi mereka sepanjang waktu maka trade-off antara
inflasi dan pengangguran akan bertahan dalam jangka pendek. Pembuat kebijakan tersebut tidak bisa mempertahankan inflasi di atas inflasi yang diharapkan
dengan demikian pengangguran di bawah tingkat alamiah selamanya. Secara berangsur-angsur, ekspektasi beradaptasi pada sebesar apapun tingkat inflasi yang
dipilih pembuat kebijakan tersebut. Dalam jangka panjang, dikotomi klasik berlaku, pengangguran kembali ke tingkat alamiah dan tidak ada trade-off antara
inflasi dan pengangguran.
Inflasi yang diharapkan
rendah Inflasi yang
diharapkan tinggi
Pengangguran, u Inflasi,
m
Gambar 9. Pergeseran dalam Trade-off Jangka Pendek
Sumber: Mankiw 2003
3.6. Otonomi Daerah