Penanaman Modal Asing Hasil Pendugaan Model

78 Dari hasil uji t diketahui bahwa variabel suku bunga riil, produksi listrik yang dibangkitkan dan tren waktu memperlihatkan respon yang tidak nyata, walaupun tanda masing-masing variabel sesuai dengan harapan.

5.2.3. Penanaman Modal Asing

Hasil pendugaan parameter persamaan Penanaman Modal Asing PMA seperti yang tercantum dalam Tabel 13, menunjukkan bahwa sebesar 79.21 persen variasi variabel-variabel PDRB tahun sebelumnya, suku bunga riil, nilai tukar riil, upah minimum provinsi riil, produksi listrik yang dibangkitkan, panjang jalan, dummy Otda, tren waktu, dan PMA riil tahun sebelumnya dapat menjelaskan dengan baik variasi variabel PMA. Sisanya sebesar 20.79 persen dijelaskan oleh variabel lainnya di luar model. Tabel 13. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penanaman Modal Asing Elastisitas Variabel Parameter Dugaan t-hitung Jangka Pendek Jangka Panjang - Intercept -3 277 834 -0.999 - Produk Domestik Regional Bruto Tahun Sebelumnya LPDRB 0.007 0.001 - Suku Bunga Riil IRR -23 869 -2.055 -1.539 -2.226 - Nilai Tukar Riil ERR -122.073 -1.938 -1.913 -2.768 - Upah Minimum Provinsi Riil UMPR -0.157 -0.599 - Produksi Listrik yang Dibangkitkan LIS 0.023 0.686 - Panjang Jalan JLN 1084.014 1.064 - Dummy Otda 732 797 1.355 - - - Tren Waktu T 35 863 0.543 - Penanaman Modal Asing Riil 0.309 1.092 Tahun Sebelumnya LPMAR R 2 = 0.7921 ; F hitung = 6.774; Dw = 2.025 Keterangan : : nyata pada taraf α=5 persen : nyata pada taraf α=10 persen : nyata pada taraf α=20 persen 79 Variabel endogen di dalam persamaan PMA dipengaruhi secara nyata oleh variabel penjelas secara bersama-sama pada taraf α=0.01 yang ditunjukkan oleh nilai statistik F=6.774 yang lebih besar dari F tabel yaitu 3.68. Dari hasil pendugaan parameter, PMA dipengaruhi secara nyata oleh suku bunga riil , nilai tukar riil, dan dummy Otda. Suku bunga riil mempunyai hubungan yang negatif dan nyata pada taraf α=5 persen dalam mengurangi PMA dengan nilai dugaan sebesar -23 869. Artinya peningkatan suku bunga riil sebesar 1 persen, maka akan menurunkan PMA sebesar US 23 869 ribu ceteris paribus, dengan respon yang elastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yaitu sebesar -1.539 dan -2.226. Nilai elastisitas yang elastis tersebut menunjukkan bahwa perubahan suku bunga membawa perubahan yang cukup besar terhadap PMA. Karena keuntungan yang diharapkan dari investasi akan menurun dengan cepat apabila terjadi kenaikan suku bunga. Hal ini sesuai dengan teori investasi yang menyatakan bawa suku bunga riil mempunyai hubungan yang terbalik dengan investasi. Selain itu temuan ini serupa dengan hasil penelitian Hidayatulah 2003 yang menyatakan bahwa investasi asing di Kawasan Timur Indonesia dipengaruhi oleh tingkat suku bunga Indonesia. Sama halnya dengan suku bunga riil, nilai tukar riil juga mempunyai hubungan yang negatif dengan PMA, dengan nilai parameter dugaan sebesar -122.073. Hal ini berarti bahwa peningkatan nilai tukar riil sebesar Rp 1 RpUS, maka akan menurunkan PMA sebesar US 122.073 ribu ceteris paribus, dengan respon yang elastis baik dalam jangka pendek -1.913 maupun jangka panjang 80 -2.768. Jadi semakin tinggi nilai tukar maka PMA akan semakin menurun. Temuan ini serupa dengan hasil penelitian Hidayatullah 2003 yang menyatakan bahwa investasi asing PMA di Kawasan Timur Indonesia dipengaruhi salah satunya oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS. Faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap PMA adalah Dummy Otda. Dummy Otda dalam penelitian ini dianggap representasi efisiensi atau kemudalan dalam pelayanan perijinan investasi. Otonomi daerah dapat mendorong kepercayaan investor akan adanya peningkatan kualitas pelayanan dan kemudahan dalam pengurusan perijinan investasi contohnya dengan pelaksanaan pelayanan perijinan satu atap dalam satu hari one day service oleh kabupatenkota di Jawa Timur. Kemudahan tersebut diharapkan dapat mendorong investor untuk berinvestasi. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil dugaan persamaan PMA bahwa otonomi daerah mempunyai hubungan yang positif dengan PMA dengan nilai dugaan sebesar 732 797. Yang artinya dengan adanya otonomi daerah dapat meningkatkan PMA sebesar US 732 797 ribu, ceteris paribus. Temuan ini juga sejalan dengan hasil penelitian Ferdiyan 2006 yang menyebutkan bahwa otonomi daerah berpengaruh positif terhadap PMDN maupun PMA di Jawa Barat. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa variabel PDRB tahun sebelumnya, upah minimum provinsi riil, produksi listrik yang dibangkitkan, panjang jalan, tren waktu dan PMA riil tahun sebelumnya menunjukkan respon yang tidak nyata, meskipun tanda dari masing-masing variabel tersebut merupakan tanda yang diharapkan. Variabel bedakala yang tidak berpengaruh nyata terhadap PMA menunjukkan bahwa terdapat tenggang waktu yang relatif cepat bagi PMA untuk kembali pada tingkat keseimbangannya. 81 Selain itu variabel produksi listrik yang dibangkitkan dan panjang jalan yang tidak berpengaruh terhadap PMA disebabkan bahwa sebagian besar lokasi PMA dekat dengan pelabuhan baik laut dan udara dan dekat dengan pusat kota yaitu Surabaya. Hal ini didukung dari hasil studi BPM Jatim dan UNAIR 2004 bahwa penyebaran proyek-proyek PMA tidak merata dan sebagian besar berada di Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Pasuruan. Hal ini sedikit berbeda dengan PMDN yang penyebarannya relatif lebih merata, walaupun senagian besar tetap berada di Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan dan Gresik. Wilayah yang tidak dimasuki PMDN adalah wilayah Trenggalek, Ngawi dan Pamekasan sedangkan yang tidak dimasuki PMA adalah Bojonegoro, Tulungagung, Nganjuk, Trenggalek, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, Pamekasan dan Sampang.

5.2.4. Inflasi