pelaksana kebijakan akan menjadi pendorong keberhasilan bagi implementasi kebijakan.
7. Kaitan Antara Komponen-Komponen Model Komponen yang dimaksud adalah ukuran-ukuran dasar dan tujuan,
komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaannya, karakteristik dari badan pelaksana dan kecenderungan para pelaksana yang semuanya salaing berkaitan
dalam mengimplementasikan kebijakan. 8. Masalah Kapasitas
Kapasitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh bagi implementasi kebijakan. Hal ini menyagkut staf yang terlatih dan banyaknya pekerjaan yang
dikerjakan, sumber-sumber keuangan dan hambatan-hambatan waktu yang bisa menjadikan implementasi kebijakan tidak berjalan dengan baik.
1.5.1.3 Model-Model Implementasi
Untuk mengkaji lebih baik suatu implementasi kebijakan maka perlu diketahui variabel dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu, diperlukan
suatu model kebijakan guna menyederhanakan pemahaman konsep suatu implementasi kebijakan. Terdapat banyak model yang dipakai untuk menganalisis
sebuah implementasi kebijakan. Ada pun dalam mengimplementasikan suatu kebijakan dikenal beberapa model sebagai berikut:
a. Model Implementasi Kebijakan George Edward III
Universitas Sumatera Utara
Edward melihat implementasi kebijakan suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi
kebijakan. Faktor-faktor tersebut peru ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap implementasi. Oleh karena itu, Edward
menegaskan bahwa dalam studi implementasi terlebih dahulu harus diajukan dua pertanyaan pokok yaitu:
1. Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan? 2. Apakah yang menjadi faktor utama dalam keberhasilan implementasi
kebijakan? Guna menjawab pertanyaan tersebut, Edward mengajukan empat faktor yang
berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan yaitu faktor
communication, resources, disposition, dan bureaucratic structure. 1. Komunikasi Communication
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses
penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan policy makers kepada pelaksana kebijakan policy implementers. Informasi perlu disampaikan kepada
pelaku kebijakan agar pelaku kebijakan dapat memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran target group kebijakan, sehingga pelaku kebijakan
dapat mempersiapkan hal-hal apa saja yang berhubungan dengan pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
kebijakan, agar proses implementasi kebijakan bisa berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri. Komunikasi dalam implementasi
kebijakan mencakup beberapa dimensi penting yaitu transformasi informasi transimisi, kejelasan informasi clarity dan konsistensi informasi consistency.
Dimensi transformasi menghendaki agar informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak yang terkait.
Dimensi kejelasan menghendaki agar informasi yang jelas dan mudah dipahami, selain itu menghindari kesalahan interprestasi dari pelaksana kebijakan, kelompok
sasaran maupun pihak yang terkait dalam implementasi kebijakan. Sedangkan dimensi konsistensi menghendaki agar informasi yang disampaikan harus konsistensi
sehingga tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak terkait.
2. Sumber daya Resources Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan.
Edward III mengemukakan bahwa bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan- ketentuan dan aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung
jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan kegiatan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak
akan efektif. Sumber daya disini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini
mencakup sumber daya manusia, anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan.
Universitas Sumatera Utara
3. Disposisi Disposition Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan
penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan atau sasaran. Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya
kejujuran dan komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam program yang telah digariskan, sedangkan komitmen yang tinggi
dari pelaksana kebijakan akan membuat mereka selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan. Sikap dari pelaksanaa kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik maka dia
akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yamg diinginkan oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka
implementasi tidak akan terlaksana dengan baik. 4. Struktur Birokrasi Buruecratic Structure
Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan
struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat standart operation procedur SOP. SOP menjadi
pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah
struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan terfragmentasi akan
Universitas Sumatera Utara
cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak
fleksibel. b. Model Implementasi kebijakan Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier
Dalam teori ini dinyatakan bahwa ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi kesuksesan implementasi, yakni:
i. Karakteristik dari masalah tractability of the problem terdiri atas:
1. Tingkat Kesulitan Teknis dari masalah yang ada Dalam hal ini dilihat bagaimana permasalahan yang terjadi, apakah
termasuk permasalah social yang secara teknis mudah diselesaikan atau masuk kategori masalah social yang secara teknis sulit untuk dipecahkan.
2. Tingkat Kemajemukan dalam kelompok sasaran Hal ini menyangkut kelompok sasaran dari pembuatan suatu kebijakan atau
dapat dikatakan masyarakat setempat yang dapat bersifat homogeny ataupun heterogen. Kondisi masyarakat yang homogen tentunya akan lebih
memudahkan suatu program ataupun kebijakan diimplementasikan, sementara itu dengan kondisi masyarakat yang lebih heterogen akan lebih
menyulitkan ataupun mendapat lebih banyak tantangan dalam pengimplementasiannya.
3. Presentase kelompok sasaran terhadap total populasi
Universitas Sumatera Utara
Dalam artian bahwa suatu program atau kebijakan akan lebih mudah diimplementasikan ketika sasarannya hanyalah sekelompok orang tertentu
atau hanya sebagian kecil dari semua populasi yang ada ketimbang kelompok sasarannya menyangkut seluruh populasi itu sendiri.
4. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan Hal ini menyangkut akan hal bagaimana perubahan perilaku dari kelompok
sasaran yang diharapkan dengan program yang ada. Sebuah kebijakan atau program akan lebih mudah diimplementasikan ketika program tersebut
lebih bersifat kognitif dan memberikan pengetahuan. Sementara itu, program yang bersifat merubah sikap atau perilaku masyarakat cenderung
cukup sulit untuk diimplementasikan seperti perda larangan merokok ditempat umum, pemakaian kondom dan Keluarga Berencana dan lain-lain.
ii. Karakteristik kebijakan undang-undang ability of statute to structure
implementation terdiri atas: 1. Kejelasan Isi kebijakan
Kebijakan dengan isi yang jelas akan memudahkan sebuah kebijakan dan akan menghindarkan distorsi atau penyimpangan dalam
pengimplementasinya. Hal ini dikarenakan jika suatu kebijakan sudah memiiki isi yang jelas maka kemungkinan penafsiran yang salah oleh
implementor akan dapat dihindari dan sebaliknya jika isi suatu kebijakan
Universitas Sumatera Utara
masih belum jelas atau mengambang, potensi untuk distorsi ataupun kesalahpahaman akan besar.
2. Seberapa jauh kebijakan memilki dukungan teoritis. Dukungan teoritis akan lebih memantapkan suatu aturan atau kebijakan
yang dibuat karena tentunya sudah teruji. Namun, karena konteks dalam pembuatan kebijakan adalah menyangkut masalah sosial yang meski
secara umum terlihat sama disetiap daerah, akan tetapi sebenarnya terdapat hal-hal dapat dilakukan modifikasi saja.
3. Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut. Hal yang tak dapat dipungkiri dalam mendukung pengimplementasian
suatu kebijakan adalah masalah keuanganmodal. Setiap program tentu memerlukan staf untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi dan
teknis, memonitor program, dan mengelola sumberdaya lainnya yang semuanya itu memerlukan modal.
4. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar bebagai institusi pelaksana.
Suatu program akan sukses diimplementasikan jika terjadi koordinasi yang baik yang dilakukan antar berbagai instansi terkait baik secara
vertical maupun horizontal. 5. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana.
Universitas Sumatera Utara
Badan pelaksana atau implementor sebuah kebijakan harus diberikan kejelasan aturan serta konsistensi agar tidak terjadi kerancuan yang
menyebabkan kagagalan 6. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan
7. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan.
iii. Variabel lingkungan non statutory variables affecting implementation terdiri
atas: 1. Kondisi sosial ekonomi masyrakat dan tingkat kemajuan teknologi
Kondisi social ekonomi masyarakat menyangkut akan hal keadaan sutau masyarakat secara umum, mulai dari pendidikan, keadaan ekonomi, dan
kondisi socialnya yang secara sederhana dapat dikatakan kepada masyarakat yang sudah terbuka dan modern dengan masyrakat yang
tertutup dan tradisional. Masyarakat yang sudah terbuka akan lebih mudah menerima program-program pembaharuan daripada masyarakat yang
masih tertutup dan tradisional. Sementara itu, teknologi sendiri adalah sebagai pembantu untuk mempermudah pengimplementasian sebuah
program. Teknolgi yang semakin modern tentu akan semakin mempermudah.
2. Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
Dukungan publik akan cenderung besar ketika kebijkan yang dikeluarkan memberikan inisiatif ataupun kemudahan. Sebaliknya, dukungan akan
semakin sedikit ketika kebijakan tersebut malah bersifat dis-insentif. 3. Sikap dari kelompok pemilih Constituency groups
Kelompok pemilih yang ada dalam masyarakat dapat mempengaruhi implementasi kebijakan melalui berbagai cara, seperti: 1 kelompok
pemilih dapat melakukan intervensi terhadap keputusan yang dibuat badan-badan pelaksana melalui berbagai komentar dengan maksud untuk
mengubah kebijakan. 2 kelompok pemilih dapat memiliki kempuan untuk mempengaruhi badan-badan pelaksana secara tidak langsung melalui
kritik yang dipublikasikan terhadap kinerja badan-badan pelaksana, dan membuat pernyataan yang ditujukan kepada badan legislative.
4. Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor. Komitmen aparat pelaksana untuk merealisasikan tujuan yang telah
tertuang dalam kebijakan dalam kebijakan adalah variabel yang paling kursial. Aparat badan pelaksana harus memiliki keterampilan dalam
membuat prioritas tujuan tersebut. c. Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle
Model implimentasi kebijakn publik yang dikemukan Grindle menuturkan bahwa keberhasilan proses implimentasi kebijakan sampai kepada tercapainya hasil
tergantung kepada kegiatan program yang telah dirancang dan pembiayaan cukup,
Universitas Sumatera Utara
selain dipengaruhi oleh Content of Policy isi kebijakan dan Contex of Implementation konteks implementasinya. Isi kebijakan yang dimaksud meliputi :
1. Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan interest affected 2. Jenis manfaat yang dihasilkan tipe of benefit
3. Derajat perubahan yang diinginkan extent of change envisioned 4. Kedudukan pembuat kebijakan site of decision making
5. Para pelaksana program program implementators 6. Sumber daya yang dikerahkan Resource commited
Sedangkan konteks implimentasi yang dimaksud adalah : 1. Kekuasan power
2. Kepentingan strategi actor yang terlibat interst strategies of actor involved 3. Karakteristik lembaga dan penguasa institution and regime characteristics
4. Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana compliance and responsiveness
1.5.1.4 Pelayanan Publik