Tataran Pendidikan Papan Upacara Labuhan Ageng
195 Sisih Ler
: Desa Ketos Sisih Kidul
: Samudra Indonesia Sisih Kilen
: Propinsi DIY Sisih Wetan
: Desa Gudangharjo 4.
Desa Paranggupito menika gadhah 12 Dusun, antawisipun inggih menika Dusun Parang, Dusun Nguni, Dusun Ngasem, Dusun Sawit, Dusun Setro,
Dusun Grimbal, Dusun Kloposari, Dusun, Nongosari, Dusun Klampeyan,
Dusun Kranding, Dusun Karangkulon, saha Dusun Bandungan.
5. Paraga upacara labuhan ageng menika dipunpendhet saking Desa
Paranggupito
196
CATHETAN LAPANGAN OBSERVASI CLO 9
Dinten Tanggal : Jumat Pon, 28 Februari 2014
Wekdal : 10.00 WIB
Papan : Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Wonogiri Topik
: Asal Usul Upacara Labuhan Ageng
Saking dokumen Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Wonogiri, asal usul upacara Labuhan Ageng saged dipunandharaken
wonten ing ngandhap menika. “Upacara Ritual Larung Ageng di Pantai Sembukan Wonogiri erat
kaitannya dengan sejarah perjuangan Raden Mas Said saat melakukan perang gerilya di wilayah Dusun Sawit Kecamatan Paranggupito.
Perang gerilya di wilayah Surakarta terjadi sekitar 2 bulan yaitu dari bulan besar 1848 sampai bulan Sura 1848 selama 2 bulan ini kompeni
secara tidak langsung telah meguasai wilayah kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.Pihak kompeni serta pihak Kasultanan dan
Kasunanan mengadakan perjanjian yang kalau dipikir meguntungkan sekali bagi pihak kompeni. R.M Said merasa dipihak yang merugikan
dan kompeni dirasa telah mencampuri urusan pemerintah Kasultanan dan Kasunanan, maka dari itu beliau selalu berusaha menentang
keadaan tersebut dengan cara melakukan perang gerilya di wilayah sekitar Surakarta termasuk wilayah Wonogiri. Perang gerilya yang
dilakukan R.M Said sampai di daerah Sawit. Karena R.M Said masih dikejar oleh kompeni kemudian melanjutkan perjalanan ke arah selatan,
hingga akhirnya beliau sampai di daerah pinggir laut selatan. Lalu R.M Said bermukim didaerah pinggir pantai yang sekarang disebut dengan
Dusun Sawit dan beliau beristirahat disana untuk beberapa hari. Pada suatu malam ada suatu alasan pada diri R.M Said untuk pergi ke pinggir
pantai laut selatan. Dengan tujuan meminta petunjuk kepada Sang Penunggu Gaib Ratu Pantai Selatan yang tekenal dengan julukan
Kanjeng Gusti Ratu Kencana Sari atau lebih populer dengan Kanjeng Ratu Kidul. Beliau akhirnya bersemedi di pesangrahan atas bukit, yang
kini diberi nama Gunung Bendera. Karena pada waktu itu diberi tanda bendera Merah-Putih, pada jaman perjuangan melawan penjajah
Belanda. Akhirnya tepat pada 3 hari 3 malam pukul 01.30 malam jumat pon pada bulan suro 1848 keinginan beliau terkabulkan. Kemudian
R.M.Said kembali lagi ke Surakarta,dan disana beliau mendirikan Puro