4.19 Analisa Daktilitas
Analisa daktilitas pada bab ini adalah analisa daktilitas struktur dimana daktilitas struktur merupakan rasio antara simpangan pada saat kondisi leleh dengan
simpangan pada kondisi ultimit. Adapun perbandingan daktilitas untuk kedua benda uji dapat dilihat pada Tabel 4.9, dari tabel dapat dilihat bahwa benda uji 2 memiliki
daktilitas yang lebih baik dari benda uji 1. Apabila dilakukan perbandingan antara daktilitas benda uji 1 dengan benda uji 2 maka didapat besaran 1,42 hal ini
menunjukkan dengan menambahkan pengaku diagonal pada link menengah yang di uji maka akan meningkatkan daktilitas sebesar 1,42 kali terhadap link tanpa pengaku
diagonal.
Tabel 4.9 Perbandingan daktilitas untuk kedua benda uji Benda
Uji Kondisi Leleh
Kondisi Ultimit Daktilitas
Py KN dy mm
Pu KN du mm
I 93,106
2,32 -264,974
-21,86 9,42
II -65,044
1,66 -316,922
-22,21 13,38
4.20 Analisa Damping Equivalent
Analisa viscous ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu struktur dalam hal meredam pembebanan.karena pembebanan yang digunakan siklik maka
analisa ini merupakan analisa histeretik damping, pada analisa ini analisa damping equivalent yang dilambangkan dengan ζ
eq
akan dilakukan pada setiap load step.
4.20.1 Analisa Damping Equivalent Benda Uji 1
Seperti yang telah dipaparkan di atas analisis viscous damping ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari benda uji dalam hal peredaman terhadap beban
yang bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Dari Gambar 4.54 dapat dilihat kurva histeretik dari load step 1 di mana dapat kita lihat pula kurva normalisasi yang menunjukkan bahwa pada load step 1 benda uji
memiliki kemampuan hampir 1 kali dalam menahan beban. Dari kurva di atas kita dapat memperoleh besaran damping equivalent pada load step
1 ζeq1 sebesar 0.03271 atau sekitar 3 .
Untuk load Step 2 kemiringan yang dihasilkan semakin besar sehingga mempengaruhi besarnya kemampuan meredam pembebanan. Untuk load step 2
ζeq2 dari kurva di atas pada Gambar 4.55 diperoleh sebesar 0.053361 atau sekitar 5 .
-150 -100
-50 50
100 150
-4 -2
2 4
B e
ba n
K N
Perpindahan mm Kurva Histeretik Pada Load Step 1
-1,5 -1
-0,5 0,5
1 1,5
-2 -1
1 2
B e
ba n
K N
Perpindahan mm Kurva Histeretik Pada Load Step 1
-200 -100
100 200
-4 -2
2 4
B e
ba n
K N
Perpindahan mm Kurva Histeretik pada Load Step 2
-2 2
-2 -1
1 2
B e
ba n
K N
Perpindahan mm Kurva Normalisasi Histeretik pada
Load Step 2
Gambar 4.54 Kurva histeretik pada load step 1 = ±2.5 mm
Gambar 4.55 Kurva histeretik pada load step 2 = ±3 mm
Universitas Sumatera Utara
Untuk load Step 4 atau dengan beban perpindahan sebesar = ±4.5 mm, maka diperoleh kurva seperti pada Gambar 4.56.Untuk besarnya daktilitas pada load step 2
dapat dilihat pada kurva normalisasi yang besarnya 2 kali. Dari kurva diatas pula dapat ditentukan besaran damping equivalent pada load step
3 ζeq3 sebesar 0.122372 atau sekitar 12 .
Dari kurva histeretik pada Gambar 4.57 kita dapat melihat kemiringan yang dihasilkan
lebih besar
dari akibat
pembebanan sebelumnya.
Pada pembebanan perpindahan sebesar ± 6 mm besaran damping equivalent pada load step
4 ζeq4 sebesar 0.27788atau sekitar 27 .
-300 -200
-100 100
200
-10 -5
5 10
B e
ba n
K N
Perpindahan mm Kurva Histeretik Pada Load Step 3
-4 -2
2 4
-4 -2
2 4
B e
ba n
K N
Perpindahan mm Kurva Normalisasi Histeretik Pada
Load Step 3
-400 -200
200 400
-10 -5
5 10
B e
ba n
K N
Perpindahan mm Kurva Histeretik Pada Load Step 4
-4 -2
2 4
-4 -2
2 4
B e
ba n
K N
Perpindahan mm Kurva Normalisasi Histeretik Pada
Load Step 4
Gambar 4.56 Kurva histeretik pada load step 3 = ±4.5 mm
Gambar 4.57 Kurva histeretik pada load step 4 = ± 6 mm
Universitas Sumatera Utara
Untukload Step 5 atau dengan beban perpindahan sebesar = ±4.5 mm, maka diperoleh kurva seperti pada Gambar 4.58. Untuk besarnya daktilitas pada load step 5
dapat dilihat pada kurva normalisasi yang besarnya hampir 5 kali. Dari kurva diatas pula dapat ditentukan
besaran damping equivalent pada load step 5 ζeq5sebesar 0,36277 atau sekitar 36 .
Untukload step 6 atau dengan beban perpindahan sebesar = ±12 mm, maka diperoleh kurva seperti Gambar 4.59. Dari kurva tersebut pula dapat ditentukan
besaran damping equivalent pada load step 6 ζeq6sebesar 0.443958 atau sekitar 44 lebih besar dari sebelumnya.
-400 -200
200 400
-10 -5
5 10
B e
ba n
K N
Perpindahan mm Kurva Histeretik Pada Load Step 5
-4 -2
2 4
-5 5
B e
ba n
K N
Perpindahan mm Kurva Normalisasi Histeretik Pada
Load Step 5
-300 -200
-100 100
200 300
-20 -10
10 20
B e
ba n
K N
Perpindahan mm Kurva Histeretik Pada Load Step 6
-4 -3
-2 -1
1 2
3
-10 -5
5 10
B e
ba n
K N
Perpindahan mm Kurva Normalisasi Histeretik Pada
Load Step 6
Gambar 4.58 Kurva histeretik pada load step 5 = ± 9 mm
Gambar 4.59 Kurva histeretik pada load step 6 = ± 12 mm
Universitas Sumatera Utara
Pada load step 7 benda uji mengalami keruntuhan sehingga besaran luas kurva histeretik mengalami penyusutan. Hubungan beban dengan perpindahan pada
load step 7 dapat dilihat pada Gambar 4.60, dari kurva tersebut dapat dihitung
besaran viscous damping pada load step 7 ζeq7 sebesar 0.377261 atau sekitar 37
viscous damping pada load step 7 lebih kecil dari load step 6.
4.20.2 Analisa Damping Equivalent Benda Uji 2