Energi Dissipasi Kajian Eksperimental

Dari Tabel 4.2.dan Gambar 4.12 dan 4.13 dapat dilihat bahwa kekakuan yang dihasilkan oleh link dengan pengaku diagonal realatif lebih besar dibandingkam dengan model link dengan pengaku badan vertikal saja. Dan besaran kekakuan tiap model relatif sama besar kekakuannya antara kekakuan arah tarik dan arah tekan.

4.11 Energi Dissipasi

Paramater selanjutnya memegang peranan dalam bidang seismik ialah kemampuan suatu struktur dalam menyerap energi gempa. Penyerapan ini dikenal dengan Energi dissipasi, kemampuan penyerapan energi akibat pembebanan siklik dapat di lihat dari luasan kurva histeretik loop yang dihasilkan, semakin besar dan gemuk kurva yang dihasilkan maka semakin besar pula energi yang diserap oleh link akibat dari proses plastifikasi akibat beban yang bekerja. Untuk analisis numerik ini juga digunakan empat buah model yaitu LPBV, DSX-4, DSX-6 dan DSX-8. Tabel 4.3 Perbandingan energi dissipasi tiap tahap pembebanan LOAD STEP LPBV N.mm DSX-4 N.mm DSX-6 N.mm DSX-8 N.mm 1 2 327.55 482.91 525.36 550.99 3 1,516.89 1,717.98 1,766.87 1,802.01 4 2,842.26 3,102.95 3,169.56 3,203.53 5 5,560.65 5,964.68 6,076.26 6,106.73 Kumulatif 10247.358 11268.509 11538.046 11663.251 Universitas Sumatera Utara -60 -40 -20 20 40 60 Siklus P er pi nda ha n m m - 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 10 20 30 E N E R G I D IS S IP A S I K N .m m Perpindahan mm LPBV DX-4 DX-6 DX-8 Dari Tabel 4.3 di atas dapat dibandingkan kemampuan benda uji dalam menyerap energi atau disebut dissipasi energi, dari Tabel 4.3 di atas dilihat bahwa dengan penggunaan pengaku badan akan meningkatkan dissipasi energi. Dan untuk model benda uji dengan pengaku badan diperoleh model benda uji DSX-8 memiliki energi dissipasi kumulatif yang tinggi dibandingkan dengan benda uji lainnya yaitu sebesar 11.663 Nmm secara grafis dapat dilihat pada Gambar 4.14.

4.12 Kajian Eksperimental

Kajian eksperimen ini bertujuan untuk melakukan validasi dari hasil perhitungan yang telah dilakukan secara numerik dengan bantuan program MSCNastran. Pada kegiatan eksperimen ini dapat dilihat secara nyata perilaku link sebenarnya dibawah pembebanan siklik, pengujian akan menggunakan dua buah benda uji yaitu LPBV dan DSX-8. Pola pembebanan yang digunakan selama pengujian disesuaikam dengan peraturan AISC. Gambar 4.14 Kurva perbandingan energi histereris Gambar 4.15 Pola pembebanan Universitas Sumatera Utara Sebelum melaksanakan kegiatan eksperimen maka terlebih dahulu perlu ditentukan posisi perletakan LVDT dan Strain gauge, dengan tujuan agar perilaku selama pengujian dapat tercatat. Posisi LVDT pada pengujian ini akan terlihat pada Gambar 4.16. Sebagaimana yang telah dijelaskan, LVDT merupakan alat yang digunakan untuk mengukur perpindahan yang terjadi, LVDT yang dipasang selama pengujian ada 7 tujuh LVDT dan posisinya juga dapat dilihat pada gambar di atas. LVDT nomor 1 dan 2 bertujuan untuk mengukur besarnya perpindahan yang terjadi selama proses pengujian di mana diharapkan besarnya perpindahan sesuai dengan pembebanan perpindahan yang sebelumnya telah ditentukan. Untuk LVDT nomor 3,4 dan 5 bertujuan untuk memastikan bahwa benda uji pada daerah tumpunan tidak mengalami pergeseran baik arah vertikal bahan maupun horizontal, dan nilai yang diharapkan adalah nol atau tidak terjadi perpindahan sehingga dapat dikatakan sambungan baut antara link dengan tumpuan masih dalam kondisi baik atau asumsi yang kita terapkan bahwa pada daerah itu adalah sambungan rigid.LVDT nomor 6 betujuan untuk mengecek apakah tumpuan terungkit ke atas atau tidak akibat pembebanan yan dilakukan selama pengujian. Dan LVDT nomor 7 bertujuan untuk Gambar 4.16 Posisi perletakan LVDT Universitas Sumatera Utara memastikan bahwa tidak terjadi pergeseran pada loading frame, karena apabila ada pergeseran maka hasil keluaran untuk pembebanan perpindahan akan berbeda dengan yang telah ditentukan.

4.13 Benda Uji