peneliti menginterpretasikan skor penilaian berdasarkan kemampuan TI yang tersaji pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Deskripsi Kemampuan TI
Kategori Interval
Frekuensi Persentase
Sangat Tinggi 34
– 40 39
29,3 Tinggi
30 – 33
49 36,8
Cukup 27
– 29 26
19,5 Rendah
24 – 26
16 12
Sangat Rendah 10
– 23 3
2,3
Total 133
100
Tabel 4.5 di atas menunjukkan kemampuan TI yang dimiliki oleh guru-guru di SMA Negeri di Kota Yogyakarta. Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa dari 133 guru terdapat 39 guru atau 29,3 masuk dalam kategori sangat tinggi, 49 guru atau 36,8 masuk
dalam kategori tinggi, 26 guru atau 19,5 masuk dalam kategori cukup, 16 guru atau 12 masuk dalam kategori rendah dan 3 guru
atau 2,3 masuk dalam kategori sangat rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan TI yang dimiliki oleh guru-
guru di SMA Negeri di Kota Yogyakarta cenderung tinggi.
Tabel 4.6 Nilai-Nilai Statistik Kemampuan TI
Nilai Statistik Skor
Mean 31,30
Median 31,00
Mode 30
Standart Deviation 4,214
Minimun 22
Maximum 40
Kesimpulan tersebut diperkuat dengan nilai-nilai statistik pada tabel 4.6 yaitu mean dengan skor 31,30 masuk dalam kategori tinggi,
median dengan skor 31,00 masuk dalam kategori tinggi, mode dengan skor 30 masuk dalam kategori tinggi, dan standart deviation sebesar
4,214. Dengan demikian nilai-nilai statistik kemampuan TI yang dimiliki oleh responden masuk dalam kategori tinggi dengan
persentase 36,8 yaitu pada rentang skor 30 – 33.
3. Deskripsi Pengalaman Diklat
Pengertian pendidikan dan pelatihan yang terpisah dikemukakan oleh Agus M. Hardjana sebagai berikut: pendidikan atau education
secara umum merupakan usaha yang sengaja diadakan dan dilakukan secara sistematis serta terus-menerus dalam jangka waktu tertentu,
sesuai dengan tingkatnya, guna menyampaikan, menumbuhkan dan mendapatkan pengetahuan, sikap, nilai, kecakapan atau keterampilan
yang diikehendaki Agus M. Hardjana, 2001: 13, dan training atau pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja
pekerja dalam pekerjaan yang diserahkan kepada mereka Agus M. Hardjana, 2001; 12.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin sering guru yang mengikuti kegiatan diklat maka semakin banyak informasi dan
pengetahuan tentang kurikulum 2013 edisi revisi sehingga semakin baik kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016. Sebaliknya semakin jarang guru yang mengikuti kegiatan diklat
semakin kurang
baik kemampuan
guru untuk
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016. Untuk mengetahui kecenderungan pengalaman diklat yang
dimiliki oleh responden, pertama-pertama peneliti mencari rata-rata pengalaman diklat dari seluruh responden yaitu 9 hari pembulatan
dari 9,3609, kemudian membuat 2 kategori kecenderungan variabel pengalaman diklat dengan menggunakan hasil perhitungan rata-rata
tersebut, yaitu responden yang mempunyai pengalaman diklat 9 hari
dikategorikan sering dan 9 hari dikategorikan jarang. Selanjutnya
peneliti menginterpretasikan penilaian pengalaman diklat yang tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 4.7 Deskripsi Pengalaman Diklat
PengalamanDiklat
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent Valid 9hari
53 39,8
39,8 39,8
9 hari 80
60,2 60,2
100,0 Total
133 100,0
100,0
Dari tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa dari 133 guru terdapat 53 guru atau 39,8 memiliki pengalaman diklat tentang
Kurikulum 2013 edisi revisi 9 hari sering, dan 80 guru atau 60,2 memiliki pengalaman diklat tentang Kurikulum 2013 edisi revisi
9 hari jarang.
Tabel 4.8 Nilai-Nilai Statistik Pengalaman Diklat
Nilai Statistik Skor
Mean 9,36
Median 7,00
Mode 5
Standart Deviation 5,752
Minimun 3
Maximum 30
Kesimpulan tersebut diperkuat dengan nilai-nilai statistik ada tabel 4.8 yaitu mean dengan skor 9,36 yang dijadikan batasan
pengkategorian kemampuan diklat yang dimiliki responden sehingga responden digolongkan ke dalam kategori
9 hari sering dan 9hari jarang, median dengan skor 7,00 masuk dalam kategori
9 hari jarang, mode dengan skor 5 masuk dalam kategori
9 hari jarang dan standart deviation sebesar 5,752. Dengan demikian, nilai-nilai
statistika pengalaman diklat yang dimiliki oleh responden masuk ke dalam kategori
9 hari jarang dengan persentase 60,2.
4. Deskripsi Frekuensi Mengakses Internet
Frekuensi menurut KBI 2008: 423 diartikan sebagai jumlah kejadian yang lengkap atau fungsi muncul dalam satuan waktu.
Menurut Belani Margi 2011 mengakses berasal dari kata akses, yang diberi imbuhan me- dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata
akses memiliki dua arti: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI