Tinjauan Teoritik TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada juga pengertian kurikulum yang lebih luas lagi yaitu semua kegiatan dan pengalaman belajar serta “segala sesuatu” yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik disekolah maupun diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas pasal 1, butir 19, kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang direncanakan sebagai pedoman yang dapat memberikan pengaruh pada peserta didik untuk mencapai tujuan persekolahannya. b. Perkembangan Kurikulum Sholeh Hidayat 2013: 1 memaparkan bahwa kurikulum di Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 telah mengalami beberapa kali perubahan yaitu tahun 1947, 1952, 1964,1968,1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi dan implikasi dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan perkembangan IPTEK. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Hamalik 2003: 19 bahwa dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1 Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan. 2 Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. 3 Keadaan lingkungan. 4 Kebutuhan pembangunan Poleksosbudhankam. 5 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa. Kurikulum sebagai salah satu instrumental input dalam mencapai tujuan pendidikan nasional dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Semua kurikulum nasional dikembangkan mengacu pada landasan yuridis Pancasila dan UUD 1945, perbedaan tiap kurikulum terletak pada penekanan pokok dan tujuan pendidikan dan pendekatan dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut. Sholeh Hidayat, 2013: 2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Perkembangan kurikulum di Indonesia sebagai berikut: 1 Rencana Pelajaran 1947 Kurikulum pertama yang lahir pada setelah Indonesia merdeka disebut rencana pembelajaran. Perubahan orientasi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda kepada kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Rencana pelajaran 1947 merupakan pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda dengan mengurangi pendidikan kecerdasan intelektual. Kurikulum 1947 dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan berbangsa dengan spirit merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang berdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, kesadaran bernegara dan masyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian dan kehidupan sehari-hari serta memberikan perhatian terhadap pendidikan kesenian dan pendidikan jasmani. Rencana pelajaran 1947 baru secara resmi dilaksanakan di sekolah-sekolah mulai tahun 1950. Bentuk kurikulum ini memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pelajarannya, disertai dengan garis- garis besar pengajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Kurikulum 1952 Setelah rencana pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang lebih merinci setiap mata pelajaran kemudian diberi nama Rancangan Pelajaran Terurai 1952 yang berfungsi membimbing para guru dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar. Di dalamnya tercantum jenis-jenis pelajaran yang harus menjadi kegiatan murid dalam belajar di sekolah, seperti pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi dan Sejarah. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri- ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran sehari-hari. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran. 3 Kurikulum 1964 Menurut Hamalik dalam Sholeh Hidayat 2013: 3, di penghujung era pemerintahan Presiden Soekarno menjelang tahun 1964, pemerintahan kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Pokok-pokok pikiran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah pemerintahan mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana. Fokus kurikulum 1964 ini pada perkembangan Pancawardhana, yaitu: Daya cipta, Rasa, Karsa, Karya, dan Moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosionalartistik, keprigelan keterampilan, dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. 4 Kurikulum 1968 Lahirnya kurikulum 1968 sebagai perubahan dari kurikulum 1964 dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde Baru. Kurikulum 1968 menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Kurikulum 1968 melakukan perubahan struktur kurikulum dari Pancawardhana dan menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah jam pelajarannya 9 mata pelajaran. Dari segi tujuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pendidikan, Kurikulum 1968 diarahkan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan, dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. 5 Kurikulum 19751976 Pada kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor kebijaksanaan pemerintah yang berkembang dalam rangka pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan, sehingga diperlukan peninjauan terhadap kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun. Kurikulum 1975 sebagai pengganti Kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: a Berorientasi pada tujuan. b Menganut pendekatan integratif. c Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu. d Menganut pendekatan Prosedur Pengembangan Sistem Instruktsional PPSI. e Menekankan kepada stimulus respon dan latihan. Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar- mengajar merupakan suatu sistem yang senantiasa diarahkan pada pencapaian tujuan. Sistem pembelajaran dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pendekatan sistem instruksional inilah yang merupakan pembaharuan dalam sistem pengajaran di Indonesia. Dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja. 6 Kurikulum 1984 Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 diantaranya adalah sebagai berikut: a Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. b Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik. c Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah. d Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir disetiap jenjang. e Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa PSPB sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah. f Pengadaan program studi baru seperti di SMA untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja. Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuanteknologi terhadap pendidikan, Kurikulum 1975 dianggap sudah tidak sesuai lagi karena itu diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 lahir sebagai perbaikan atau revisi terhadap Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri: a Berorientasi kepada tujuan pembelajaran instruksional. b Pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif CBSA. CBSA adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara optimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. c Materi pembelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. d Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. e Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar. f Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan belajar dan pembelajaran yang memberi tekanan kepada proses pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. 7 Kurikulum 1994 Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar, kurang memperhatikan muatan isi pelajaran. Hal ini terjadi karena sesuai dengan suasana pendidikan di LPTK Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa isi pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang- Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagaian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, antara lain sebagai berikut: a Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. b Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat berorientasi kepada materi pelajaranisi. c Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan suatu sistem kurikulum untuk semua siswa diseluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. d Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar,baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban, dan penyelidikan. e Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konseppokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian atara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. f Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. g Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan sebagai akibat dari kecendrungan kepada pendekatan penguasaan materi, di antaranya sebagai berikut: a Beban belajar siswa terlalu besar dikarenakan banyaknya mata pelajaran dan materinya. b Materi pelajaran dianggap terlalu sukar dan kurang bermakna dengan aplikasi kehidupan sehari-hari. 8 Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2002 dan 2004 Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi menjadi kurikulum 2002 sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kurikulum yang dikembangkan saat ini diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Depdiknas Tahun 2002 Wina Sanjaya, 2006:11 mengemukakan karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi secara lebih rinci sebagai berikut: a Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b Berorientasi pada hasil belajar learning outcomes dan keberagaman. c Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. d Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. e Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada suatu mata pelajaran memuat rinci kompetensi kemampuan dasar mata pelajaran itu dan sikap yang diharapkan dimiliki siswa dapat dilihat contohnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. 9 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah mendorong penyelenggara pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan. Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 192005. Akan tetapi, esensi-esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter, yaitu: a Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. b Berorientasi pada hasil belajar learning outcomes dan keberagaman. c Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. d Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. e Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. 10 Kurikulum 2013 Menurut Mulyasa 2013:59, dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan zaman. Meskipun demikian, perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal berubah. Perubahan dan pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa kemana sistem pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut. Perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut diadaptasi dari materi sosialisasi kurikulum 2013: a Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. b Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional. c Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik pengetahuan, keterampilan, dan sikap. d Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifistik, keseimbangan soft skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI e Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. f Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru. g Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala. Menurut Mulyasa 2013: 163 kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kritikan terhadap kurikulum 2006, serta sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan dunia kerja. Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Dengan demikian, kurikulum 2013 diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini, terutama dalam memasuki era globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan. Kurikulum berbasis karakter dan kompetensi yang secara konseptual memiliki unggulan, keunggulan tersebut yakni: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah konstektual, karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. b Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan- kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. c Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan kompetensi tugas- tugas dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. a Pengetahuan knowledge; yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhan. b Pemahaman understanding; yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien. c Kemampuan skill; adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik. d Nilai value; adalah suatu standar prilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pembelajaran kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain. e Sikap attitude; yaitu perasaan senang-tidak senang, suka-tidak suka atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar: Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upahgaji, dan sebagainya. f Minat interest; adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu. 11 Kurikulum 2013 Edisi Revisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan perbaikan terhadap kurikulum 2013. Setiap perbaikan dan pengembangan yang dilakukan pemerintah terhadap kurikulum dari waktu ke waktu bertujuan untuk menghasilkan generasi yang memiliki tiga kompetensi yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dari perbaikan yang telah dilakukan sepanjang 2015, terdapat empat poin perbaikan dalam dokumen kurikulum yaitu: a Penataan Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial pada Semua Mata Pelajaran. Sebelum adanya perbaikan kurikulum, setiap guru mata pelajaran diberi beban formal untuk melakukan pembelajaran dan penilaian terhadap kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial siswa. Setelah dilakukan perbaikan, hanya 2 guru yang bisa memberikan penilaian sikap siswa secara langsung, yaitu guru Pendidikan Agama-Budi Perkerti dan guru PPKn. Sedangkan guru lain di luar mata pelajaran ini, dapat mengajarkan dan memberikan nilai secara tidak langsung. b Koherensi KI-KD dan Penyelarasan Dokumen. Perbaikan Kurikulum 2013 dilakukan dengan bersifat evaluatif formatif, salah satunya dengan melakukan perbaikan pada dokumen Kompetensi Inti KI dan Kompetensi Dasar KD, silabus, serta buku teks pelajaran. Perbaikan tersebut dilakukan berdasarkan masukan-masukan yang diberikan masyarakat, seperti guru, pegiat pendidikan, praktisi, pemerhati pendidikan, serta masyarakat umum. Keselarasan KI dan KD. Berdasarkan hasil evaluasi, ditemukan adanya pemahaman yang kurang tepat oleh masyarakat yang disebabkan oleh format penyajian dan nomenklatur dalam Kurikulum 2013, di antaranya Kompetensi Dasar KD pada Kompetensi Inti KI yang dianggap kurang logis dikaitkan dengan karakteristik mata pelajaran. Selain itu juga ditemukan indikasi adanya inkonsistensi antara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kompetensi Dasar KD dengan silabus dan buku teks. Silabus inspiratif, merupakan salah satu prinsip perbaikan silabus untuk memudahkan guru memahaminya sehingga mudah diimplementasikan. Perbaikan silabus dilakukan antara lain dengan melakukan penataan penulisan dan format sehingga mudah dipahami oleh guru. c Pemberian Ruang Kreatif pada Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum. Metode pembelajaran menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian dalam perbaikan Kurikulum 2013. Sebagian guru menganggap metode pembelajaran dengan proses berpikir 5M mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau mencoba, mengasosiasi, mengkomunikasikan bersifat prosedural dan mekanistik sehingga membelenggu ruang kreatif. Selama ini mereka mamandang metode tersebut sebagai satu-satunya pendekatan dalam pembelajaran di semua mata pelajaran. Pemberian ruang kretif itu membuat guru memiliki otonomi dalam proses pembelajaran sehingga mendorong pembelajaran yang aktif. Perbaikan itu juga menekankan bahwa pendekatan saintifik bukan satu-satunya pendekatan dalam pembelajaran. d Kemampuan Siswa Tidak Dibatasi Taksonomi Proses Berpikir. Sejak dini siswa diajak kembangkan kemampuan berpikir kritis. Revisi Kurikulum 2013 menuntut kecakapan berpikir tingkat tinggi yang ingin dibangun sejak dini pada siswa jenjang pendidikan dasar. Sebelumnya pada Kurikulum 2013 sebelum revisi, kecakapan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skill HOTS diberikan mulai pada jenjang pendidikan menengah SMA dan SMK. Dalam Kurikulum 2013 yang lalu, kompetensi dasar untuk siswa ditiap jenjang pendidikan berbeda, yaitu SD hanya sampai pada tingkat memahami, SMP menerapkan dan menganalisis, sedangkan SMA sampai tingkat mencipta. Pembatasan kompetensi dasar ini berdampak pada proses pembelajaran, seolah-olah siswa cukup sampai berpikir tingkat rendah, yaitu memahami, sedangkan berpikir tingkat tinggi baru dimulai pada level SMASMK. c. Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pembelajaran Menurut Kamus Bahasa Indonesia atau KBI 2008: 979 kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Seseorang yang memiliki kemampuan berarti memiliki kesanggupan, kecakapan dan kekuatan dalam melakukan suatu hal. Pengertian mengimplementasikan menurut KBI 2008: 580 adalah melaksanakan atau menerapkan. Seseorang yang memiliki kemampuan mengimplementasikan berarti memiliki kesanggupan, kecakapan dan kekuuatan untuk melaksanakan atau menerapkan suatu hal. Menurut Wina Sanjaya dan Andi Budimanjaya 2017: 59 yang dimaksud peran dalam mengimplementasikan kurikulum adalah peran yang dilakukan oleh guru dalam menerjemahkan kurikulum yang berlaku dalam tataran kelas micro curriculum. Menurut Murray Print dalam Wina Sanjaya dan Andi Budimanjaya 2017: 60-61, sebagai implementers, guru berperan untuk mengimplementasikan kurikulum yang sudah ada, yang disusun oleh para pengembang kurikulum. Dalam melaksanakan perannya guru hanya menerima dan menjalankan berbagai kebijakan perumus kurikulum. Dengan demikian, guru tidak memiliki ruang baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan proses pencapaiannya. Ada beberapa ciri peran guru sebagai implementers, yakni: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a Guru hanya melaksanakan kurikulum yang telah disusun oleh tim pengembang kurikulum. Dengan demikian, guru dianggap sebagai tenaga teknis yang tidak memiliki ruang untuk berimprovisasi baik dalam mengembangkan program pembelajaran maupun dalam proses pengelolaan pembelajaran. Mengajar adalah tugas rutin yang harus dikerjakan. Oleh karena itu, tidak heran kalau selama kurikulum itu berlaku guru selalu bertindak sama dari tahun ke tahun. b Sebagai implementers, guru dalam mengajar berpedoman pada kurikulum yang disusun secara terpusat yang bersifat uniform, sehingga tidak ada kesempatan bagi guru di sekolah untuk menyesuaikan bahan pelajaran dengan kebutuhan lokal lingkungan sekolah. Pengembangan kurikulum yang bersifat uniform tidak mempertimbangkan letak geografis seolah yang memiliki adat dan budaya yang berbeda. Akibatnya, apa yang dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya di setiap daerah sama, misalnya apa yang dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya pada waktu tertentu di bagian Indonesia Timur sama dengan apa yang dipelajari di bagian barat Indonesia. c Dalam memperlakukan siswa, guru menganggap semua siswa sama, baik bakat, minat, maupun kemampuan, bahkan lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI jauh dalam proses pembelajaran guru tidak memperhatikan latar belakang sosial budaya siswa itu sendiri. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 mengatur tentang standar proses pembelajaran yang ada pada Kurikulum 2013 edisi revisi. Standar Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian proses pembelajaran serta pengawasan proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 2016: 5 dijelaskan bahwa perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap kajian mata pelajaran. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangakan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam mencapai Kompetensi Dasar KD. Pelaksanaan pembelajaran yang tertera dalam peraturan ini terdiri dari persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran alokasi waktu jam tatap muka pembelajaran, rombongan belajar, buku teks pelajaran serta pengelolaan kelas dan laboratorium dan pelaksanaan pembelajaran kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup. Penilaian proses pembelajaran dalam peraturan ini adalah penilaian proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan penilaian otentik authentic assesment yang menilai kesiapan peserta didik, proses dan hasil belajar secara utuh. Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program perbaikan remedial pembelajaran, pengayaan enrichment, atau pelayanan konseling 2016: 13. Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan serta tindak lanjut berkala dan berkelanjutan yang dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas. Sebelum Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran ini diberlakukan, standar proses pendidikan di Indonesia menganut sistematika yang dijelaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Namun pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku hal ini dijelaskan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang dalam menerjemahkan serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menerapkan Permedikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pebelajaran yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian proses pembelajaran serta pengawasan proses pembelajaran. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses antara lain : 1 kemampuan TI, 2 pengalaman diklat, dan 3 frekuensi mengakses internet. 2. Kemampuan Teknologi Informasi TI Kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan KBI, 2008: 979. Seseorang yang memiliki kemampuan berarti memiliki kesanggupan, kecakapan dan kekuatan dalam melakukan suatu hal. Rias Van Wyk dalam Janer Simarmata 2006:2 berpendapat mengenai pengertian teknologi sebagai berikut: “Technology is a “set of means” created by people to facilitate human endeavor” , pengertian menurut Technology Plan 2004-2005 dalam Janer Simarmata 2006: 2 , “Technology can be any tool, device, program, or system that when applied to the educational environment will increase productivity, creativity, andor achievement of students, faculty, and staff and will prepare them for new roles in learning, livi ng, and working”. Sedangkan pengertian informasi adalah penerangan, pemberitahuan KBI, 2008: 586. Pendapat Senn yang dikutip Janner Simarmata 2006: 3 menyatakan bahwa istilah TI digunakan mengacu pada suatu item yang bermacam-macam dan kemampuan yang digunakan dalam pembuatan, penyimpanan, dan penyebaran data serta informasi. Komponen utamanya ada tiga, yaitu komputer computer, komunikasi communication, dan keterampilan know-how. Menurut Aji Supriyanto 2005: 5, istilah teknologi informasi memang lebih merujuk pada teknologi yang digunakan dalam menyampaikan maupun mengolah informasi, namun pada dasarnya masih merupakan bagian dari sebuah sistem informasi itu sendiri. Teknologi informasi memang lebih mudah dipahami secara umum sebagai pengolahan informasi yang berbasis pada teknologi komputer yang saat ini teknologinya terus berkembang sehubungan perkembangan teknologi lain yang dapat dikoneksikan dengan komputer itu sendiri. Janner Simarmata 2006: 4-5 menjelaskan fungsi teknologi informasi sebagai berikut: a. Capture: proses penyusunan rekord aktivitas yang terperinci b. Processing: proses mengubah, menganalisis, menghitung, dan mengumpulkan semua bentuk data atau informasi. 1 Pengolahan data 2 Pengolahan informasi 3 Pengolahan kata PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Pengolahan gambar 5 Pengolahan suara c. Generation: proses yang mengorganisir informasi ke dalam bentuk yang bermanfaat, apakah sebagai angka-angka, teks, bunyi, atau gambar visual. d. Storage dan Retrieval: storage adalah proses komputer penguat informasi untuk penggunaan masa depan. Retrieval adalah proses dimana penematan komputer dan menyimpan salinan data atau informasi untuk pengolahan lebih lanjut atau ditransmisikan ke pengguna lain. e. Transmission: proses komputer mendistribusikan informasi melalui jaringan komunikasi. 1 Electronic Mail, atau E-Mail 2 Voice Messaging, atau Voice Mail Dalam bagian yang berbeda, Janner Simarmata juga memberikan penjelasan bahwa TI komputer dapat dengan mudah digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan seperti mengakses informasi dan berbelanja, serta juga di bidang pendidikan ataupun perkantoran. Seseorang yang memiliki kemampuan TI dapat menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dengan lebih cepat, tepat, dan akurat, sehingga pekerjaan tersebut menjadi lebih efisien dan efektif. Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa kemampuan TI adalah kecakapan seseorang dalam mengolah informasi yang berbasis pada teknologi komputer. Menurut peneliti, guru dapat memanfaatkan perangkat komputer untuk mempermudah dalam tugas administrasi guru yaitu kegiatan proses dan penilaian pembelajaran. Misalnya, penggunaan Microsoft Office, aplikasi yang terkait, jaringan internet baik untuk proses pembelajaran maupun penilaian menggunakan e-mail, e- learning maupun social media. Oleh sebab itu, peneliti menduga bahwa semakin tinggi kemampuan TI guru, maka guru akan semakin mampu mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan TI guru, maka guru akan semakin kurang mampu mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran dengan baik. 3. Pengalaman Diklat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI 1995: 22 pengalaman adalah yang pernah dialami dijalani, dirasai, ditanggung, dsb. Seseorang yang mempunyai pengalaman adalah seseorang yang pernah mengalami sesuatu atau suatu kejadian pernah dialami oleh seseorang. Setiap lembaga, baik itu lembaga laba ataupun lembaga nirlaba pasti memiliki visi, misi dan sasaran tujuannya masing-masing. Tidak terkecuali dalam lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan di Indonesia pasti juga memiliki visi, misi dan tujuannya sendiri. Subjek sumber daya manusia dalam pembahasan penelitian ini adalah guru yang merupakan salah satu aspek penting bagi suatu lembaga pendidikan untuk bisa mencapai visi, misi dan tujuannya. Oleh sebab itu, seorang guru perlu diberi pengembangan. Pengembangan meliputi baik pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan tertentu maupun pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan umum dan pemahaman atas keseluruhan lingkungan McGraw-Hill, 1988: 215. Senada dengan itu, menurut Mansur Muslich 2007: 101-102, pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan danatau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat kecamatan, kabupatenkota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari lembaga penyelengga diklat. Pengertian pendidikan dan pelatihan yang terpisah dikemukakan oleh Agus M. Hardjana sebagai berikut: pendidikan atau education secara umum merupakan usaha yang sengaja diadakan dan dilakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI secara sistematis serta terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, sesuai dengan tingkatnya, guna menyampaikan, menumbuhkan dan mendapatkan pengetahuan, sikap, nilai, kecakapan atau keterampilan yang diikehendaki Agus M. Hardjana, 2001: 13, dan training atau pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja pekerja dalam pekerjaan yang diserahkan kepada mereka Agus M. Hardjana, 2001; 12. Oleh sebab itu, masuk akal apabila penyelenggaran pendidikan dan pelatihan dianggap penting adanya. Pada umumnya, peserta pelatihan adalah orang-orang dewasa maka sebaiknya dalam penyelenggaraan pelatihan hendaknya diperhatikan pendidikan orang- orang dewasa pula. Berikut adalah prinsip-prinsip yang dimaksud menurut Agus M. Hardjana 2001: 24-26: a. Belajar dari pengalaman. Peserta pelatihan adalah orang dewasa yang mempunyai pengalaman, pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan sendiri. Belajar dari pengalaman berarti memanfaatkan segala sesuatu yang mereka miliki untuk dijadikan titik tolak guna dikembangkan dan diperkaya, atau dilepaskan dan diubah. Untuk itu, cara pelatihan pun sebaiknya juga melalui pengalaman. b. Melibatkan emosi dan budi. Pelatihan melibatkan seluruh diri peserta. Oleh karena itu, peserta pelatihan tidak hanya diberikan berbagai informasi dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pengetahuan, tetapi juga disentuh hati, perasaan dan emosi, serta dioleh perilakunya. Ini dilakukan dengn memberikan latihan berupa kegiatan yang pengerjaannya memerlukan pemikiran, perasaan, dan perbuatan konkret. c. Melalui kebersamaan dan kerja sama. Untuk mengubah perilaku, dibutuhkan motivasi. Motivasi tersebut akan lebih mudah dibangkitkan dan dipertahankan jika kegiatan yang mengubah perilaku itu dilakukan bersama-sama dengan orang lain. Dalam kelompok dan melalui kelompok, peserta dapat saling mengenal, saling berbagi pengalaman, mengadakan kegiatan, dan melakukan kerja untuk menyelesaikan tugas bersama. Dengan cara itu, peserta melatih diri dalam mengubah pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan dan keterampilan mereka. d. Melihat dan menemukan sendiri relevansi pelatihan. Seperti dalam belajar pada umumnya, dalam pelatihan peserta tidak dapat dipaksa, diancam dengan berbagai sangsi, diberi janji-janji, atau dijejali dengan petuah-petuah, agar mengubah pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan, dan keterampilan tetapi melalui penyajian kegiatan-kegiatan bermakna. Dengan menjalani dan mengalami sendiri kegiatan itu, peserta dibantu untuk menemukan sendiri pemahaman dan pemanfaatan dari kegiatan yang telah mereka lakukan. Dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pelatihan peserta dibantu untuk mengerti permasalahan dan mencari manfaat dari padanya sesuai dengan kebutuhan dan keadaan pribadi peserta. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa diklat merupakan suatu hal yang penting untuk diselenggarakan agar dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan dan produktivitas kerja seseorang dalam suatu organisasi atau lembaga. Oleh sebab itu, peneliti menduga bahwa semakin sering guru mengikuti kegiatan diklat, guru akan semakin mampu mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya semakin jarang guru mengikuti kegiatan diklat, maka guru akan semakin kurang mampu mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran dengan baik. 4. Frekuensi Mengakses Internet Frekuensi menurut KBI 2008: 423 diartikan sebagai jumlah kejadian yang lengkap atau fungsi muncul dalam satuan waktu. Menurut Belani Margi 2011 mengakses berasal dari kata akses, yang diberi imbuhan me- dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata akses memiliki dua arti: a Akses berarti pencapaian berkas pada disket untuk penulisan untuk atau pembacaan data. b Akses berarti jalan masuk terusan. Jadi mengakses adalah jalan untuk mencapai atau memasuki suatu berkas. Informasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti penerangan, keterangan, pemberitahuan, kabar dan berita tentang sesuatu. Akses adalah kemampuan untuk mendapatkan manfaat dari sesuatu atau hak untuk memperoleh sesuatu kekuasaan Ribot dan Peluso:2003. Kata akses merupakan kosakata dalam Bahasa Indonesia yang diserap dari Bahasa Inggris yaitu access yang berarti jalan masuk. Akses berarti jalan atau izin masuk dari suatu tempatwilayah baik yang dapat dilihat dengan mata ataupun tidak dimana kita dapat berhubungan dengan sumber daya yang ada di wilayah tersebut sesuai dengan izin yang dimiliki. Menurut Aji Supriyanto 2005: 336, internet adalah sebuah jaringan komputer global, yang terdiri dari jutaan komputer yang saling terhubung dengan menggunakan protokol yang sama untuk berbagi informasi secara bersamaan. Jadi, internet merupakan kumpulan atau penggabungan jaringan komputer lokal atau LAN menjadi jaringan komputer global atau WAN. Marietta Tretter 1996: 6 menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan internet adalah sebagai berikut: pertama, internet adalah kumpulan yang luas dari jaringan komputer besar dan kecil yang saling bersambungan menggunakan jaringan komunikasi yang ada di seluruh dunia. Kedua, internet adalah seluruh manusia yang secara aktif berpartisipasi sehingga membuat internet menjadi sumber daya informasi yang sangat berharga. Manfaat internet adalah sebagai berikut Koswara dkk, 1998: 188: a Mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi, seperti informasi kesehatan, rekreasi, hobi, pengembangan pribadi, rohani dan sosial. b Mendapatkan informasi untuk kehidupan profesional pekerjaan, seperti sains, teknologi, perdagangan, saham, komoditas, berita bisnis, asosiasi bisnis dan berbagai forum komunikasi. c Sebagai sarana untuk kerjasama antar pribadi atau kelompok tanpa mengenal batas jarak dan waktu, batas negara, ras, kelas ekonomi, ideologi, atau faktor lain yang biasanya dapat menghambat pertukaran pikiran. d Sebagai sarana bisnis, termasuk iklan dan publikasi secara online, bisnis baru koneksi ke internet dan web page, alternatif cetak jarak jauh, jenis layanan baru untuk pelanggan, jasa surat elektronik dan bulletin board. e Sebagai media komunikasi, termasuk untuk mengikuti perkembangan teknologi, menjembatani lembaga pemerintah, universitas, sekolah, laboratorium dan penelitian. f Sebagai penunjang sistem pendidikan jarak jauh. g Sebagai sarana hiburan dan hobi. h Dapat menekan biaya administrasi pengiriman pesan, fax, gambar dan biaya cetak keuntungan tidak langsung. i Dapat memperluas wawasan masyarakat. j Globalisasi informasi. k Sumber data tersedia. l Merupakan sarana diskusi global bagi para profesional, peneliti, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum. Internet adalah hubungan koneksi satu komputer ke komputer lainnya diseluruh dunia melalui server dan router terdedikasi. Sedangkan mengakses internet adalah sebuah kegiatan yang berkaitan dengan intraksi user dengan komputer yang terkoneksi akses internet bisa menggunakan bermacam-macam media komputer pribadi, handphone, tv, dan lain – lain. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi mengakses internet yaitu seringnya guru melakukan kegiatan untuk mendapatkan manfaat dan informasi dari penggunaan jaringan internet seperti mendapatkan informasi mengenai perkembangan pendidikan, untuk mencari bahan ajar, dan untuk melakukan pembelajaran online serta untuk sarana komunikasi dan hiburan. Oleh karena itu peneliti menduga semakin sering guru dalam mengakses internet maka semakin banyak informasi yang diperoleh, terutama informasi mengenai implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran. Maka dari itu, peneliti menduga bahwa semakin sering guru dalam mengakses internet, guru akan semakin mampu mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya, semakin jarang guru dalam mengakses internet maka guru akan semakin kurang mampu mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran dengan baik.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sirilus Christianto 2016 dengan judul “Implementasi Penilaian dan Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 Ditinjau dari S tatus Kepegawaian dan Masa Kerja”. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ex post facto dan komparatif dengan subjek penelitian guru Mata Pelajaran Akuntansi Pada SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se-Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan implementasi penilaian dan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian dan masa kerja dengan harapan agar guru dapat mengevaluasi pelaksanaan penilaian dan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sebagai bahan kajian bagi sekolah yang berkaitan dengan upaya mengoptimalkan kinerja guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam mengimplementasikan penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian Asymp. Sig sebesar 0,545 dan F hitung sebesar 0,612; tidak ada perbedaan dalam mengimplementasikan penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja Asymp. Sig sebesar 0,661 dan F hitung sebesar 0,416; ada perbedaan dalam mengimplementasikan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian Asymp. Sig sebesar 0,016 dan F hitung sebesar 4,469; tidak ada perbedaan dalam mengimplementasikan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja Asymp. Sig sebesar 0,106 dan F hitung sebesar 2,328. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Brigitta Dina Dwi Prastiwi 2015 dengan judul “Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 Menurut Persepsi Guru”. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan subjek penelitian guru SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se-Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah proses pelaksanaan pembelajaran, pengelolaan kelas serta langkah- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI langkah pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik 58,7 responden masuk dalam kategori baik; nilai mean sebesar 158,41; implementasi dimensi pengelolaan kelas berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan sangat baik 57,1 responden masuk dalam kategori sangat baik; nilai mean sebesar 61,79; implementasi dimensi langkah-langkah pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik 60,3 responden masuk dalam kategori baik; nilai mean sebesar 96,02.

C. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Kemampuan TI terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pembelajaran Guru di masa sekarang, memiliki tuntutan yang lebih banyak daripada guru di masa yang lalu. Perbedaan yang terlihat jelas adalah pada penguasaan teknologi khususnya teknologi informasi yang dimiliki oleh guru itu sendiri. Semakin maju teknologi yang digunakan oleh peserta didik, maka guru sebisa mungkin juga mengimbanginya.

Dokumen yang terkait

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta 2017.

0 2 215

Pengaruh kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah, frekuensi mengakses internet, dan pangkat golongan guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar P

0 0 234

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada

0 3 213

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

0 0 3

Lampiran Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

0 1 15

Pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman pendidikan dan pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016 tent

0 0 277

Pengaruh pengalaman mengajar, tingkat pendidikan guru, dan kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah terhadap kemampuan implementasi PerMendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian pada

0 4 268

Pengaruh kesibukan guru di sekolah, frekuensi mengakses internet, pangkat golongan terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016

0 0 218

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016

0 0 246

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses

0 0 11