Tinjauan Teoritik TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada
juga pengertian kurikulum yang lebih luas lagi yaitu semua kegiatan dan pengalaman belajar serta “segala sesuatu” yang
berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik disekolah maupun diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah
untuk mencapai pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas pasal 1, butir 19, kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat
rencana dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang direncanakan sebagai pedoman yang
dapat memberikan pengaruh pada peserta didik untuk mencapai tujuan persekolahannya.
b. Perkembangan Kurikulum Sholeh Hidayat 2013: 1 memaparkan bahwa kurikulum di
Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 telah mengalami beberapa kali perubahan yaitu tahun 1947, 1952,
1964,1968,1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi dan implikasi dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan perkembangan IPTEK. Hal tersebut sejalan dengan yang
dikemukakan Hamalik 2003: 19 bahwa dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1 Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada
gilirannya menjadi landasan merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2 Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. 3 Keadaan lingkungan.
4 Kebutuhan pembangunan Poleksosbudhankam. 5 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai
dengan sistem nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa. Kurikulum sebagai salah satu instrumental input dalam
mencapai tujuan pendidikan nasional dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. Semua kurikulum nasional dikembangkan mengacu pada landasan yuridis Pancasila dan UUD 1945, perbedaan tiap
kurikulum terletak pada penekanan pokok dan tujuan pendidikan dan pendekatan dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut.
Sholeh Hidayat, 2013: 2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perkembangan kurikulum di Indonesia sebagai berikut: 1 Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada setelah Indonesia merdeka disebut rencana pembelajaran. Perubahan orientasi
pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda kepada kepentingan nasional. Asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Rencana pelajaran 1947 merupakan pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda dengan
mengurangi pendidikan kecerdasan intelektual. Kurikulum 1947 dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan
berbangsa dengan spirit merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia yang berdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, kesadaran bernegara dan masyarakat.
Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian dan kehidupan sehari-hari serta memberikan perhatian terhadap pendidikan
kesenian dan pendidikan jasmani. Rencana pelajaran 1947 baru secara resmi dilaksanakan di sekolah-sekolah mulai tahun
1950. Bentuk kurikulum ini memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pelajarannya, disertai dengan garis-
garis besar pengajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Kurikulum 1952 Setelah rencana pelajaran 1947, pada tahun 1952
kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini, pemerintah Indonesia melalui Kementrian
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang lebih merinci setiap mata
pelajaran kemudian diberi nama Rancangan Pelajaran Terurai 1952 yang berfungsi membimbing para guru dalam kegiatan
mengajar di Sekolah Dasar. Di dalamnya tercantum jenis-jenis pelajaran yang harus menjadi kegiatan murid dalam belajar di
sekolah, seperti pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi dan Sejarah.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri-
ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran sehari-hari. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang
guru mengajar satu mata pelajaran. 3 Kurikulum 1964
Menurut Hamalik dalam Sholeh Hidayat 2013: 3, di penghujung era pemerintahan Presiden Soekarno menjelang
tahun 1964, pemerintahan kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana
Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Pokok-pokok pikiran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah pemerintahan mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan
pada program
Pancawardhana. Fokus kurikulum 1964 ini pada perkembangan
Pancawardhana, yaitu: Daya cipta, Rasa, Karsa, Karya, dan Moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok
bidang studi: moral, kecerdasan, emosionalartistik, keprigelan keterampilan, dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
4 Kurikulum 1968 Lahirnya kurikulum 1968 sebagai perubahan dari
kurikulum 1964 dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde
Baru. Kurikulum 1968 menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Kurikulum 1968
melakukan perubahan
struktur kurikulum dari Pancawardhana dan menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah
jam pelajarannya 9 mata pelajaran. Dari segi tujuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendidikan, Kurikulum 1968 diarahkan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan, dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
5 Kurikulum 19751976 Pada kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor
kebijaksanaan pemerintah yang berkembang dalam rangka pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan,
sehingga diperlukan peninjauan terhadap kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang
membangun. Kurikulum 1975 sebagai pengganti Kurikulum 1968
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: a Berorientasi pada tujuan.
b Menganut pendekatan integratif. c Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal
daya dan waktu. d Menganut pendekatan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruktsional PPSI. e Menekankan kepada stimulus respon dan latihan.
Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar- mengajar merupakan suatu sistem yang senantiasa diarahkan
pada pencapaian tujuan. Sistem pembelajaran dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendekatan sistem instruksional inilah yang merupakan pembaharuan dalam sistem pengajaran di Indonesia. Dengan
melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah yang
membedakan dengan kurikulum sebelumnya memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja.
6 Kurikulum 1984 Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke
kurikulum 1984 diantaranya adalah sebagai berikut: a Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum
tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
b Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik.
c Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
d Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir disetiap jenjang.
e Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa PSPB sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri
mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
f Pengadaan program studi baru seperti di SMA untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan
perkembangan ilmu
pengetahuanteknologi terhadap
pendidikan, Kurikulum 1975 dianggap sudah tidak sesuai lagi karena itu diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984
lahir sebagai perbaikan atau revisi terhadap Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri:
a Berorientasi kepada tujuan pembelajaran instruksional. b Pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik
melalui cara belajar siswa aktif CBSA. CBSA adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa
memperoleh pengalaman belajar secara optimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
c Materi pembelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang
digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
d Menanamkan pengertian
terlebih dahulu
sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa
harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti.
e Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan
siswa. Pemberian
materi pelajaran
berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar.
f Menggunakan pendekatan
keterampilan proses.
Keterampilan proses adalah pendekatan belajar dan pembelajaran yang memberi tekanan kepada proses
pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
7 Kurikulum 1994 Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984,
proses pembelajaran menekankan pada pola pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar, kurang
memperhatikan muatan isi pelajaran. Hal ini terjadi karena sesuai dengan suasana pendidikan di LPTK Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan yang lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya pada saat itu
dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang
bahwa isi pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode
tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
Kurikulum 1994
dibuat sebagai
penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-
Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagaian waktu
pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan. Dengan
sistem caturwulan
yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan
dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, antara lain sebagai berikut:
a Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
b Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat berorientasi kepada materi
pelajaranisi. c Kurikulum
1994 bersifat
populis, yaitu
yang memberlakukan suatu sistem kurikulum untuk semua
siswa diseluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat
mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
d Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam
belajar,baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal
yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban, dan
penyelidikan. e Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya
disesuaikan dengan kekhasan konseppokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian atara pengajaran yang menekankan pada
pemahaman konsep
dan pengajaran
yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah. f Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari
hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
g Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan sebagai akibat dari kecendrungan
kepada pendekatan penguasaan materi, di antaranya sebagai berikut:
a Beban belajar siswa terlalu besar dikarenakan banyaknya mata pelajaran dan materinya.
b Materi pelajaran dianggap terlalu sukar dan kurang bermakna dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
8 Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2002 dan 2004 Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi menjadi
kurikulum 2002 sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik
sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kurikulum yang dikembangkan saat ini diberi nama Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan
untuk melakukan
kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan.
Depdiknas Tahun 2002 Wina Sanjaya, 2006:11 mengemukakan karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi
secara lebih rinci sebagai berikut: a Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara individual maupun klasikal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b Berorientasi pada hasil belajar learning outcomes dan keberagaman.
c Penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi. d Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber
belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. e Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur
kompetensi dalam
Kurikulum Berbasis
Kompetensi pada suatu mata pelajaran memuat rinci kompetensi kemampuan dasar mata pelajaran itu dan sikap
yang diharapkan dimiliki siswa dapat dilihat contohnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap
positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. 9 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP
Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah mendorong penyelenggara pendidikan
untuk mengimplementasikan
kurikulum dalam
bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.
Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada,
yaitu PP No. 192005. Akan tetapi, esensi-esensi isi dan arah pengembangan
pembelajaran tetap
masih bercirikan
tercapainya paket-paket kompetensi dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter, yaitu:
a Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
b Berorientasi pada hasil belajar learning outcomes dan keberagaman.
c Penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi. d Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber
belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. e Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. 10 Kurikulum 2013
Menurut Mulyasa 2013:59, dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu
dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan zaman. Meskipun demikian, perubahan dan
pengembangannya harus dilakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal berubah. Perubahan dan pengembangan
kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa kemana sistem pendidikan nasional dengan
kurikulum tersebut. Perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP
2006 sebagai berikut diadaptasi dari materi sosialisasi kurikulum 2013:
a Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak
materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.
b Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan
nasional. c Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh
aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. d Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran
lingkungan, pendekatan
dan metode
pembelajaran konstruktifistik, keseimbangan soft skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi
di dalam kurikulum. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional,
maupun global. f Standar proses pembelajaran belum menggambarkan
urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung
pada pembelajaran yang berpusat pada guru. g Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis
kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.
Menurut Mulyasa 2013: 163 kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi lahir sebagai jawaban
terhadap berbagai kritikan terhadap kurikulum 2006, serta sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan dunia kerja.
Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam
penguasaan ilmu dan teknologi. Dengan demikian, kurikulum 2013 diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan
yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini, terutama dalam memasuki era globalisasi yang penuh dengan
berbagai macam tantangan. Kurikulum berbasis karakter dan kompetensi yang secara konseptual memiliki unggulan,
keunggulan tersebut yakni: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah konstektual, karena berangkat, berfokus, dan
bermuara pada
hakekat peserta
didik untuk
mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing.
b Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-
kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan
secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. c Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang
dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan
keterampilan. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai
sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan kompetensi tugas-
tugas dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan
terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan
keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. a Pengetahuan knowledge; yaitu kesadaran dalam bidang
kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana
melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhan.
b Pemahaman understanding; yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang
guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan
kondisi peserta
didik, agar
dapat melaksanakan
pembelajaran secara efektif dan efisien. c Kemampuan skill; adalah sesuatu yang dimiliki individu
untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih,
dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.
d Nilai value; adalah suatu standar prilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri
seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain.
e Sikap attitude; yaitu perasaan senang-tidak senang, suka-tidak suka atau reaksi terhadap suatu rangsangan
yang datang dari luar: Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upahgaji, dan
sebagainya. f Minat interest; adalah kecendrungan seseorang untuk
melakukan suatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.
11 Kurikulum 2013 Edisi Revisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
melakukan perbaikan terhadap kurikulum 2013. Setiap perbaikan dan pengembangan yang dilakukan pemerintah
terhadap kurikulum dari waktu ke waktu bertujuan untuk menghasilkan generasi yang memiliki tiga kompetensi yaitu
sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dari perbaikan yang telah dilakukan sepanjang 2015, terdapat empat poin
perbaikan dalam dokumen kurikulum yaitu: a Penataan Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial
pada Semua Mata Pelajaran. Sebelum adanya perbaikan kurikulum, setiap guru mata
pelajaran diberi
beban formal
untuk melakukan
pembelajaran dan penilaian terhadap kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial siswa. Setelah dilakukan
perbaikan, hanya 2 guru yang bisa memberikan penilaian sikap siswa secara langsung, yaitu guru Pendidikan
Agama-Budi Perkerti dan guru PPKn. Sedangkan guru lain di luar mata pelajaran ini, dapat mengajarkan dan
memberikan nilai secara tidak langsung. b Koherensi KI-KD dan Penyelarasan Dokumen.
Perbaikan Kurikulum 2013 dilakukan dengan bersifat evaluatif formatif, salah satunya dengan melakukan
perbaikan pada dokumen Kompetensi Inti KI dan Kompetensi Dasar KD, silabus, serta buku teks
pelajaran. Perbaikan tersebut dilakukan berdasarkan masukan-masukan yang diberikan masyarakat, seperti
guru, pegiat pendidikan, praktisi, pemerhati pendidikan, serta masyarakat umum. Keselarasan KI dan KD.
Berdasarkan hasil evaluasi, ditemukan adanya pemahaman yang kurang tepat oleh masyarakat yang disebabkan oleh
format penyajian dan nomenklatur dalam Kurikulum 2013, di antaranya Kompetensi Dasar KD pada
Kompetensi Inti KI yang dianggap kurang logis dikaitkan dengan karakteristik mata pelajaran. Selain itu
juga ditemukan indikasi adanya inkonsistensi antara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kompetensi Dasar KD dengan silabus dan buku teks. Silabus inspiratif, merupakan salah satu prinsip perbaikan
silabus untuk memudahkan guru memahaminya sehingga mudah diimplementasikan. Perbaikan silabus dilakukan
antara lain dengan melakukan penataan penulisan dan format sehingga mudah dipahami oleh guru.
c Pemberian Ruang
Kreatif pada
Guru dalam
Mengimplementasikan Kurikulum. Metode pembelajaran menjadi salah satu hal yang menjadi
perhatian dalam perbaikan Kurikulum 2013. Sebagian guru menganggap metode pembelajaran dengan proses
berpikir 5M mengamati, menanya, mengumpulkan informasi
atau mencoba,
mengasosiasi, mengkomunikasikan bersifat prosedural dan mekanistik
sehingga membelenggu ruang kreatif. Selama ini mereka mamandang
metode tersebut
sebagai satu-satunya
pendekatan dalam pembelajaran di semua mata pelajaran. Pemberian ruang kretif itu membuat guru memiliki
otonomi dalam proses pembelajaran sehingga mendorong pembelajaran yang aktif. Perbaikan itu juga menekankan
bahwa pendekatan
saintifik bukan
satu-satunya pendekatan dalam pembelajaran.
d Kemampuan Siswa Tidak Dibatasi Taksonomi Proses Berpikir.
Sejak dini siswa diajak kembangkan kemampuan berpikir kritis. Revisi Kurikulum 2013 menuntut kecakapan
berpikir tingkat tinggi yang ingin dibangun sejak dini pada siswa jenjang pendidikan dasar. Sebelumnya pada
Kurikulum 2013 sebelum revisi, kecakapan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skill HOTS
diberikan mulai pada jenjang pendidikan menengah SMA dan SMK. Dalam Kurikulum 2013 yang lalu, kompetensi
dasar untuk siswa ditiap jenjang pendidikan berbeda, yaitu SD hanya sampai pada tingkat memahami, SMP
menerapkan dan menganalisis, sedangkan SMA sampai tingkat mencipta. Pembatasan kompetensi dasar ini
berdampak pada proses pembelajaran, seolah-olah siswa cukup sampai berpikir tingkat rendah, yaitu memahami,
sedangkan berpikir tingkat tinggi baru dimulai pada level SMASMK.
c. Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pembelajaran
Menurut Kamus Bahasa Indonesia atau KBI 2008: 979 kemampuan
adalah kesanggupan,
kecakapan, kekuatan.
Seseorang yang
memiliki kemampuan
berarti memiliki
kesanggupan, kecakapan dan kekuatan dalam melakukan suatu hal.
Pengertian mengimplementasikan menurut KBI 2008: 580 adalah melaksanakan atau menerapkan. Seseorang yang
memiliki kemampuan mengimplementasikan berarti memiliki kesanggupan, kecakapan dan kekuuatan untuk melaksanakan atau
menerapkan suatu hal. Menurut Wina Sanjaya dan Andi Budimanjaya 2017: 59
yang dimaksud peran dalam mengimplementasikan kurikulum adalah peran yang dilakukan oleh guru dalam menerjemahkan
kurikulum yang berlaku dalam tataran kelas micro curriculum. Menurut Murray Print dalam Wina Sanjaya dan Andi
Budimanjaya 2017: 60-61, sebagai implementers, guru berperan untuk mengimplementasikan kurikulum yang sudah ada, yang
disusun oleh para pengembang kurikulum. Dalam melaksanakan perannya guru hanya menerima dan menjalankan berbagai
kebijakan perumus kurikulum. Dengan demikian, guru tidak memiliki ruang baik untuk menentukan isi kurikulum maupun
menentukan proses pencapaiannya. Ada beberapa ciri peran guru sebagai implementers,
yakni: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a Guru hanya melaksanakan kurikulum yang telah disusun oleh tim pengembang kurikulum. Dengan demikian, guru
dianggap sebagai tenaga teknis yang tidak memiliki ruang untuk berimprovisasi baik dalam mengembangkan program
pembelajaran maupun
dalam proses
pengelolaan pembelajaran. Mengajar adalah tugas rutin yang harus
dikerjakan. Oleh karena itu, tidak heran kalau selama kurikulum itu berlaku guru selalu bertindak sama dari tahun
ke tahun. b Sebagai implementers, guru dalam mengajar berpedoman
pada kurikulum yang disusun secara terpusat yang bersifat uniform, sehingga tidak ada kesempatan bagi guru di sekolah
untuk menyesuaikan bahan pelajaran dengan kebutuhan lokal lingkungan sekolah. Pengembangan kurikulum yang bersifat
uniform tidak mempertimbangkan letak geografis seolah yang memiliki adat dan budaya yang berbeda. Akibatnya, apa
yang dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya di setiap daerah sama, misalnya apa yang dipelajari dan bagaimana
cara mempelajarinya pada waktu tertentu di bagian Indonesia Timur sama dengan apa yang dipelajari di bagian barat
Indonesia. c Dalam memperlakukan siswa, guru menganggap semua siswa
sama, baik bakat, minat, maupun kemampuan, bahkan lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jauh dalam proses pembelajaran guru tidak memperhatikan latar belakang sosial budaya siswa itu sendiri.
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 mengatur tentang standar proses pembelajaran yang ada pada Kurikulum 2013 edisi
revisi. Standar Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan
dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan
secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian proses pembelajaran serta pengawasan proses pembelajaran untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 2016: 5
dijelaskan bahwa perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan
penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap kajian
mata pelajaran. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih. RPP dikembangakan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam
mencapai Kompetensi Dasar KD. Pelaksanaan pembelajaran yang tertera dalam peraturan ini
terdiri dari persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran alokasi waktu jam tatap muka pembelajaran, rombongan belajar, buku
teks pelajaran serta pengelolaan kelas dan laboratorium dan pelaksanaan pembelajaran kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,
kegiatan penutup. Penilaian proses pembelajaran dalam peraturan ini adalah
penilaian proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan penilaian otentik authentic assesment yang menilai kesiapan
peserta didik, proses dan hasil belajar secara utuh. Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program perbaikan
remedial pembelajaran, pengayaan enrichment, atau pelayanan konseling 2016: 13.
Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan serta tindak
lanjut berkala dan berkelanjutan yang dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas.
Sebelum Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pembelajaran ini diberlakukan, standar proses pendidikan di Indonesia menganut sistematika yang dijelaskan pada Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Namun pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65
Tahun 2013 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku hal ini
dijelaskan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran adalah kecakapan yang
dimiliki oleh seseorang dalam menerjemahkan serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menerapkan Permedikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pebelajaran yang meliputi perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian proses pembelajaran serta pengawasan proses pembelajaran.
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
tentang standar proses antara lain : 1 kemampuan TI, 2 pengalaman diklat, dan 3 frekuensi mengakses internet.
2. Kemampuan Teknologi Informasi TI Kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan KBI,
2008: 979. Seseorang yang memiliki kemampuan berarti memiliki kesanggupan, kecakapan dan kekuatan dalam melakukan suatu hal.
Rias Van Wyk dalam Janer Simarmata 2006:2 berpendapat mengenai pengertian teknologi sebagai berikut: “Technology is a “set
of means” created by people to facilitate human endeavor” , pengertian menurut Technology Plan 2004-2005 dalam Janer
Simarmata 2006: 2 , “Technology can be any tool, device, program,
or system that when applied to the educational environment will increase productivity, creativity, andor achievement of students,
faculty, and staff and will prepare them for new roles in learning, livi
ng, and working”. Sedangkan pengertian informasi adalah penerangan, pemberitahuan KBI, 2008: 586.
Pendapat Senn yang dikutip Janner Simarmata 2006: 3 menyatakan bahwa istilah TI digunakan mengacu pada suatu item
yang bermacam-macam dan kemampuan yang digunakan dalam pembuatan, penyimpanan, dan penyebaran data serta informasi.
Komponen utamanya ada tiga, yaitu komputer computer, komunikasi communication, dan keterampilan know-how.
Menurut Aji Supriyanto 2005: 5, istilah teknologi informasi memang lebih merujuk pada teknologi yang digunakan dalam
menyampaikan maupun mengolah informasi, namun pada dasarnya masih merupakan bagian dari sebuah sistem informasi itu sendiri.
Teknologi informasi memang lebih mudah dipahami secara umum sebagai pengolahan informasi yang berbasis pada teknologi komputer
yang saat
ini teknologinya
terus berkembang
sehubungan perkembangan teknologi lain yang dapat dikoneksikan dengan
komputer itu sendiri. Janner Simarmata 2006: 4-5 menjelaskan fungsi teknologi
informasi sebagai berikut: a. Capture: proses penyusunan rekord aktivitas yang terperinci
b. Processing: proses mengubah, menganalisis, menghitung, dan mengumpulkan semua bentuk data atau informasi.
1 Pengolahan data 2 Pengolahan informasi
3 Pengolahan kata PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 Pengolahan gambar 5 Pengolahan suara
c. Generation: proses yang mengorganisir informasi ke dalam bentuk yang bermanfaat, apakah sebagai angka-angka, teks,
bunyi, atau gambar visual. d. Storage dan Retrieval: storage adalah proses komputer penguat
informasi untuk penggunaan masa depan. Retrieval adalah proses dimana penematan komputer dan menyimpan salinan data atau
informasi untuk pengolahan lebih lanjut atau ditransmisikan ke pengguna lain.
e. Transmission: proses komputer mendistribusikan informasi melalui jaringan komunikasi.
1 Electronic Mail, atau E-Mail 2 Voice Messaging, atau Voice Mail
Dalam bagian yang berbeda, Janner Simarmata juga memberikan penjelasan bahwa TI komputer dapat dengan mudah
digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan seperti mengakses informasi dan berbelanja, serta juga di bidang pendidikan ataupun
perkantoran. Seseorang yang memiliki kemampuan TI dapat menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dengan
lebih cepat, tepat, dan akurat, sehingga pekerjaan tersebut menjadi lebih efisien dan efektif.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa kemampuan TI adalah kecakapan seseorang dalam mengolah informasi yang berbasis
pada teknologi komputer. Menurut peneliti, guru dapat memanfaatkan perangkat
komputer untuk mempermudah dalam tugas administrasi guru yaitu kegiatan proses dan penilaian pembelajaran. Misalnya, penggunaan
Microsoft Office, aplikasi yang terkait, jaringan internet baik untuk proses pembelajaran maupun penilaian menggunakan e-mail, e-
learning maupun social media. Oleh sebab itu, peneliti menduga bahwa semakin tinggi
kemampuan TI
guru, maka
guru akan
semakin mampu
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya, semakin rendah
kemampuan TI guru, maka guru akan semakin kurang mampu mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
standar proses pembelajaran dengan baik.
3. Pengalaman Diklat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI 1995: 22
pengalaman adalah yang pernah dialami dijalani, dirasai, ditanggung, dsb. Seseorang yang mempunyai pengalaman adalah seseorang yang
pernah mengalami sesuatu atau suatu kejadian pernah dialami oleh seseorang.
Setiap lembaga, baik itu lembaga laba ataupun lembaga nirlaba pasti memiliki visi, misi dan sasaran tujuannya masing-masing. Tidak
terkecuali dalam lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan di Indonesia pasti juga memiliki visi, misi dan tujuannya sendiri. Subjek
sumber daya manusia dalam pembahasan penelitian ini adalah guru yang merupakan salah satu aspek penting bagi suatu lembaga
pendidikan untuk bisa mencapai visi, misi dan tujuannya. Oleh sebab itu, seorang guru perlu diberi pengembangan.
Pengembangan meliputi baik pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan tertentu maupun
pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan umum dan pemahaman atas keseluruhan lingkungan McGraw-Hill, 1988: 215.
Senada dengan itu, menurut Mansur Muslich 2007: 101-102, pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan danatau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik,
baik pada tingkat kecamatan, kabupatenkota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik komponen ini dapat berupa
sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari lembaga penyelengga diklat.
Pengertian pendidikan dan pelatihan yang terpisah dikemukakan oleh Agus M. Hardjana sebagai berikut: pendidikan atau education
secara umum merupakan usaha yang sengaja diadakan dan dilakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
secara sistematis serta terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, sesuai dengan tingkatnya, guna menyampaikan, menumbuhkan dan
mendapatkan pengetahuan, sikap, nilai, kecakapan atau keterampilan yang diikehendaki Agus M. Hardjana, 2001: 13, dan training atau
pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja pekerja dalam pekerjaan yang diserahkan kepada mereka Agus M.
Hardjana, 2001; 12. Oleh sebab itu, masuk akal apabila penyelenggaran pendidikan
dan pelatihan dianggap penting adanya. Pada umumnya, peserta pelatihan adalah orang-orang dewasa maka sebaiknya dalam
penyelenggaraan pelatihan hendaknya diperhatikan pendidikan orang- orang dewasa pula. Berikut adalah prinsip-prinsip yang dimaksud
menurut Agus M. Hardjana 2001: 24-26: a. Belajar dari pengalaman.
Peserta pelatihan adalah orang dewasa yang mempunyai pengalaman, pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan
sendiri. Belajar dari pengalaman berarti memanfaatkan segala sesuatu yang mereka miliki untuk dijadikan titik tolak guna
dikembangkan dan diperkaya, atau dilepaskan dan diubah. Untuk itu, cara pelatihan pun sebaiknya juga melalui pengalaman.
b. Melibatkan emosi dan budi. Pelatihan melibatkan seluruh diri peserta. Oleh karena itu,
peserta pelatihan tidak hanya diberikan berbagai informasi dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengetahuan, tetapi juga disentuh hati, perasaan dan emosi, serta dioleh perilakunya. Ini dilakukan dengn memberikan latihan
berupa kegiatan yang pengerjaannya memerlukan pemikiran, perasaan, dan perbuatan konkret.
c. Melalui kebersamaan dan kerja sama. Untuk mengubah perilaku, dibutuhkan motivasi. Motivasi
tersebut akan lebih mudah dibangkitkan dan dipertahankan jika kegiatan yang mengubah perilaku itu dilakukan bersama-sama
dengan orang lain. Dalam kelompok dan melalui kelompok, peserta dapat saling mengenal, saling berbagi pengalaman,
mengadakan kegiatan, dan melakukan kerja untuk menyelesaikan tugas bersama. Dengan cara itu, peserta melatih diri dalam
mengubah pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan dan keterampilan mereka.
d. Melihat dan menemukan sendiri relevansi pelatihan. Seperti dalam belajar pada umumnya, dalam pelatihan
peserta tidak dapat dipaksa, diancam dengan berbagai sangsi, diberi janji-janji, atau dijejali dengan petuah-petuah, agar
mengubah pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan, dan keterampilan
tetapi melalui
penyajian kegiatan-kegiatan
bermakna. Dengan menjalani dan mengalami sendiri kegiatan itu, peserta dibantu untuk menemukan sendiri pemahaman dan
pemanfaatan dari kegiatan yang telah mereka lakukan. Dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pelatihan peserta dibantu untuk mengerti permasalahan dan mencari manfaat dari padanya sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan pribadi peserta. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa diklat merupakan
suatu hal yang penting untuk diselenggarakan agar dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan dan produktivitas kerja
seseorang dalam suatu organisasi atau lembaga. Oleh sebab itu, peneliti menduga bahwa semakin sering guru mengikuti kegiatan
diklat, guru
akan semakin
mampu mengimplementasikan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya semakin jarang guru mengikuti
kegiatan diklat, maka guru akan semakin kurang mampu mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
standar proses pembelajaran dengan baik.
4. Frekuensi Mengakses Internet Frekuensi menurut KBI 2008: 423 diartikan sebagai jumlah
kejadian yang lengkap atau fungsi muncul dalam satuan waktu. Menurut Belani Margi 2011 mengakses berasal dari kata akses, yang
diberi imbuhan me- dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata akses memiliki dua arti:
a Akses berarti pencapaian berkas pada disket untuk penulisan
untuk atau pembacaan data.
b Akses berarti jalan masuk terusan.
Jadi mengakses adalah jalan untuk mencapai atau memasuki suatu berkas. Informasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti
penerangan, keterangan, pemberitahuan, kabar dan berita tentang sesuatu. Akses adalah kemampuan untuk mendapatkan manfaat dari
sesuatu atau hak untuk memperoleh sesuatu kekuasaan Ribot dan Peluso:2003. Kata akses merupakan kosakata dalam Bahasa
Indonesia yang diserap dari Bahasa Inggris yaitu access yang berarti jalan masuk. Akses berarti jalan atau izin masuk dari suatu
tempatwilayah baik yang dapat dilihat dengan mata ataupun tidak dimana kita dapat berhubungan dengan sumber daya yang ada di
wilayah tersebut sesuai dengan izin yang dimiliki. Menurut Aji Supriyanto 2005: 336, internet adalah sebuah
jaringan komputer global, yang terdiri dari jutaan komputer yang saling terhubung dengan menggunakan protokol yang sama untuk
berbagi informasi secara bersamaan. Jadi, internet merupakan kumpulan atau penggabungan jaringan komputer lokal atau LAN
menjadi jaringan komputer global atau WAN. Marietta Tretter 1996: 6 menyampaikan bahwa yang dimaksud
dengan internet adalah sebagai berikut: pertama, internet adalah kumpulan yang luas dari jaringan komputer besar dan kecil yang
saling bersambungan menggunakan jaringan komunikasi yang ada di seluruh dunia. Kedua, internet adalah seluruh manusia yang secara
aktif berpartisipasi sehingga membuat internet menjadi sumber daya informasi yang sangat berharga.
Manfaat internet adalah sebagai berikut Koswara dkk, 1998: 188:
a Mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi, seperti informasi kesehatan, rekreasi, hobi, pengembangan pribadi, rohani
dan sosial. b Mendapatkan informasi untuk kehidupan profesional pekerjaan,
seperti sains, teknologi, perdagangan, saham, komoditas, berita bisnis, asosiasi bisnis dan berbagai forum komunikasi.
c Sebagai sarana untuk kerjasama antar pribadi atau kelompok tanpa mengenal batas jarak dan waktu, batas negara, ras, kelas ekonomi,
ideologi, atau faktor lain yang biasanya dapat menghambat pertukaran pikiran.
d Sebagai sarana bisnis, termasuk iklan dan publikasi secara online, bisnis baru koneksi ke internet dan web page, alternatif cetak
jarak jauh, jenis layanan baru untuk pelanggan, jasa surat elektronik dan bulletin board.
e Sebagai media
komunikasi, termasuk
untuk mengikuti
perkembangan teknologi, menjembatani lembaga pemerintah, universitas, sekolah, laboratorium dan penelitian.
f Sebagai penunjang sistem pendidikan jarak jauh. g Sebagai sarana hiburan dan hobi.
h Dapat menekan biaya administrasi pengiriman pesan, fax, gambar dan biaya cetak keuntungan tidak langsung.
i Dapat memperluas wawasan masyarakat. j Globalisasi informasi.
k Sumber data tersedia. l Merupakan sarana diskusi global bagi para profesional, peneliti,
pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum. Internet adalah hubungan koneksi satu komputer ke komputer
lainnya diseluruh dunia melalui server dan router terdedikasi. Sedangkan mengakses internet adalah sebuah kegiatan yang berkaitan
dengan intraksi user dengan komputer yang terkoneksi akses internet bisa menggunakan bermacam-macam media komputer pribadi,
handphone, tv, dan lain – lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi mengakses internet yaitu seringnya guru melakukan kegiatan untuk
mendapatkan manfaat dan informasi dari penggunaan jaringan internet seperti mendapatkan informasi mengenai perkembangan pendidikan,
untuk mencari bahan ajar, dan untuk melakukan pembelajaran online serta untuk sarana komunikasi dan hiburan.
Oleh karena itu peneliti menduga semakin sering guru dalam mengakses internet maka semakin banyak informasi yang diperoleh,
terutama informasi mengenai implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran. Maka dari itu,
peneliti menduga bahwa semakin sering guru dalam mengakses internet,
guru akan
semakin mampu
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses
pembelajaran dengan baik. Sebaliknya, semakin jarang guru dalam mengakses internet maka guru akan semakin kurang mampu
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran dengan baik.