Tinjauan Teoritik TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
                                                                                dalam  kelas,  di  halaman  sekolah  maupun  di  luar  sekolah  atas tanggung  jawab  sekolah  untuk  mencapai  tujuan  pendidikan.  Ada
juga  pengertian  kurikulum  yang  lebih  luas  lagi  yaitu  semua kegiatan  dan  pengalaman  belajar  serta  “segala  sesuatu”  yang
berpengaruh  terhadap  pembentukan  pribadi  peserta  didik,  baik disekolah  maupun  diluar  sekolah  atas  tanggung  jawab  sekolah
untuk mencapai pendidikan. Berdasarkan  Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor
20  Tahun  2003  tentang  Sistem  Pendidikan  Nasional  Sisdiknas pasal  1,  butir  19,  kurikulum  didefinisikan  sebagai  seperangkat
rencana  dan  pengetahuan  mengenai  tujuan,  isi,  dan  bahan pelajaran  serta  cara  yang  digunakan  sebagai  pedoman
penyelenggaraan  kegiatan  pembelajaran  untuk  mencapai  tujuan tertentu.
Dari  definisi  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  kurikulum merupakan  sesuatu  yang  direncanakan  sebagai  pedoman  yang
dapat  memberikan  pengaruh  pada  peserta  didik  untuk  mencapai tujuan persekolahannya.
b.  Perkembangan Kurikulum Sholeh Hidayat 2013: 1 memaparkan bahwa kurikulum di
Indonesia  setelah  Indonesia  merdeka  pada    tahun  1945  telah mengalami  beberapa  kali  perubahan  yaitu  tahun  1947,  1952,
1964,1968,1975,  1984,  1994,  2004,  2006,  dan  2013.  Perubahan tersebut  merupakan  konsekuensi  dan  implikasi  dari  terjadinya
perubahan  sistem  politik,  sosial  budaya,  ekonomi  dan perkembangan  IPTEK.  Hal  tersebut  sejalan  dengan  yang
dikemukakan  Hamalik  2003:  19  bahwa  dalam  perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1  Tujuan  filsafat  pendidikan  nasional  yang  dijadikan  sebagai dasar  untuk  merumuskan  tujuan  institusional  yang  pada
gilirannya  menjadi  landasan  merumuskan  tujuan  kurikulum suatu satuan pendidikan.
2  Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. 3  Keadaan lingkungan.
4  Kebutuhan pembangunan Poleksosbudhankam. 5  Perkembangan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  yang  sesuai
dengan sistem nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa. Kurikulum  sebagai  salah  satu  instrumental  input  dalam
mencapai  tujuan  pendidikan  nasional  dikembangkan  secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan  yang terjadi dalam
masyarakat.  Semua  kurikulum  nasional  dikembangkan  mengacu pada  landasan  yuridis  Pancasila  dan  UUD  1945,  perbedaan  tiap
kurikulum  terletak  pada  penekanan  pokok  dan  tujuan  pendidikan dan  pendekatan  dalam  mengimplementasikan  kurikulum  tersebut.
Sholeh Hidayat, 2013: 2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perkembangan kurikulum di Indonesia sebagai berikut: 1  Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum  pertama  yang  lahir  pada  setelah  Indonesia merdeka  disebut  rencana  pembelajaran.  Perubahan  orientasi
pendidikan  lebih  bersifat  politis:  dari  orientasi  pendidikan Belanda  kepada  kepentingan  nasional.  Asas  pendidikan
ditetapkan  Pancasila.  Rencana  pelajaran  1947  merupakan pengganti  sistem  pendidikan  kolonial  Belanda  dengan
mengurangi  pendidikan  kecerdasan  intelektual.  Kurikulum 1947  dilandasi  semangat  zaman  dan  suasana  kehidupan
berbangsa  dengan  spirit  merebut  kemerdekaan  maka pendidikan  lebih  menekankan  pada  pembentukan  karakter
manusia  Indonesia  yang  berdeka  dan  berdaulat  dan  sejajar dengan  bangsa  lain,  kesadaran  bernegara  dan  masyarakat.
Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian dan kehidupan sehari-hari  serta  memberikan  perhatian  terhadap  pendidikan
kesenian dan pendidikan jasmani. Rencana pelajaran 1947 baru secara  resmi  dilaksanakan  di  sekolah-sekolah  mulai  tahun
1950.  Bentuk  kurikulum  ini  memuat  dua  hal  pokok:  daftar mata  pelajaran  dan  jam  pelajarannya,  disertai  dengan  garis-
garis besar pengajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2  Kurikulum 1952 Setelah  rencana  pelajaran  1947,  pada  tahun  1952
kurikulum  di  Indonesia  mengalami  penyempurnaan.  Pada tahun  1952  ini,  pemerintah  Indonesia  melalui  Kementrian
Pendidikan  Pengajaran  dan  Kebudayaan  menerbitkan  buku Pedoman  Kurikulum  SD  yang  lebih  merinci  setiap  mata
pelajaran  kemudian  diberi  nama  Rancangan  Pelajaran  Terurai 1952  yang  berfungsi  membimbing  para  guru  dalam  kegiatan
mengajar di Sekolah Dasar. Di dalamnya tercantum jenis-jenis pelajaran  yang harus menjadi kegiatan murid dalam belajar di
sekolah,  seperti  pelajaran  Bahasa  Indonesia,  Bahasa  Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi dan Sejarah.
Kurikulum  ini  sudah  mengarah  pada  suatu  sistem pendidikan  nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri-
ciri  dari  kurikulum  1952  ini  bahwa  setiap  rencana  pelajaran sehari-hari.  Silabus  mata  pelajarannya  jelas  sekali.  Seorang
guru mengajar satu mata pelajaran. 3  Kurikulum 1964
Menurut  Hamalik  dalam  Sholeh  Hidayat  2013:  3,  di penghujung  era  pemerintahan  Presiden  Soekarno  menjelang
tahun  1964,  pemerintahan  kembali  menyempurnakan  sistem kurikulum  di  Indonesia.  Kurikulum  ini  diberi  nama  Rencana
Pendidikan  1964  atau  Kurikulum  1964.  Pokok-pokok  pikiran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kurikulum  1964  yang  menjadi  ciri  dari  kurikulum  ini  adalah pemerintahan  mempunyai  keinginan  agar  rakyat  mendapat
pengetahuan  akademik  untuk  pembekalan  pada  jenjang  SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan
pada program
Pancawardhana. Fokus  kurikulum  1964  ini  pada  perkembangan
Pancawardhana,  yaitu:  Daya  cipta,  Rasa,  Karsa,  Karya,  dan Moral.  Mata  pelajaran  diklasifikasikan  dalam  lima  kelompok
bidang studi: moral, kecerdasan, emosionalartistik, keprigelan keterampilan,  dan  jasmaniah.  Pendidikan  dasar  lebih
menekankan  pada  pengetahuan  dan  kegiatan  fungsional praktis.
4  Kurikulum 1968 Lahirnya  kurikulum  1968  sebagai  perubahan  dari
kurikulum 1964 dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan  rezim  Orde  Lama  ke  rezim  pemerintahan  Orde
Baru.  Kurikulum  1968  menggantikan  Rencana  Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Kurikulum 1968
melakukan perubahan
struktur kurikulum  dari  Pancawardhana  dan  menekankan  pendekatan
organisasi materi pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa pancasila,  pengetahuan  dasar,  dan  kecakapan  khusus.  Jumlah
jam  pelajarannya  9  mata  pelajaran.  Dari  segi  tujuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendidikan,  Kurikulum  1968  diarahkan  pada  upaya  untuk membentuk  manusia Pancasila sejati,  kuat,  dan sehat  jasmani,
mempertinggi  kecerdasan,  dan  keterampilan  jasmani,  moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
5  Kurikulum 19751976 Pada  kurikulum  1968,  hal-hal  yang  merupakan  faktor
kebijaksanaan  pemerintah  yang  berkembang  dalam  rangka pembangunan  nasional  tersebut  belum  diperhitungkan,
sehingga  diperlukan  peninjauan  terhadap  kurikulum  1968 tersebut  agar  sesuai  dengan  tuntutan  masyarakat  yang  sedang
membangun. Kurikulum  1975  sebagai  pengganti  Kurikulum  1968
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: a  Berorientasi pada tujuan.
b  Menganut pendekatan integratif. c  Menekankan  kepada  efisiensi  dan  efektivitas  dalam  hal
daya dan waktu. d  Menganut  pendekatan  Prosedur  Pengembangan  Sistem
Instruktsional PPSI. e  Menekankan kepada stimulus respon dan latihan.
Sistem  PPSI  berpandangan  bahwa  proses  belajar- mengajar  merupakan  suatu  sistem  yang  senantiasa  diarahkan
pada  pencapaian  tujuan.  Sistem  pembelajaran  dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendekatan  sistem  instruksional  inilah  yang  merupakan pembaharuan  dalam  sistem  pengajaran  di  Indonesia.  Dengan
melaksanakan  PPSI,  penilaian  diberikan  pada  setiap  akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah yang
membedakan  dengan  kurikulum  sebelumnya  memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja.
6  Kurikulum 1984 Secara  umum  dasar  perubahan  kurikulum  1975  ke
kurikulum 1984 diantaranya adalah sebagai berikut: a  Terdapat  beberapa  unsur  dalam  GBHN  1983  yang  belum
tertampung  ke  dalam  kurikulum  pendidikan  dasar  dan menengah.
b  Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik.
c  Terdapat  kesenjangan  antara  program  kurikulum  dan pelaksanaannya di sekolah.
d  Terlalu  padatnya  isi  kurikulum  yang  harus  diajarkan hampir disetiap jenjang.
e  Pelaksanaan  Pendidikan  Sejarah  Perjuangan  Bangsa PSPB  sebagai  bidang  pendidikan  yang  berdiri  sendiri
mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
f  Pengadaan  program  studi  baru  seperti  di  SMA  untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
Atas  dasar  perkembangan  itu  maka  menjelang  tahun 1983  antara  kebutuhan  atau  tuntutan  masyarakat  dan
perkembangan ilmu
pengetahuanteknologi terhadap
pendidikan, Kurikulum 1975 dianggap sudah tidak sesuai lagi karena  itu  diperlukan  perubahan  kurikulum.  Kurikulum  1984
lahir sebagai  perbaikan  atau revisi terhadap Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri:
a  Berorientasi kepada tujuan pembelajaran instruksional. b  Pendekatan  pembelajarannya  berpusat  pada  anak  didik
melalui  cara  belajar  siswa  aktif  CBSA.  CBSA  adalah pendekatan  pembelajaran  yang  memberikan  kesempatan
kepada  siswa  untuk  aktif    terlibat    secara  fisik,  mental, intelektual,  dan  emosional  dengan  harapan  siswa
memperoleh  pengalaman  belajar  secara  optimal,  baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
c  Materi  pembelajaran  dikemas  dengan  menggunakan pendekatan  spiral.  Spiral  adalah  pendekatan  yang
digunakan  dalam  pengemasan  bahan  ajar  berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
d  Menanamkan pengertian
terlebih dahulu
sebelum diberikan  latihan.  Konsep-konsep  yang  dipelajari  siswa
harus  didasarkan  kepada  pengertian,  baru  kemudian diberikan latihan setelah mengerti.
e  Materi  disajikan  berdasarkan  tingkat  kesiapan  atau kematangan
siswa. Pemberian
materi pelajaran
berdasarkan  tingkat  kematangan  mental  siswa  dan penyajian pada jenjang sekolah dasar.
f  Menggunakan pendekatan
keterampilan proses.
Keterampilan  proses  adalah  pendekatan  belajar  dan pembelajaran  yang  memberi  tekanan  kepada  proses
pembentukan  keterampilan  memperoleh  pengetahuan  dan mengkomunikasikan perolehannya.
7  Kurikulum 1994 Pada  kurikulum  sebelumnya,  yaitu  kurikulum  1984,
proses  pembelajaran  menekankan  pada  pola  pembelajaran yang  berorientasi  pada  teori  belajar  mengajar,  kurang
memperhatikan  muatan  isi  pelajaran.  Hal  ini  terjadi  karena sesuai  dengan  suasana  pendidikan  di  LPTK  Lembaga
Pendidikan  Tenaga  Kependidikan  yang  lebih  mengutamakan teori  tentang proses belajar mengajar. Akibatnya  pada saat  itu
dibentuklah  Tim  Basic  Science  yang  salah  satu  tugasnya  ikut mengembangkan  kurikulum  di  sekolah.  Tim  ini  memandang
bahwa  isi  pelajaran  harus  diberikan  cukup  banyak  kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode
tertentu  akan  mendapatkan  materi  pelajaran  yang  cukup banyak.
Kurikulum 1994
dibuat sebagai
penyempurnaan kurikulum  1984  dan  dilaksanakan  sesuai  dengan  Undang-
Undang  No.  2  Tahun  1989  tentang  Sistem  Pendidikan Nasional.  Hal  ini  berdampak  pada  sistem  pembagaian  waktu
pelajaran,  yaitu  dengan  mengubah  dari  sistem  semester  ke sistem
caturwulan. Dengan
sistem caturwulan
yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan
dapat  memberi  kesempatan  bagi  siswa  untuk  dapat  menerima materi pelajaran cukup banyak.
Terdapat  ciri-ciri  yang  menonjol  dari  pemberlakuan kurikulum 1994, antara lain sebagai berikut:
a  Pembagian  tahapan  pelajaran  di  sekolah  dengan  sistem caturwulan.
b  Pembelajaran  di  sekolah  lebih  menekankan  materi pelajaran  yang  cukup  padat  berorientasi  kepada  materi
pelajaranisi. c  Kurikulum
1994 bersifat
populis, yaitu
yang memberlakukan  suatu  sistem  kurikulum  untuk  semua
siswa  diseluruh  Indonesia.  Kurikulum  ini  bersifat kurikulum  inti  sehingga  daerah  yang  khusus  dapat
mengembangkan  pengajaran  sendiri  disesuaikan  dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
d  Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan  strategi  yang  melibatkan  siswa  aktif  dalam
belajar,baik  secara  mental,  fisik,  dan  sosial.  Dalam mengaktifkan  siswa  guru  dapat  memberikan  bentuk  soal
yang  mengarah  kepada  jawaban  konvergen,  divergen terbuka,  dimungkinkan  lebih  dari  satu  jawaban,  dan
penyelidikan. e  Dalam  pengajaran  suatu  mata  pelajaran  hendaknya
disesuaikan  dengan  kekhasan  konseppokok  bahasan  dan perkembangan  berpikir  siswa,  sehingga  diharapkan  akan
terdapat  keserasian  atara  pengajaran  yang  menekankan pada
pemahaman konsep
dan pengajaran
yang menekankan  keterampilan  menyelesaikan  soal  dan
pemecahan masalah. f  Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari
hal  yang  mudah  ke  hal  yang  sulit  dan  dari  hal  yang sederhana ke hal yang kompleks.
g  Pengulangan-pengulangan  materi  yang  dianggap  sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.
Selama  dilaksanakannya  kurikulum  1994  muncul beberapa  permasalahan  sebagai  akibat  dari  kecendrungan
kepada  pendekatan  penguasaan  materi,  di  antaranya  sebagai berikut:
a  Beban  belajar  siswa  terlalu  besar  dikarenakan  banyaknya mata pelajaran dan materinya.
b  Materi  pelajaran  dianggap  terlalu  sukar  dan  kurang bermakna dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
8  Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2002 dan 2004 Kurikulum  1994  perlu  disempurnakan  lagi  menjadi
kurikulum  2002  sebagai  respon  terhadap  perubahan  struktural dalam  pemerintahan  dari  sentralistik  menjadi  desentralistik
sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun  1999  tentang  Pemerintahan  Daerah  dan  Perimbangan
Keuangan  antara  Pemerintah  Pusat  dan  Daerah.  Kurikulum yang  dikembangkan  saat  ini  diberi  nama  Kurikulum  Berbasis
Kompetensi.  Pendidikan  berbasis  kompetensi  menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan
untuk melakukan
kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan.
Depdiknas  Tahun  2002  Wina  Sanjaya,  2006:11 mengemukakan  karakteristik  Kurikulum  Berbasis  Kompetensi
secara lebih rinci sebagai berikut: a  Menekankan  pada  ketercapaian  kompetensi  siswa  baik
secara individual maupun klasikal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b  Berorientasi  pada  hasil  belajar  learning  outcomes  dan keberagaman.
c  Penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi. d  Sumber  belajar  bukan  hanya  guru,  tetapi  juga  sumber
belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. e  Penilaian  menekankan  pada  proses  dan  hasil  belajar  dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur
kompetensi dalam
Kurikulum Berbasis
Kompetensi  pada  suatu  mata  pelajaran  memuat  rinci kompetensi  kemampuan  dasar  mata  pelajaran  itu  dan  sikap
yang  diharapkan  dimiliki  siswa  dapat  dilihat  contohnya  dalam mata  pelajaran  Bahasa  Indonesia  merupakan  kualifikasi
kemampuan  minimal  peserta  didik  yang  menggambarkan penguasaan  pengetahuan,  keterampilan  berbahasa,  dan  sikap
positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. 9  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP
Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005,  pemerintah  telah  mendorong  penyelenggara  pendidikan
untuk mengimplementasikan
kurikulum dalam
bentuk kurikulum  tingkat  satuan  pendidikan,  yaitu  kurikulum
operasional  yang  disusun  oleh  dan  dilaksanakan  di  setiap satuan pendidikan.
Pemberlakuan  Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan KTSP lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada,
yaitu  PP  No.  192005.  Akan  tetapi,  esensi-esensi  isi  dan  arah pengembangan
pembelajaran tetap
masih bercirikan
tercapainya  paket-paket  kompetensi  dan  bukan  pada  tuntas tidaknya sebuah subject matter, yaitu:
a  Menekankan  pada  ketercapaian  kompetensi  siswa  baik secara individual maupun klasikal.
b  Berorientasi  pada  hasil  belajar  learning  outcomes  dan keberagaman.
c  Penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi. d  Sumber  belajar  bukan  hanya  guru,  tetapi  juga  sumber
belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. e  Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. 10 Kurikulum 2013
Menurut  Mulyasa  2013:59,  dalam  suatu  sistem pendidikan,  kurikulum  itu  sifatnya  dinamis  serta  harus  selalu
dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan  zaman.  Meskipun  demikian,  perubahan  dan
pengembangannya  harus  dilakukan  secara  sistematis  dan terarah,  tidak  asal  berubah.  Perubahan  dan  pengembangan
kurikulum  tersebut  harus  memiliki  visi  dan  arah  yang  jelas, mau  dibawa  kemana  sistem  pendidikan  nasional  dengan
kurikulum tersebut. Perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya  beberapa  kelemahan  yang  ditemukan  dalam  KTSP
2006  sebagai  berikut  diadaptasi  dari  materi  sosialisasi kurikulum 2013:
a  Isi  dan  pesan-pesan  kurikulum  masih  terlalu  padat,  yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak
materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.
b  Kurikulum  belum  mengembangkan  kompetensi  secara utuh  sesuai  dengan  visi,  misi,  dan  tujuan  pendidikan
nasional. c  Kompetensi  yang  dikembangkan  lebih  didominasi  oleh
aspek  pengetahuan,  belum  sepenuhnya  menggambarkan pribadi  peserta  didik  pengetahuan,  keterampilan,  dan
sikap. d  Berbagai  kompetensi  yang  diperlukan  sesuai  dengan
perkembangan  masyarakat,  seperti  pendidikan  karakter, kesadaran
lingkungan, pendekatan
dan metode
pembelajaran konstruktifistik, keseimbangan soft skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi
di dalam kurikulum. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e  Kurikulum  belum  peka  dan  tanggap  terhadap  berbagai perubahan sosial  yang terjadi pada tingkat lokal, nasional,
maupun global. f  Standar  proses  pembelajaran  belum  menggambarkan
urutan  pembelajaran  yang  rinci  sehingga  membuka peluang  penafsiran  yang  beraneka  ragam  dan  berujung
pada pembelajaran yang berpusat pada guru. g  Penilaian  belum  menggunakan  standar  penilaian  berbasis
kompetensi,  serta  belum  tegas  memberikan  layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.
Menurut  Mulyasa  2013:  163  kurikulum  2013  yang berbasis  karakter  dan  kompetensi  lahir  sebagai  jawaban
terhadap  berbagai  kritikan  terhadap  kurikulum  2006,  serta sesuai  dengan  perkembangan  kebutuhan  dan  dunia  kerja.
Kurikulum  2013  merupakan  salah  satu  upaya  pemerintah untuk  mencapai  keunggulan  masyarakat  bangsa  dalam
penguasaan ilmu dan teknologi. Dengan demikian, kurikulum 2013 diharapkan dapat  menyelesaikan berbagai  permasalahan
yang  sedang  dihadapi  oleh  dunia  pendidikan  dewasa  ini, terutama dalam memasuki era globalisasi  yang penuh dengan
berbagai  macam  tantangan.  Kurikulum  berbasis  karakter  dan kompetensi  yang  secara  konseptual  memiliki  unggulan,
keunggulan tersebut yakni: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a  Kurikulum  2013  menggunakan  pendekatan  yang  bersifat alamiah  konstektual,  karena  berangkat,  berfokus,  dan
bermuara pada
hakekat peserta
didik untuk
mengembangkan  berbagai  kompetensi  sesuai  dengan potensinya masing-masing.
b  Kurikulum  2013  yang  berbasis  karakter  dan  kompetensi boleh  jadi  mendasari  pengembangan  kemampuan-
kemampuan  lain.  Penguasaan  ilmu  pengetahuan,  dan keahlian  tertentu  dalam  suatu  pekerjaan,  kemampuan
memecahkan  masalah  dalam  kehidupan  sehari-hari,  serta pengembangan  aspek-aspek  kepribadian  dapat  dilakukan
secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. c  Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang
dalam  pengembangannya  lebih  tepat  menggunakan pendekatan  kompetensi,  terutama  yang  berkaitan  dengan
keterampilan. Kurikulum  2013  berbasis  kompetensi  dapat  dimaknai
sebagai  suatu  konsep  kurikulum  yang  menekankan  pada pengembangan  kemampuan  melakukan  kompetensi  tugas-
tugas  dengan  standar  performansi  tertentu  sehingga  hasilnya dapat  dirasakan  oleh  peserta  didik,  berupa  penguasaan
terhadap  seperangkat  kompetensi  tertentu.  Kurikulum  ini diarahkan  untuk  mengembangkan  pengetahuan,  pemahaman,
kemampuan,  nilai,  sikap,  dan  minat  peserta  didik,  agar  dapat melakukan  sesuatu  dalam  bentuk  kemahiran,  ketepatan,  dan
keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. a  Pengetahuan  knowledge;  yaitu  kesadaran  dalam  bidang
kognitif,  misalnya  seorang  guru  mengetahui  cara melakukan  identifikasi  kebutuhan  belajar,  dan  bagaimana
melakukan  pembelajaran  terhadap  peserta  didik  sesuai dengan kebutuhan.
b  Pemahaman  understanding;  yaitu  kedalaman  kognitif, dan afektif  yang dimiliki oleh individu.  Misalnya seorang
guru  yang  akan  melaksanakan  pembelajaran  harus memiliki  pemahaman  yang  baik  tentang  karakteristik  dan
kondisi peserta
didik, agar
dapat melaksanakan
pembelajaran secara efektif dan efisien. c  Kemampuan skill; adalah sesuatu  yang dimiliki individu
untuk  melakukan  tugas  atau  pekerjaan  yang  dibebankan kepadanya.  Misalnya  kemampuan  guru  dalam  memilih,
dan  membuat  alat  peraga  sederhana  untuk  memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.
d  Nilai  value;  adalah  suatu  standar  prilaku  yang  telah diyakini  dan  secara  psikologis  telah  menyatu  dalam  diri
seseorang.  Misalnya  standar  perilaku  guru  dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran  kejujuran,  keterbukaan,  demokratis,  dan lain-lain.
e  Sikap  attitude;  yaitu  perasaan  senang-tidak  senang, suka-tidak  suka  atau  reaksi  terhadap  suatu  rangsangan
yang  datang  dari  luar:  Misalnya  reaksi  terhadap  krisis ekonomi,  perasaan  terhadap  kenaikan  upahgaji,  dan
sebagainya. f  Minat  interest;  adalah  kecendrungan  seseorang  untuk
melakukan  suatu  perbuatan.  Misalnya  minat  untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.
11 Kurikulum 2013 Edisi Revisi Kementerian  Pendidikan  dan  Kebudayaan  telah
melakukan  perbaikan  terhadap  kurikulum  2013.  Setiap perbaikan  dan  pengembangan  yang  dilakukan  pemerintah
terhadap  kurikulum  dari  waktu  ke  waktu  bertujuan  untuk menghasilkan  generasi  yang  memiliki  tiga  kompetensi  yaitu
sikap,  keterampilan,  dan  pengetahuan.  Dari  perbaikan  yang telah  dilakukan  sepanjang  2015,  terdapat  empat  poin
perbaikan dalam dokumen kurikulum yaitu: a  Penataan  Kompetensi  Sikap  Spiritual  dan  Sikap  Sosial
pada Semua Mata Pelajaran. Sebelum  adanya  perbaikan  kurikulum,  setiap  guru  mata
pelajaran diberi
beban formal
untuk melakukan
pembelajaran  dan  penilaian  terhadap  kompetensi  sikap spiritual  dan  sikap  sosial  siswa.  Setelah  dilakukan
perbaikan,  hanya  2  guru  yang  bisa  memberikan  penilaian sikap  siswa  secara  langsung,  yaitu  guru  Pendidikan
Agama-Budi  Perkerti  dan  guru  PPKn.  Sedangkan  guru lain  di  luar  mata  pelajaran  ini,  dapat  mengajarkan  dan
memberikan nilai secara tidak langsung. b  Koherensi KI-KD dan Penyelarasan Dokumen.
Perbaikan  Kurikulum  2013  dilakukan  dengan  bersifat evaluatif  formatif,  salah  satunya  dengan  melakukan
perbaikan  pada  dokumen  Kompetensi  Inti  KI  dan Kompetensi  Dasar  KD,  silabus,  serta  buku  teks
pelajaran.  Perbaikan  tersebut  dilakukan  berdasarkan masukan-masukan  yang  diberikan  masyarakat,  seperti
guru,  pegiat  pendidikan,  praktisi,  pemerhati  pendidikan, serta  masyarakat  umum.  Keselarasan  KI  dan  KD.
Berdasarkan hasil evaluasi, ditemukan adanya pemahaman yang  kurang  tepat  oleh  masyarakat  yang  disebabkan  oleh
format  penyajian  dan  nomenklatur  dalam  Kurikulum 2013,  di  antaranya  Kompetensi  Dasar  KD  pada
Kompetensi  Inti  KI  yang  dianggap  kurang  logis dikaitkan  dengan  karakteristik  mata  pelajaran.  Selain  itu
juga  ditemukan  indikasi  adanya  inkonsistensi  antara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kompetensi  Dasar  KD  dengan  silabus  dan  buku  teks. Silabus inspiratif, merupakan salah satu prinsip perbaikan
silabus  untuk  memudahkan  guru  memahaminya  sehingga mudah  diimplementasikan.  Perbaikan  silabus  dilakukan
antara  lain  dengan  melakukan  penataan  penulisan  dan format sehingga mudah dipahami oleh guru.
c  Pemberian Ruang
Kreatif pada
Guru dalam
Mengimplementasikan Kurikulum. Metode pembelajaran menjadi salah satu hal yang menjadi
perhatian  dalam  perbaikan  Kurikulum  2013.  Sebagian guru  menganggap  metode  pembelajaran  dengan  proses
berpikir  5M  mengamati,  menanya,  mengumpulkan informasi
atau mencoba,
mengasosiasi, mengkomunikasikan  bersifat  prosedural  dan  mekanistik
sehingga  membelenggu  ruang  kreatif.  Selama  ini  mereka mamandang
metode tersebut
sebagai satu-satunya
pendekatan dalam pembelajaran di  semua mata  pelajaran. Pemberian  ruang  kretif  itu  membuat  guru  memiliki
otonomi  dalam  proses  pembelajaran  sehingga  mendorong pembelajaran  yang  aktif.  Perbaikan  itu  juga  menekankan
bahwa pendekatan
saintifik bukan
satu-satunya pendekatan dalam pembelajaran.
d  Kemampuan  Siswa  Tidak  Dibatasi  Taksonomi  Proses Berpikir.
Sejak dini siswa diajak kembangkan kemampuan berpikir kritis.  Revisi  Kurikulum  2013  menuntut  kecakapan
berpikir tingkat tinggi yang ingin dibangun sejak dini pada siswa  jenjang  pendidikan  dasar.  Sebelumnya  pada
Kurikulum  2013  sebelum  revisi,  kecakapan  berpikir tingkat  tinggi  atau  High  Order  Thinking  Skill  HOTS
diberikan mulai pada jenjang pendidikan menengah SMA dan SMK. Dalam Kurikulum 2013 yang lalu, kompetensi
dasar untuk siswa ditiap jenjang pendidikan berbeda, yaitu SD  hanya  sampai  pada  tingkat  memahami,  SMP
menerapkan  dan  menganalisis,  sedangkan  SMA  sampai tingkat  mencipta.  Pembatasan  kompetensi  dasar  ini
berdampak  pada  proses  pembelajaran,  seolah-olah  siswa cukup  sampai  berpikir  tingkat  rendah,  yaitu  memahami,
sedangkan  berpikir  tingkat  tinggi  baru  dimulai  pada  level SMASMK.
c.  Kemampuan  Mengimplementasikan  Permendikbud  Nomor  22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pembelajaran
Menurut  Kamus  Bahasa  Indonesia  atau  KBI  2008:  979 kemampuan
adalah kesanggupan,
kecakapan, kekuatan.
Seseorang yang
memiliki kemampuan
berarti memiliki
kesanggupan,  kecakapan  dan  kekuatan  dalam  melakukan  suatu hal.
Pengertian  mengimplementasikan  menurut  KBI  2008: 580  adalah  melaksanakan  atau  menerapkan.  Seseorang  yang
memiliki  kemampuan  mengimplementasikan  berarti  memiliki kesanggupan, kecakapan dan kekuuatan untuk melaksanakan atau
menerapkan suatu hal. Menurut  Wina  Sanjaya  dan  Andi  Budimanjaya  2017:  59
yang  dimaksud  peran  dalam  mengimplementasikan  kurikulum adalah  peran  yang  dilakukan  oleh  guru  dalam  menerjemahkan
kurikulum  yang  berlaku  dalam  tataran  kelas  micro  curriculum. Menurut  Murray  Print  dalam  Wina  Sanjaya  dan  Andi
Budimanjaya 2017: 60-61, sebagai implementers, guru berperan untuk  mengimplementasikan  kurikulum  yang  sudah  ada,  yang
disusun  oleh  para  pengembang  kurikulum.  Dalam  melaksanakan perannya  guru  hanya  menerima  dan  menjalankan  berbagai
kebijakan  perumus  kurikulum.  Dengan  demikian,  guru  tidak memiliki  ruang  baik  untuk  menentukan  isi  kurikulum  maupun
menentukan proses pencapaiannya. Ada  beberapa  ciri  peran  guru  sebagai  implementers,
yakni: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a  Guru hanya melaksanakan kurikulum yang telah disusun oleh tim  pengembang  kurikulum.  Dengan  demikian,  guru
dianggap  sebagai  tenaga  teknis  yang  tidak  memiliki  ruang untuk  berimprovisasi  baik  dalam  mengembangkan  program
pembelajaran maupun
dalam proses
pengelolaan pembelajaran.  Mengajar  adalah  tugas  rutin  yang  harus
dikerjakan.  Oleh  karena  itu,  tidak  heran  kalau  selama kurikulum  itu  berlaku  guru  selalu  bertindak  sama  dari  tahun
ke tahun. b  Sebagai  implementers,  guru  dalam  mengajar  berpedoman
pada  kurikulum  yang  disusun  secara  terpusat  yang  bersifat uniform, sehingga tidak ada kesempatan bagi guru di sekolah
untuk menyesuaikan bahan pelajaran dengan kebutuhan lokal lingkungan  sekolah.  Pengembangan  kurikulum  yang  bersifat
uniform  tidak  mempertimbangkan  letak  geografis  seolah yang memiliki adat dan budaya yang berbeda. Akibatnya, apa
yang dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya di setiap daerah  sama,  misalnya  apa  yang  dipelajari  dan  bagaimana
cara mempelajarinya pada waktu tertentu di bagian Indonesia Timur  sama  dengan  apa  yang  dipelajari  di  bagian  barat
Indonesia. c  Dalam memperlakukan siswa, guru menganggap semua siswa
sama,  baik  bakat,  minat,  maupun  kemampuan,  bahkan  lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jauh  dalam  proses  pembelajaran  guru  tidak  memperhatikan latar belakang sosial budaya siswa itu sendiri.
Permendikbud  Nomor  22  Tahun  2016  mengatur  tentang standar proses pembelajaran yang ada pada Kurikulum 2013 edisi
revisi.  Standar Proses   merupakan kriteria  mengenai  pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan
dasar  menengah  untuk  mencapai  kompetensi  lulusan.  Dalam peraturan  ini  dijelaskan  bahwa  proses  pembelajaran  pada  satuan
pendidikan diselenggarakan
secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan,  menantang,  memotivasi  peserta  didik  untuk
berpartisipasi  aktif,  serta  memberikan  ruang  yang  cukup  bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan  perkembangan  fisik  serta  psikologis  peserta  didik.  Untuk  itu setiap  satuan  pendidikan  melakukan  perencanaan  pembelajaran,
pelaksanaan  proses  pembelajaran,  penilaian  proses  pembelajaran serta  pengawasan  proses  pembelajaran  untuk  meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Dalam  Permendikbud  Nomor  22  Tahun  2016  2016:  5
dijelaskan  bahwa  perencanaan  pembelajaran  dirancang  dalam bentuk  Silabus  dan  Rencana  Pelaksanaan  Pembelajaran  RPP
yang  mengacu  pada  Standar  Isi.  Perencanaan  pembelajaran meliputi  penyusunan  rencana  pelaksanaan  pembelajaran  dan
penyiapan  media  dan  sumber  belajar,  perangkat  penilaian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran,  dan  skenario  pembelajaran.  Silabus  merupakan acuan  penyusunan  kerangka  pembelajaran  untuk  setiap  kajian
mata  pelajaran.  Silabus  dikembangkan  berdasarkan  Standar Kompetensi  Lulusan  dan  Standar  Isi  untuk  satuan  pendidikan
dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun  ajaran  tertentu.  Silabus  digunakan  sebagai  acuan  dalam
pengembangan  rencana  pelaksanaan  pembelajaran.  Sedangkan RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan  atau  lebih.  RPP  dikembangakan  dari  silabus  untuk mengarahkan  kegiatan  pembelajaran  peserta  didik  dalam
mencapai Kompetensi Dasar KD. Pelaksanaan pembelajaran yang tertera dalam peraturan ini
terdiri dari persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran alokasi waktu  jam  tatap  muka  pembelajaran,  rombongan  belajar,  buku
teks  pelajaran  serta  pengelolaan  kelas  dan  laboratorium  dan pelaksanaan  pembelajaran  kegiatan  pendahuluan,  kegiatan  inti,
kegiatan penutup. Penilaian  proses  pembelajaran  dalam  peraturan  ini  adalah
penilaian  proses  pembelajaran  dengan  menggunakan  pendekatan penilaian  otentik  authentic  assesment  yang  menilai  kesiapan
peserta didik, proses dan hasil belajar secara utuh. Hasil penilaian otentik  digunakan  guru  untuk  merencanakan  program  perbaikan
remedial pembelajaran, pengayaan enrichment, atau pelayanan konseling 2016: 13.
Pengawasan  proses  pembelajaran  dilakukan  melalui kegiatan  pemantauan,  supervisi,  evaluasi,  pelaporan  serta  tindak
lanjut  berkala  dan  berkelanjutan  yang  dilakukan  oleh  kepala satuan pendidikan dan pengawas.
Sebelum  Peraturan  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pembelajaran  ini  diberlakukan,  standar  proses  pendidikan  di Indonesia  menganut  sistematika  yang  dijelaskan  pada  Peraturan
Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan  Republik  Indonesia  Nomor 65  Tahun  2013  tentang  Standar  Proses  untuk  Satuan  Pendidikan
Dasar  dan  Menengah.  Namun  pada  saat  Peraturan  Menteri  ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65
Tahun  2013  Tentang  Standar  Proses  untuk  Satuan  Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku hal ini
dijelaskan  dalam  Pasal  2  Peraturan  Menteri  Pendidikan  dan Kebudayaan  Republik  Indonesia  Nomor  22  Tahun  2016  tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
mengimplementasikan  Permendikbud  Nomor  22  Tahun  2016 tentang  standar  proses  pembelajaran  adalah  kecakapan  yang
dimiliki  oleh  seseorang  dalam    menerjemahkan  serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menerapkan  Permedikbud  Nomor  22  Tahun  2016  tentang standar  proses  pebelajaran  yang  meliputi  perencanaan
pembelajaran,  pelaksanaan  proses  pembelajaran,  penilaian proses pembelajaran serta pengawasan proses pembelajaran.
Faktor-faktor  yang  diduga  mempengaruhi  kemampuan mengimplementasikan  Permendikbud  Nomor  22  Tahun  2016
tentang  standar  proses  antara  lain  :  1  kemampuan  TI,  2 pengalaman diklat, dan 3 frekuensi mengakses internet.
2.  Kemampuan Teknologi Informasi TI Kemampuan  berarti  kesanggupan,  kecakapan,  kekuatan  KBI,
2008:  979.  Seseorang  yang  memiliki  kemampuan  berarti  memiliki kesanggupan, kecakapan dan kekuatan dalam melakukan suatu hal.
Rias  Van  Wyk  dalam  Janer  Simarmata  2006:2  berpendapat mengenai pengertian teknologi sebagai berikut: “Technology is a “set
of  means”  created  by  people  to  facilitate  human  endeavor”  , pengertian  menurut  Technology  Plan  2004-2005  dalam  Janer
Simarmata 2006:  2 , “Technology can be any tool, device, program,
or  system  that  when  applied  to  the  educational  environment  will increase  productivity,  creativity,  andor  achievement  of  students,
faculty,  and  staff  and  will  prepare  them  for  new  roles  in  learning, livi
ng,  and  working”.  Sedangkan  pengertian  informasi  adalah penerangan, pemberitahuan KBI, 2008: 586.
Pendapat  Senn  yang  dikutip  Janner  Simarmata  2006:  3 menyatakan  bahwa  istilah  TI  digunakan  mengacu  pada  suatu  item
yang  bermacam-macam  dan  kemampuan  yang  digunakan  dalam pembuatan,  penyimpanan,  dan  penyebaran  data  serta  informasi.
Komponen  utamanya  ada  tiga,  yaitu  komputer  computer, komunikasi communication, dan keterampilan know-how.
Menurut  Aji  Supriyanto  2005:  5,  istilah  teknologi  informasi memang  lebih  merujuk  pada  teknologi  yang  digunakan  dalam
menyampaikan  maupun  mengolah  informasi,  namun  pada  dasarnya masih  merupakan  bagian  dari  sebuah  sistem  informasi  itu  sendiri.
Teknologi  informasi  memang  lebih  mudah  dipahami  secara  umum sebagai pengolahan informasi yang berbasis pada teknologi komputer
yang saat
ini teknologinya
terus berkembang
sehubungan perkembangan  teknologi  lain  yang  dapat  dikoneksikan  dengan
komputer itu sendiri. Janner  Simarmata  2006:  4-5  menjelaskan  fungsi  teknologi
informasi sebagai berikut: a.  Capture: proses penyusunan rekord aktivitas yang terperinci
b.  Processing:  proses  mengubah,  menganalisis,  menghitung,  dan mengumpulkan semua bentuk data atau informasi.
1  Pengolahan data 2  Pengolahan informasi
3  Pengolahan kata PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4  Pengolahan gambar 5  Pengolahan suara
c.  Generation:  proses  yang  mengorganisir  informasi  ke  dalam bentuk  yang  bermanfaat,  apakah  sebagai  angka-angka,  teks,
bunyi, atau gambar visual. d.  Storage  dan  Retrieval:  storage  adalah  proses  komputer  penguat
informasi untuk penggunaan masa depan. Retrieval adalah proses dimana  penematan  komputer  dan  menyimpan  salinan  data  atau
informasi  untuk  pengolahan  lebih  lanjut  atau  ditransmisikan  ke pengguna lain.
e.  Transmission:  proses  komputer  mendistribusikan  informasi melalui jaringan komunikasi.
1  Electronic Mail, atau E-Mail 2  Voice Messaging, atau Voice Mail
Dalam  bagian  yang  berbeda,  Janner  Simarmata  juga memberikan  penjelasan  bahwa  TI  komputer  dapat  dengan  mudah
digunakan  untuk  menyelesaikan  pekerjaan  seperti  mengakses informasi  dan  berbelanja,  serta  juga  di  bidang  pendidikan  ataupun
perkantoran.  Seseorang  yang  memiliki  kemampuan  TI  dapat menyelesaikan  pekerjaan  yang  menjadi  tanggung  jawabnya  dengan
lebih  cepat,  tepat,  dan  akurat,  sehingga  pekerjaan  tersebut  menjadi lebih efisien dan efektif.
Dari  uraian  di  atas  dapat  di  simpulkan  bahwa  kemampuan  TI adalah kecakapan seseorang dalam mengolah informasi yang berbasis
pada teknologi komputer. Menurut  peneliti,  guru  dapat  memanfaatkan  perangkat
komputer  untuk  mempermudah  dalam  tugas  administrasi  guru  yaitu kegiatan  proses  dan  penilaian  pembelajaran.  Misalnya,  penggunaan
Microsoft  Office,  aplikasi  yang  terkait,  jaringan  internet  baik  untuk proses  pembelajaran  maupun  penilaian  menggunakan  e-mail,  e-
learning maupun social media. Oleh  sebab  itu,  peneliti  menduga  bahwa  semakin  tinggi
kemampuan TI
guru, maka
guru akan
semakin mampu
mengimplementasikan  Permendikbud  Nomor  22  Tahun  2016  tentang standar proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya, semakin rendah
kemampuan  TI  guru,  maka  guru  akan  semakin  kurang  mampu mengimplementasikan  Permendikbud  Nomor  22  Tahun  2016  tentang
standar proses pembelajaran dengan baik.
3.  Pengalaman Diklat Menurut  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  KBBI  1995:  22
pengalaman adalah yang pernah dialami dijalani, dirasai, ditanggung, dsb. Seseorang  yang mempunyai pengalaman adalah seseorang  yang
pernah  mengalami  sesuatu  atau  suatu  kejadian  pernah  dialami  oleh seseorang.
Setiap lembaga, baik  itu lembaga laba  ataupun  lembaga nirlaba pasti memiliki visi, misi dan sasaran tujuannya masing-masing. Tidak
terkecuali  dalam  lembaga  pendidikan.  Lembaga  pendidikan  di Indonesia pasti juga memiliki visi, misi dan tujuannya sendiri. Subjek
sumber  daya  manusia  dalam  pembahasan  penelitian  ini  adalah  guru yang  merupakan  salah  satu  aspek  penting  bagi  suatu  lembaga
pendidikan untuk bisa mencapai visi, misi dan tujuannya. Oleh sebab itu, seorang guru perlu diberi pengembangan.
Pengembangan  meliputi  baik  pelatihan  untuk  meningkatkan keterampilan  dalam  melaksanakan  pekerjaan  tertentu  maupun
pendidikan  untuk  meningkatkan  pengetahuan  umum  dan  pemahaman atas keseluruhan lingkungan McGraw-Hill, 1988: 215.
Senada  dengan  itu,  menurut  Mansur  Muslich  2007:  101-102, pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan
pendidikan  dan  pelatihan  dalam  rangka  pengembangan  danatau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik,
baik  pada  tingkat  kecamatan,  kabupatenkota,  provinsi,  nasional, maupun  internasional.  Bukti  fisik  komponen  ini  dapat  berupa
sertifikat,  piagam,  atau  surat  keterangan  dari  lembaga  penyelengga diklat.
Pengertian pendidikan dan pelatihan yang terpisah dikemukakan oleh  Agus  M.  Hardjana  sebagai  berikut:  pendidikan  atau  education
secara umum merupakan usaha  yang sengaja diadakan dan dilakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
secara  sistematis  serta  terus-menerus  dalam  jangka  waktu  tertentu, sesuai  dengan  tingkatnya,  guna  menyampaikan,  menumbuhkan  dan
mendapatkan  pengetahuan,  sikap,  nilai,  kecakapan  atau  keterampilan yang  diikehendaki  Agus  M.  Hardjana,  2001:  13,  dan  training  atau
pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja pekerja  dalam  pekerjaan  yang  diserahkan  kepada  mereka  Agus  M.
Hardjana, 2001; 12. Oleh  sebab  itu,  masuk  akal  apabila  penyelenggaran  pendidikan
dan  pelatihan  dianggap  penting  adanya.  Pada  umumnya,  peserta pelatihan  adalah  orang-orang  dewasa  maka  sebaiknya  dalam
penyelenggaraan pelatihan hendaknya diperhatikan pendidikan orang- orang  dewasa  pula.  Berikut  adalah  prinsip-prinsip  yang  dimaksud
menurut Agus M. Hardjana 2001: 24-26: a.  Belajar dari pengalaman.
Peserta  pelatihan  adalah  orang  dewasa  yang  mempunyai pengalaman,  pengetahuan,  sikap,  kecakapan  dan  keterampilan
sendiri.  Belajar  dari  pengalaman  berarti  memanfaatkan  segala sesuatu  yang  mereka  miliki  untuk  dijadikan  titik  tolak  guna
dikembangkan dan diperkaya, atau dilepaskan dan diubah. Untuk itu, cara pelatihan pun sebaiknya juga melalui pengalaman.
b.  Melibatkan emosi dan budi. Pelatihan  melibatkan  seluruh  diri  peserta.  Oleh  karena  itu,
peserta  pelatihan  tidak  hanya  diberikan  berbagai  informasi  dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengetahuan,  tetapi  juga  disentuh  hati,  perasaan  dan  emosi,  serta dioleh  perilakunya.  Ini  dilakukan  dengn  memberikan  latihan
berupa  kegiatan  yang  pengerjaannya  memerlukan  pemikiran, perasaan, dan perbuatan konkret.
c.  Melalui kebersamaan dan kerja sama. Untuk  mengubah  perilaku,  dibutuhkan  motivasi.  Motivasi
tersebut  akan  lebih  mudah  dibangkitkan  dan  dipertahankan  jika kegiatan  yang  mengubah  perilaku  itu  dilakukan  bersama-sama
dengan  orang  lain.  Dalam  kelompok  dan  melalui  kelompok, peserta  dapat  saling  mengenal,  saling  berbagi  pengalaman,
mengadakan kegiatan, dan melakukan kerja untuk menyelesaikan tugas  bersama.  Dengan  cara  itu,  peserta  melatih  diri  dalam
mengubah  pengetahuan,  sikap,  perilaku,  kecakapan  dan keterampilan mereka.
d.  Melihat dan menemukan sendiri relevansi pelatihan. Seperti  dalam  belajar  pada  umumnya,  dalam  pelatihan
peserta  tidak  dapat  dipaksa,  diancam  dengan  berbagai  sangsi, diberi  janji-janji,  atau  dijejali  dengan  petuah-petuah,  agar
mengubah  pengetahuan,  sikap,  perilaku,  kecakapan,  dan keterampilan
tetapi melalui
penyajian kegiatan-kegiatan
bermakna. Dengan menjalani dan mengalami sendiri kegiatan itu, peserta  dibantu  untuk  menemukan  sendiri  pemahaman  dan
pemanfaatan  dari  kegiatan  yang  telah  mereka  lakukan.  Dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pelatihan  peserta  dibantu  untuk  mengerti  permasalahan  dan mencari  manfaat  dari  padanya  sesuai  dengan  kebutuhan  dan
keadaan pribadi peserta. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa diklat merupakan
suatu  hal  yang  penting  untuk  diselenggarakan  agar  dapat meningkatkan  kemampuan,  keterampilan  dan  produktivitas  kerja
seseorang  dalam  suatu  organisasi  atau  lembaga.  Oleh  sebab  itu, peneliti  menduga  bahwa  semakin  sering  guru  mengikuti  kegiatan
diklat, guru
akan semakin
mampu mengimplementasikan
Permendikbud  Nomor  22  Tahun  2016  tentang  standar  proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya semakin jarang guru mengikuti
kegiatan  diklat,  maka  guru  akan  semakin  kurang  mampu mengimplementasikan  Permendikbud  Nomor  22  Tahun  2016  tentang
standar proses pembelajaran dengan baik.
4.  Frekuensi Mengakses Internet Frekuensi  menurut  KBI  2008:  423  diartikan  sebagai  jumlah
kejadian  yang  lengkap  atau  fungsi  muncul  dalam  satuan  waktu. Menurut Belani Margi 2011 mengakses berasal dari kata akses, yang
diberi  imbuhan  me-  dalam  kamus  besar  bahasa  Indonesia,  kata  akses memiliki dua arti:
a  Akses  berarti  pencapaian  berkas  pada  disket  untuk  penulisan
untuk atau pembacaan data.
b  Akses berarti jalan masuk terusan.
Jadi  mengakses  adalah  jalan  untuk  mencapai  atau  memasuki suatu  berkas.  Informasi  dalam  kamus  besar  bahasa  Indonesia  berarti
penerangan,  keterangan,  pemberitahuan,  kabar  dan  berita  tentang sesuatu.  Akses  adalah  kemampuan  untuk  mendapatkan  manfaat  dari
sesuatu  atau  hak  untuk  memperoleh  sesuatu  kekuasaan  Ribot  dan Peluso:2003.  Kata  akses  merupakan  kosakata  dalam  Bahasa
Indonesia  yang  diserap  dari  Bahasa  Inggris  yaitu  access  yang  berarti jalan  masuk.  Akses  berarti  jalan  atau  izin  masuk  dari  suatu
tempatwilayah  baik  yang  dapat  dilihat  dengan  mata  ataupun  tidak dimana  kita  dapat  berhubungan  dengan  sumber  daya  yang  ada  di
wilayah tersebut sesuai dengan izin yang dimiliki. Menurut  Aji  Supriyanto  2005:  336,  internet  adalah  sebuah
jaringan  komputer  global,  yang  terdiri  dari  jutaan  komputer  yang saling  terhubung  dengan  menggunakan  protokol  yang  sama  untuk
berbagi  informasi  secara  bersamaan.  Jadi,  internet  merupakan kumpulan  atau  penggabungan  jaringan  komputer  lokal  atau  LAN
menjadi jaringan komputer global atau WAN. Marietta Tretter 1996: 6 menyampaikan bahwa yang dimaksud
dengan  internet  adalah  sebagai  berikut:  pertama,  internet  adalah kumpulan  yang  luas  dari  jaringan  komputer  besar  dan  kecil  yang
saling  bersambungan  menggunakan  jaringan  komunikasi  yang  ada  di seluruh  dunia.  Kedua,  internet  adalah  seluruh  manusia  yang  secara
aktif  berpartisipasi  sehingga  membuat  internet  menjadi  sumber  daya informasi yang sangat berharga.
Manfaat  internet  adalah  sebagai  berikut  Koswara  dkk,  1998: 188:
a  Mendapatkan  informasi  untuk  kehidupan  pribadi,  seperti informasi kesehatan, rekreasi, hobi, pengembangan pribadi, rohani
dan sosial. b  Mendapatkan  informasi  untuk  kehidupan  profesional  pekerjaan,
seperti  sains,  teknologi,  perdagangan,  saham,  komoditas,  berita bisnis, asosiasi bisnis dan berbagai forum komunikasi.
c  Sebagai sarana untuk kerjasama antar pribadi atau kelompok tanpa mengenal batas jarak dan waktu, batas negara, ras, kelas ekonomi,
ideologi,  atau  faktor  lain  yang  biasanya  dapat  menghambat pertukaran pikiran.
d  Sebagai sarana bisnis, termasuk iklan dan publikasi secara online, bisnis  baru  koneksi  ke  internet  dan  web  page,  alternatif  cetak
jarak  jauh,  jenis  layanan  baru  untuk  pelanggan,  jasa  surat elektronik dan bulletin board.
e  Sebagai media
komunikasi, termasuk
untuk mengikuti
perkembangan  teknologi,  menjembatani  lembaga  pemerintah, universitas, sekolah, laboratorium dan penelitian.
f  Sebagai penunjang sistem pendidikan jarak jauh. g  Sebagai sarana hiburan dan hobi.
h  Dapat menekan biaya administrasi pengiriman pesan, fax, gambar dan biaya cetak keuntungan tidak langsung.
i  Dapat memperluas wawasan masyarakat. j  Globalisasi informasi.
k  Sumber data tersedia. l  Merupakan  sarana  diskusi  global  bagi  para  profesional,  peneliti,
pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum. Internet  adalah hubungan koneksi satu komputer ke komputer
lainnya  diseluruh  dunia  melalui  server  dan  router  terdedikasi. Sedangkan mengakses internet adalah sebuah kegiatan yang berkaitan
dengan intraksi  user dengan komputer  yang terkoneksi  akses internet bisa  menggunakan  bermacam-macam  media  komputer  pribadi,
handphone, tv, dan lain – lain.
Dari  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  frekuensi mengakses  internet  yaitu  seringnya  guru  melakukan  kegiatan  untuk
mendapatkan manfaat dan informasi dari penggunaan jaringan internet seperti  mendapatkan  informasi  mengenai  perkembangan  pendidikan,
untuk  mencari bahan ajar, dan untuk  melakukan  pembelajaran online serta untuk sarana komunikasi dan hiburan.
Oleh  karena  itu  peneliti  menduga  semakin  sering  guru  dalam mengakses  internet  maka  semakin  banyak  informasi  yang  diperoleh,
terutama  informasi  mengenai  implementasi  Permendikbud  Nomor  22 Tahun  2016  tentang  standar  proses  pembelajaran.  Maka  dari  itu,
peneliti  menduga  bahwa  semakin  sering  guru  dalam  mengakses internet,
guru akan
semakin mampu
mengimplementasikan Permendikbud  Nomor  22  Tahun  2016  tentang  standar  proses
pembelajaran  dengan  baik.  Sebaliknya,  semakin  jarang  guru  dalam mengakses  internet  maka  guru  akan  semakin  kurang  mampu
mengimplementasikan  Permendikbud  Nomor  22  Tahun  2016  tentang standar proses pembelajaran dengan baik.
                