Pembahasan Hasil Penelitian ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pengaruh positif kemampuan TI terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran tersebut memiliki derajat hubungan yang sedang. Derajat hubungan yang sedang tersebut terjadi diduga karena ada banyak faktor lain yang mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran. Menurut peneliti, faktor-faktor tersebut antara lain adalah tingkat pendidikan guru, pengalaman mengajar guru dan pangkat golongan guru. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kemampuan TI yang dimiliki oleh seorang guru maka semakin baik kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran. Implikasi yang muncul dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran, perlu adanya peningkatan kemampuan TI, seperti peningkatan keterampilan dalam mengoperasikan komputer dan kecakapan dalam menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada di dalamnya. Untuk mencapai, hal tersebut, pihak sekolah sebaiknya lebih melengkapi fasilitas-fasilitas yang dapat meningkatkan kemampuan TI guru baik yang berupa hard drive maupun aplikasi-aplikasi yang terdapat dalam hard drive tersebut. Selain itu, pihak sekolah juga dapat mengadakan pelatihan-pelatihan yang bertujuan meningkatkan kemampuan TI guru sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran menjadi maksimal atau semakin baik. 2. Pengaruh Pengalaman Diklat Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tentang Standar Proses Pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Deskripsi pengalaman diklat yang dimiliki oleh guru menujukkan bahwa dari 133 guru terdapat 53 guru atau 39,8 memiliki pengalaman diklat tentang Kurikulum 2013 edisi revisi 9 hari sering, dan 80 guru atau 60,2 memiliki pengalaman diklat tentang Kurikulum 2013 edisi revisi 9 hari jarang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru memiliki pengalaman diklat 9 hari atau jarang. Hasil penelitian ini diketahui bahwa tidak ada pengaruh positif pengalaman diklat terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Hal ini didukung dengan nilai Chi-Square x² hitung sebesar 2,345 dengan df = 1 lebih kecil dari x² tabel sebesar 3,481 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,126 lebih besar dari α 0,05. Menurut peneliti, ada faktor yang membuat tidak adanya pengaruh positif pengalaman diklat terhadap kemampuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Faktor tersebut adalah waktu penyelenggaraan diklat yang terlalu “mepet” dengan tahun ajaran baru dimana kurikulum baru tersebut akan diimplementasikan. Hal tersebut membuat pelaksanaan diklat terkesan tergesa-gesa dan guru menjadi kurang persiapan. Implikasi yang muncul dari penelitian ini adalah untuk dapat meningkatkan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran, perlu adanya penyelenggaraan diklat yang lebih sering, sehingga membuat pengalaman diklat dan pengetahuan guru menjadi bertambah luas. Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman diklat tidak ada pengaruh positif terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran, peneliti tetap meyakini bahwa semakin banyak pengalaman diklat yang dimiliki oleh seorang guru akan semakin banyak pula pengetahuan yang didapat oleh guru. Oleh karena itu, diklat masih sangat diperlukan namun dengan lebih baik lagi. Saran yang dapat diberikan oleh peneliti ditujukan untuk 2 pihak, yaitu untuk pihak pemerintah sebagai penyelenggara diklat dan kepada guru. Bagi pemerintah sebagai pihak yang menyelenggarakan diklat dapat lebih memperhatikan waktu antara perubahan peraturan dengan akan dilaksanakannya peraturan tersebut. Semakin dekat waktu perubahan peraturan dengan pelaksanaan peraturan, maka waktu diklat yang tersedia juga hanya sedikit. Hal tersebut akan membuat diklat hanya dilakukan beberapa kali saja sebelum waktu pelaksanaan peraturan tiba. Sedangkan untuk guru, sebaiknya lebih melibatkan emosi dan budi ketika mengikuti diklat, misalnya dengan benar-benar ambil bagian dalam pembuatan RPP ketika RPP tersebut dibuat dalam kelompok. 3. Pengaruh Frekuensi Mengakses Internet Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tentang Standar Proses Pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Deskripsi frekuensi mengakses internet yang dimiliki oleh guru menujukkan bahwa dari 133 guru terdapat 4 guru atau 3 tergolong sangat sering mengakses internet, 4 guru atau 3 tergolong sering mengakses internet, 6 guru atau 4,5 tergolong cukup mengakses internet, 11 guru atau 8,3 tergolong jarang mengakses internet dan 108 guru atau 81,2 tergolong sangat jarang mengakses internet. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru jarang mengakses internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh positif frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Hal ini didukung dengan nilai Chi-Square x² hitung sebesar 0,590 dengan df = 1 lebih kecil dari x² tabel sebesar 3,481 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,443 lebih besar dari α 0,05. Ada faktor yang diduga menyebabkan tidak adanya pengaruh positif frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Menurut peneliti, faktor tersebut adalah pengaksesan internet yang dilakukan oleh guru selama satu minggu digunakan untuk sekedar sarana komunikasi atau hiburan. Padahal, pengaksesan internet dapat digunakan untuk mencari berbagai informasi termasuk informasi yang dapat menambah pengetahuan serta menunjang guru dalam meningkatkan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran serta menunjang proses KBM di dalam kelas. Implikasi yang muncul dari penelitian ini adalah untuk dapat meningkatkan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran, perlu adanya pengetahuan luas yang dimiliki oleh guru yang dapat diperoleh salah satunya dengan meningkatkan frekuensi mengakses internet. Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi mengakses internet tidak ada pengaruh positif terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI standar proses pembelajaran, peneliti tetap meyakini bahwa semakin sering frekuensi mengakses internet seorang guru, terlebih apabila guru mengakses internet untuk menunjang pelaksanaan proses pembelajaran dan memperoleh informasi mengenai Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran, maka akan semakin luas pula pengetahuan guru tersebut, yang akan meningkatkan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran. Peneliti memberikan saran yang ditujukan untuk 2 pihak, yaitu pihak sekolah dan guru. Untuk pihak sekolah, sebaiknya melengkapi fasilitas-fasilitas yang menunjang guru untuk dapat memperoleh informasi melalui internet seperti pengadaan wi-fi serta menciptakan iklim untuk menggunakan internet dalam rangka mencari informasi yang bermutu. Untuk guru, sebaiknya menggunakan internet dengan maksimal, tidak hanya sebagai sarana komunikasi dan hiburan saja tetapi juga sebagai sumber pengetahuan dan sumber belajar, terlebih apabila guru merasa bahwa pengetahuan dan pemahamannya mengenai pengimplementasian Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 masih kurang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV mengenai pengaruh kemampuan TI, pengalaman diklat dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta, maka daat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari 133 responden yang diteliti, terdapat 49 guru 36,8 yang berjenis kelamin laki-laki dan 84 guru 63,2 berjenis kelamin perempuan. 2. Pada variabel kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran terdapat 61 guru atau 45,9 masuk dalam kategori sangat baik, 65 guru atau 48,9 masuk dalam kategori baik, 7 guru atau 5,3 masuk dalam kategori cukup, serta tidak ada guru yang memiliki kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran dalam kategori tidak baik dan sangat tidak baik. Maka, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran yang dimiliki oleh guru-guru SMA Negeri se-Kota Yogyakarta cenderung baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Pada variabel kemampuan TI, terdapat 39 guru atau 29,3 masuk dalam kategori sangat tinggi, 49 guru atau 36,8 masuk dalam kategori tinggi, 26 guru atau 19,5 masuk dalam kategori cukup, 16 guru atau 12 masuk dalam kategori rendah dan 3 guru atau 2,3 masuk dalam kategori sangat rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan TI yang dimiliki oleh guru-guru di SMA Negeri di Kota Yogyakarta cenderung tinggi. 4. Pada variabel pengalaman diklat, terdapat 53 guru atau 39,8 memiliki pengalaman diklat tentang Kurikulum 2013 edisi revisi 9 hari sering, dan 80 guru atau 60,2 memiliki pengalaman diklat tentang Kurikulum 2013 edisi revisi 9 hari jarang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru memiliki pengalaman diklat 9 hari atau jarang. 5. Pada variabel frekuensi mengakses internet, terdapat 4 guru atau 3 tergolong sangat sering mengakses internet, 4 guru atau 3 tergolong sering mengakses internet, 6 guru atau 4,5 tergolong cukup mengakses internet, 11 guru atau 8,3 tergolong jarang mengakses internet dan 108 guru atau 81,2 tergolong sangat jarang mengakses internet. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru sangat jarang mengakses internet. 6. Ada pengaruh positif kemampuan TI guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI namun dengan derajat asosiasi yang sedang. Pernyataan ini didukung dengan nilai Chi-Square x² hitung sebesar 28,946 dengan df = 3 lebih besar dari x² tabel sebesar 7,815 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05. Nilai C sebesar 0,423 dan C max sebesar 0,707 maka hasil yang diperoleh sebesar 0,598 0,4230,707. Kriteria nilai rasio CC max koefisien 0,598 berada ada rentang 0,40 - 0,599 yang berarti derajat asosiasinya sedang. 7. Tidak ada pengaruh positif pengalaman diklat guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Pernyataan ini didukung dengan nilai Chi-Square x² hitung sebesar 2,345 dengan df = 1 lebih kecil dari x² tabel sebesar 3,481 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,126 lebih besar dari α 0,05. 8. Tidak ada pengaruh positif frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Pernyataan ini didukung dengan nilai Chi-Square x² hitung sebesar 0,590 dengan df = 1 lebih kecil dari x² tabel 3,481 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,443 lebih besar dari α 0,05.

Dokumen yang terkait

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta 2017.

0 2 215

Pengaruh kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah, frekuensi mengakses internet, dan pangkat golongan guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar P

0 0 234

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada

0 3 213

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

0 0 3

Lampiran Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

0 1 15

Pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman pendidikan dan pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016 tent

0 0 277

Pengaruh pengalaman mengajar, tingkat pendidikan guru, dan kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah terhadap kemampuan implementasi PerMendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian pada

0 4 268

Pengaruh kesibukan guru di sekolah, frekuensi mengakses internet, pangkat golongan terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016

0 0 218

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016

0 0 246

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses

0 0 11