13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Kemiskinan
a. Definisi Kemiskinan
Kemiskinan merupakan
permasalahan utama
yang harus
dipecahkan. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat
pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender dan kondisi lingkungan. Mengacu pada strategi
nasional penanggulangan kemiskinan definisi kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak
terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi ini beranjak dari pendekatan
berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin mempunyai hak- hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya Bappenas,
2014: 1. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan
ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani
kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum
meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan
lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik,
baik bagi perempuan maupun laki-laki Bappenas, 2014: 1. Untuk lebih jelasnya berikut merupakan definisi kemiskinan dilihat
dari beberapa ahli: 1 Menurut Soerjono Soekanto 1982: 10, kemiskinan diartikan sebagai
suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak
mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
2 Menurut Andre Bayo Ala 1981: 5, kemiskinan adalah adanya gap atau jurang antara nilai-nilai utama yang diakumulasikan dengan
pemenuhan kebutuhan akan nilai tersebut secara layak. 3 Menurut Jonathan Haughton dan Shahidur R. Khandker 2012: 1,
masyarakat miskin diartikan sebagai mereka yang tidak memiliki pendapatan atau konsumsi yang memadai untuk membuat mereka
berada diatas ambang minimal kategori sejahtera. 4 Menurut Sar A. Levitan dalam Andre Bayo Ala 1981: 3,
menyebutkan bahwa kemiskinan adalah kekurangan barang-barang
dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standard hidup yang layak.
Selain definisi kemiskinan diatas maka berikut ini dapat definisi kemiskinan yang dilihat dari beberapa konsep yaitu:
1 Bappenas 2014: 1 Tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan
dan mengembangkan kehidupan yang bermatabat. 2 BPS 2010
Bilamana jumlah rupiah yang dikeluarkan atau dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kurang dari 2.100 kilo kalori
perkapitaper hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi serta aneka
barang dan jasa lainnya. bps.go.id 3 Bank Dunia
Tidak tercapainya kehidupan yang layak dengan penghasilan US 1 dollar per kapita per hari dan US 2 dollar per kapita per hari setelah
disetarakan dengan daya beli penduduk di suatu daerah atau dengan istilah PPP purchasing power parity.
setneg.go.id Menurut para ahli seperti Andre Bayo Ala 1981: 5-6, kemiskinan
sangat multidimensional, artinya kemiskinan mempunyai banyak aspek sebab kebutuhan setiap manusia sangat beragam. Kemiskinan ditinjau
dari sisi kebijakan umum terdiri dari dua aspek, yaitu primer dan sekunder. Aspek primer merupakan miskin akan aset, organisasi sosial
politik, serta pengetahuan dan keterampilan. Aspek sekunder merupakan miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan, dan informasi.
Manifestasi dari dimensi kemiskinan ini dalam bentuk kekurangan gizi, air bersih, perumahan yang tidak sehat, pelayanan kesehatan yang kurang
memadai dan tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah. Dimensi-dimensi kemiskinan ini saling berkaitan baik secara langsung
maupun tidak langsung, yang berarti bahwa kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek akan menyebabkan kemunduran atau kemajuan
aspek lainnya. Sebenarnya inti dari kemiskinan adalah manusianya, baik secara individual maupun secara kolektif. Seperti istilah kemiskinan
pedesaan atau kemiskinan perkotaan yang miskin bukan daerah perkotaan atau desanya, tetapi yang mengalami kemiskinan adalah penduduk
wilayah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan.
Pada negara yang dikategorikan miskin biasanya diikuti pula dengan kondisi yang terbelakang. Oleh karena itu, kemiskinan dan
keterbelakangan dapat dikatakan merupakan suatu keadaan yang selalu bersamaan. Kedua hal tersebut sangat melemahkan fisik dan mental
manusia dan berdampak terhadap semua sektor. Oleh sebab itu, pembangunan di negara berkembang bukan hanya untuk meningkatkan
pendapatan nasional saja atau hanya untuk menambah produksi barang- barang dan jasa, tetapi pembangunan harus bertujuan pula untuk
membangun manusia jasmaniah, rohaniah dan mengubah nasib manusia untuk keluar dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi
antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi karena
lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai
fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan
yang terlalu terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan. Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk
disimak dari berbagai aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Aspek sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan
informasi. Aspek ekonomi akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, lemah
mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas dan rasa terisolir. Sedangkan, dari aspek politik
berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil
keputusan. Dari berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan, pada
dasarnya bentuk kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian, yaitu:
1 Kemiskinan Absolut. Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam golongan miskin absolut
apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, yaitu: pangan,
sandang, kesehatan, papan dan pendidikan. 2 Kemiskinan Relatif.
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah kemampuan
masyarakat sekitarnya. 3 Kemiskinan Kultural.
Kemiskinan ini berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki
tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
b. Faktor Penyebab Kemiskinan