Pengadaan BarangJasa Pemerintah terdapat pengaturan tentang perjanjian pemborongan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang selanjutnya disebut
dengan kontrak pengadaan barangjasa. Kontrak tersebut merupakan bentuk perjanjian tertulis antara Pejabat Pembuat komitmen PPK dengan penyedia
barangjasa. Dalam Pasal 55 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, dinyatakan bahwa terdapat empat klasifikasi tanda bukti perjanjian dalam
pengadaan barangjasa pemerintah, yaitu : 1.
Bukti pembelian; 2.
Kuitansi; 3.
Surat Perintah Kerja SPK; 4.
Surat perjanjian. Keempat tanda bukti perjanjian tersebut di atas memiliki kualifikasi yang
bebeda-beda. Bukti pembelian digunakan untuk pengadaan barangjasa yang nilainya sampai dengan Rp. 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah. Kuitansi
digunakan untuk pengadaan barangjasa yang nilainya sampai dengan Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. SPK digunakan untuk pengadaan
barangpekerjaan konstruksijasa lainnya yang nilainya sampai dengan Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan untuk jasa konsultasi dengan nilai
sampai dengan Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. Yang terakhir adalah surat perjanjian, digunakan untuk pengadaan barangpekerjaan konstruksijasa
lainnya yang nilainya diatas Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan untuk jasa konsultasi dengan nilai diatas Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah.
C. Jenis-Jenis dan Isi Perjanjian Pemborongan
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan objek pekerjaan yang dijalankan oleh pihak pemborong, KUH Perdata mengenal dua jenis perjanjian pemborongan, yaitu :
1. Perjanjian pemborongan pekerjaan dimana pemborong diwajibkan
memberikan bahan diatur dalam Pasal 1605 dan Pasal 1606 KUH Perdata. Dalam hal si pemborong diwajibkan menyerahkan bahannya dan pekerjaan itu
dengan cara bagaimanapun musnah sebelum diserahkan kepada pihak yang memborongkan, maka segala kerugian ada dipihak si pemborong, kecuali
pihak yang memborongkan telah lalai menerima hasil pekerjaan itu. Jika si pemborong hanya diwajibkan melakukan pekerjaannya saja, maka ia
bertanggung jawab atas kesalahannya. Ketentuan terakhir memberikan pengaturan bahwa dalam hal terjadi suatu peristiwa diluar kesalahan dari salah
satu pihak terhadap bahan-bahan yang disediakan oleh pihak yang memborongkan, maka peristiwa tersebut merupakan tanggung jawab pihak
penyedia. Apabila pihak yang memborongkan penyedia bahan-bahan menganggap peristiwa tersebut akibat kesalahan pemborong, maka pihak yang
memborongkan dibebankan pembuktian atas anggapan tersebut. 2.
Perjanjian pemborongan dimana pemborong pekerjaan hanya melakukan pekerjaan saja diatur dalam Pasal 1607 KUH Perdata. Pasal 1607 KUH
Perdata dinyatakan bahwa jika musnahnya pekerjaan itu terjadi diluar kelalaian pemiliknya si pemborong, sebelum pekerjaan itu diserahkan,
sedangkan pihak yang memborongkan tidak telah lalai untuk memeriksa dan menyetujui pekerjaannya, maka pemborong tidak berhak atas harga yang
Universitas Sumatera Utara
diperjanjikan, kecuali musnahnya barangpekerjaan disebabkan oleh suatu cacad dalam bahan.
Berdasarkan cara terjadinya terjadinya, secara umum perjanjian pemborongan terbagi atas tiga jenis, yaitu :
64
a. Perjanjian pemborongan pekerjaan yang diperoleh sebagai hasil
pelelangan atas dasar penawaran yang diajukan competitive bid contract; b.
Perjanjian pemborongan pekerjaan atas dasar penunjukan; c.
Perjanjian pemborongan pekerjaan yang diperoleh sebagai hasil perundingan antara si pemberi tugas dengan pemborong negotiated
contract. Berdasarkan cara penentuan harganya, perjanjian pelaksanaan pemborongan
secara umum terbagi atas empat bentuk, yaitu :
65
1 Perjanjian pelaksanaan pemborongan dengan harga pasti fixed price.
Dalam hal ini harga pemborngan telah ditetapkan dengan pasti, baik mengenai harga kontrak maupun harga satuan;
2 Perjanjian pelaksanaan kontrak dengan harga lump sum. Dalam hal ini
harga borongan diperhitungkan secara keseluruhan; 3
Perjanjian pelaksanaan pemborongan atas dasar harga satuan unit price, yaitu harga yang diperhitungkan untuk setiap unit. Dalam hal ini luas
pekerjaan ditentukan menurut perkiraan jumlah unit; 4
Perjanjian pelaksanaan pemborongan atas dasar jumlah biaya dan upah cost plus free. Dalam hal ini pemberi tugas akan membayar
64
Sri Soedewi Mascjchun Sofwan, Hukum Bangunan, Perjanjian Pemborongan Bangunan, Liberty, Yogyakarta, 1982, hal. 59.
65
Ibid., hal.60
Universitas Sumatera Utara
pemborongan dengan jumlah biaya yang sesungguhnya yang telah dikeluarkan ditambah dengan upahnya.
Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, sebagaimana diatur dalam Pasal 50 sampai dengan Pasal
54, bahwa bentuk-bentuk kontrak pemborongan meliputi : a
Kontrak Berdasarkan Cara Pembayaran 1
Kontrak Lump Sum, merupakan kontrak pengadaan barangjasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tentu, dengan
jumlah harga yang pasti dan tetap, penanggungan risiko sepenuhnya oleh penyedia barangjasa, dan dengan pembayaran yang didasarkan
pada tahapan produkkeluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak.
2 Kontrak Harga Satuan, merupakan kontrak pengadaan barangjasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditentukan, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap
satuan pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu dimana volume pekerjaannya masih sberupa perkiraan, dan pembayaran dilakukan
berdasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia barangjasa.
3 Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan, merupakan kontrak
gabungan antara lump sum dan harga satuan, yang dilaksanakan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan.
Universitas Sumatera Utara
4 Kontrak Persentase, merupakan kontrak pengadaan jasa
konsultasipekerjaan konstruksijasa lainnya dimana penyedia jasa konsultasijasa lainnya menerima imbalan berdasarkan persentase dari
nilai pekerjaan tertentu dan pembayaran didasarkan pada tahapan produkkeluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak.
5 Kontrak Terima Jadi Turnkey, merupakan kontrak pengadaan
barangpekerjaan konstruksijasa lainnya atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, jumlah harga pasti dan tetap
sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan, dan pembayaran berdasarkan pada hasil penilaian bersama yang menunjukkan bahwa
pekerjaan telah selesai dilaksanakan sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.
b Kontrak Berdasarkan Pembebanan Tahun Anggaran
1 Kontrak Tahun Tunggal, merupakan kontrak yang pelaksanaan
pekerjaannya mengikat dana anggaran selama masa satu tahun anggaran.
2 Kontrak Tahun Jamak, merupakan kontrak yang pelaksanaan
pekerjaannya untuk masa lebih dari satu tahun anggaran yang dilakukan setelah mendapat persetujuan :
a MenteriPimpinan Lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan
yang nilai kontraknya sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah bagi kegiatan: penanaman benihbibit,
penghijauan, pelayanan perintis lautudara, makanan dan obat di
Universitas Sumatera Utara
rumah sakit, makanan untuk narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, pengadaan pita cukai, layanan pembuangan
sampah dan pengadaan jasa cleaning service; b
Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya diatas Rp. 10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah;
c Kepala Daerah, dalam hal kontrak tahun jamak pada pemerintah
daerah, dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
c Kontrak Berdasarkan Sumber Pendanaan
1 Kontrak Pengadaan Tunggal, merupakan kontrak yang dibuat oleh satu
PPK dengan satu penyedia barangjasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.
2 Kontrak Pengadaan Bersama, merupakan kontrak antara beberapa PPK
dengan satu penyedia barangjasa untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kebutuhan masing-masing PPK
yang menendatangani kontrak. 3
Kontrak Payung Framework Contract merupakan kontrak harga satuan antara pemerintah dengan penyedia barangjasa yang dapat di
manfaatkan oleh KementrianLembagaSatuan Kerja Perangkat DaerahInstitusi lainnya KLDI, yang diadakan guna menjamin
harga barangjasa yang lebih efisien, dan pembayarannya dilakukan oleh setiap PPKSatuan Kerja yang didasarkan pada hasil
Universitas Sumatera Utara
penilaianpengukuran bersama terhadap volumekuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia barangjasa.
d Kontrak Berdasarkan Jenis Pekerjaan
1 Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal, merupakan kontrak pengadaan
barangjasa yang hanya terdiri atas satu pekerjaan perencanaan, pelaksanaan, atau pengawasan.
2 Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi, merupakan kontrak
pengadaan pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks dengan menggabungkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, danatau
pengawasan. Mengenai isi standar dalam perjanjian pemborongan, KUH Perdata tidak
memberikan pengaturannya. Oleh karena itu, isi kontrak dapat ditentukan sendiri oleh para pihak sesuai dengan asas kebebasan berkontrak sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata. Kebebasan tersebut dibatasi oleh tiga hal yaitu tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan
kepentingan umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan. Sri Soedewi Masjchun Sofwan dalam bukunya meguraikan tujuh hal yang
termuat dalam isi perjanjian pemborongan pada umumnya, yaitu :
66
a Luasnya pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian-uraian
tentang pekerjaan dan syarat-syarat pekerjaan yang disertai dengan gambar bestek dilengkapi dengan uraian tentang bahan material, alat-alat dan
tenaga kerja yang diperlukan;
66
Ibid., hal.62.
Universitas Sumatera Utara
b Penentuan tentang harga pemborongan;
c Mengenai jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
d Mengenai sanksi dalam hal terjadi wanprestasi;
e Tentang risiko dalam hal terjadi overmacht;
f Penyelesaian jika terjadi perselisihan;
g Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemborongan.
Dalam Bab IIA angka 10 Peraturan Kepala LKPP Nomor 14 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 ditentukan
bahwa isi perjanjian pemborongan harus memuat hal-hal sebagai berikut : 1
Pernyataan bahwa para pihak telah sepakat atau setuju untuk mengadakan kontrak mengenai objek yang dikontrakkan sesuai dengan jenis
pekerjaannya. 2
Pernyataan bahwa para pihak telah menyetujui besarnya harga kontrak. Harga yang disepakati dalam kontrak harus ditulis dengan angka dan huruf,
serta rincian sumber pembiayaannya. 3
Pernyataan bahwa ungkapan-ungkapan dalam perjanjian harus mempunyai arti dan makna yang sama seperti yang tercantum dalam kontrak.
4 Pernyataan bahwa kontrak yang dibuat tersebut meliputi beberapa
dokumen dan merupakan satu kesatuan yang disebut kontrak. 5
Pernyataan bahwa apabila terjadi pertentangan antara ketentuan yang ada dalam dokumen-dokumen kontrak maka yang urutannya lebih dulu sesuai
dengan hierarkinya.
Universitas Sumatera Utara
6 Pernyataan mengenai persetujuan para pihak untuk melaksanakan
kewajiban masing-masing, yaitu pihak pertama membayar harga yang tercantum dalam kontrak dan pihak kedua melaksanakan pekerjaan yang
diperjanjikan dalam kontrak. 7
Pernyataan mengenai jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, yaitu kapan dimulai dan diakhirinya pekerjaan tersebut.
8 Pernyataan mengenai kapan mulai efektif berlakunya kontrak.
Adrian Sutedi mengemukakan bahwa dalam kontrak pemborongan pengadaan barangjasa pemerintah sekurang-kurangnya memuat ketentuan
sebagai berikut :
67
a Para pihak yang menandatangani kontrak meliputi nama, jabatan, dan
alamat; b
Pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai jenis dan jumlah barang yang diperjanjikan;
c Hak dan kewajiban para pihak yang terikat di dalam perjanjian;
d Nilaiharga kontrak pekerjaan, serta syarat-syarat pembayaran;
e Persyaratan serta spesifikasi teknis yang jelas dan tterperinci;
f Tempat dan jangka waktu penyelesaianpenyerahan dengan disertai jadwal
waktu penyelesaianpenyerahan yang pasti serta syarat-syarat penyerahannya;
g Jaminan teknishasil pekerjaan yang dilaksanakan danatau ketentuan
mengenai kelaikan;
67
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang Jasa dan Berbagai Permasalahannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hal. 73.
Universitas Sumatera Utara
h Ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak tidak
memenuhi kewajibannya; i
Ketentuan mengenai pemutusan kontrak secara sepihak; j
Ketentuan mengenai keadaan memaksa; k
Ketentuan mengenai kewajiban para pihak dalam hal terjadi kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan;
l Ketentuan mengenai perlindungan tenaga pekerja;
m Ketentuan mengenai bentuk dan tanggung jawab gangguan lingkungan;
n Ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan.
Hal-hal tersebut diatas merupakan ketentuan mengenai isi perjanjian pemborongan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Dalam hal lembaga non
pemerintah KONI, PMI dan sebagainya yang mendapat hibah dalam bentuk uang atau transfer dana maka pengadaan dilakukan sendiri oleh lembaga non
pemerintah seperti swakelola kepada kelompok masyarakat. Pengadaan tersebut dapat dilakukan dengan membuat pedoman pelaksanaan sendiri dengan mengikuti
prinsip pengadaan yaitu efisien, terbuka dan kompetitif. Mengingat lembaga non pemerintah bukan merupakan instansi pemerintah maka anggota kelompok kerja
panitia pengadaan tidak diwajibkan memenuhi persyaratan sertifikasi keahlian pengadaan Mudjisantosa, 2013.
D. Pihak-Pihak dalam Perjanjian Pemborongan