Asas-Asas Hukum Perjanjian Tinjauan Yuridis Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Pengadaan Jenis Ikan Nilai Ekonomi Tinggi Antara Dinas Pertanian Kota Tebing Tinggi Dengan CV. Avansa

motivasi pembuatan kontrak, yang penting keduanya harus memiliki kausa yang halal, terlepas dari motivasinya. 43 Suatu perjanjian yang tidak memenuhi syarat-syarat sah sebagaimana yang diatur dalam 1320 KUH Perdata, baik syarat subjektif maupun syarat objektif akan menimbulkan akibat-akibat sebagai berikut : 1 Noneksistensi, artinya tidak ada perjanjian, jika tidak ada kesepakatan; 2 Vernietigbaar, artinya perjanjian dapat dibatalkan, jika perjanjian tersebut timbul akibat cacat kehendak wilsgebreke atau karena ketidakcakapan onbekwaamheid, dimana tidak terpenuhinya syarat subjektif sehingga perjanjian tersebut dapat dibatalkan; dan 3 Nietig, artinya perjanjian batal demi hukum, jika perjanjian tersebut tidak mempunyai objek atau pokok persoalan tertentu dan tidak dapat ditentukan objeknya serta mempunyai sebab atau causa yang dilarang, dimana tidak terpenuhinya syarat objektif, sehingga perjanjian tersebut batal demi hukum.

D. Asas-Asas Hukum Perjanjian

Asas hukum merupakan landasan filosofis bagi lahirnya suatu peraturan hukum, yang artinya harus dipedomani dalam setiap pembuatan peraturan hukum. Fungsi dari asas hukum adalah sebagai pikiran dasar yang umum sifatnya, atau merupakan latar belakang dari peraturan konkret yang terdapat di dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat pula asas hukum 43 Herlien Budiono, op.cit., hal. 132. Universitas Sumatera Utara dikemukakan dengan mencari sifat-sifat umum yang terdapat pada peraturan konkret. 44 Memperhatikan kaitannya dengan hukum perjanjian, maka dalam hukum perjanjian juga terdapat asas-asas yang berfungsi sebagai landasan filosofis, dan memberikan pedoman atau arahan terhadap pembentukan norma-norma hukum dalam perjanjian yang dibuat para pihak sebagaimana seharusnya. Dalam Lokal Karya Hukum Perikatan yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional BPHN, Departemen Kehakiman RI pada tanggal 17-19 Desember 1985 telah merumuskan delapan asas hukum perikatan nasional. Kedelapan asas tersebut adalah sebagai berikut : 1. Asas Kepercayaan 2. Asas Persamaan Hukum 3. Asas Keseimbangan 4. Asas Kepastian Hukum 5. Asas Moralitas 6. Asas Kepatutan 7. Asas Kebiasaan 8. Asas Perlindungan Selain dari delapan asas tersebut masih banyak lagi asas hukum perikatanperjanjian lainnya, meskipun demikian, terdapat lima asas utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan perjanjian, yaitu : a. Asas Kebebasan Berkontrak freedom of contract 44 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1988, hal. 97. Universitas Sumatera Utara Asas kebebasan berkontrak merupakan asas yang bersifat universal, artinya asas ini tidak hanya terdapat dalam hukum perikatanperjanjian di Indonesia KUH Perdata, namun pada umumnya juga dianut di semua negara. Sutan Remy Sjahdeini menguraikan ruang lingkup asas kebebasan berkontrak menjadi enam, yaitu : 45 1 Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian; 2 Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian; 3 Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari perjanjian yang akan dibuatnya; 4 Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian; 5 Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian; 6 Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang- undang yang bersifat opsional. Dalam KUH Perdata terdapat pembatasan terhadap asas kebebasan berkontrak sebagaimana tertuang pada Pasal 1338 KUH Perdata, yang berisi ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1 Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang- undang bagi mereka yang membuatnya. 2 Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alas an-alasan yang oleh undang- undang dinyatakan cukup untuk itu. 45 Sutan Remy Sjahdeini dalam Muhammad Syaifuddin, op.cit., hal. 82. Universitas Sumatera Utara 3 Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Selain dibatasi oleh ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1338 KUH Perdata, asas kebebasan berkontrak juga dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang ada dalam pasal 1337 KUH Perdata, yaitu tidak dilarang oleh undang-undang, tidak berlawanan dengan kesusilaan baik, dan tidak berlawanan dengan ketertiban umum. b. Asas Konsensualisme Asas konsensualisme berasal dari kata consensus yang artinya sepakat. Sepakat yang dimaksud adalah adanya persesuaian kehendak dari para pihak yang menyepakati atau menyetujui mengenai prestasi yang diperjanjikan. Dengan adanya kesepakatan, secara teoritis pada saat yang bersamaan telah terjadi suatu perjanjian diantara para pihak yang menyatakannya. Pernyataan sepakat pada dasarnya dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Namun, pernyataan sepakat secara lisan dipandang tidak baik, mengingat pernyataan tersebut bisa saja diingkari sewaktu- waktu. Muhammad Syaifuddin di dalam bukunya memberikan penjelasan bahwa kata sepakat secara lisan tidak memberi jaminan, karena sulit untuk dibuktikan terlebih bila tidak ada saksi. Oleh karena itu, dalam rangka memberikan jaminan, perlindungan dan kepastian hukum terhadap hak dan kewajiban hukum kontraktual yang disepakati secara lisan, maka para pihak tidak hanya bersandar pada asas konsensualitas semata, tetapi juga menggunakan pengaman hukum legal cover berupa kontrakperjanjian Universitas Sumatera Utara dalam bentuk tertulis, bahkan dalam bentuk akta otentik, dengan menghadirkan dua orang saksi saat terjadinya kesepakatan. 46 c. Asas Perjanjian Mengikat Pacta sunt Servanda Berpijak pada ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata, disimpukan bahwa setiap perjanjian yang dibuat menurut hukum atau dengan cara yang sah sesuai Pasal 1320 KUH Perdata adalah mengikat sebagai undang-undang terhadap para pihak. Adagium pacta sunt servanda diakui sebagai aturan yang menetapkan bahwa semua perjanjian yang dibuat manusia satu sama lain, mengingat kekuatan hukum yang terkandung di dalamnya, dimaksudkan untuk dilaksanakan dan pada akhirnya dapat dipaksakan penataannya. 47 ` Lebih lanjut, Pasal 1338 KUH Perdata memberikan pengaturan bahwa bilamana perjanjian yang telah dibuat hendak ditarik kembali, maka harus dengan kesepakatan para pihak yang mengikatkan diri, atau karena alasan- alasan yang dinyatakan oleh undang-undang. d. Asas Itikad Baik Pada abad ke-19, seiring dengan semakin berpengaruhnya doktrin pemikiran ekonomi laissez faire, kebebasan berkontrak menjadi prinsip yang umum dalam mendukung persaingan bebas. Kebebasan berkontrak menjadi penjelmaan hukum legal expression prinsip pasar bebas. 48 46 Joni Emirzon dalam Muhammad Syaifuddin, op.cit., hal. 21. Namun, kebebasan berkontrak dalam kenyataannya dapat menimbulkan 47 Herlien Budiono, op.cit., hal. 91. 48 Ridwan Khairandy, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, UI Pascasarjana, Jakarta, 2004, hal. 1. Universitas Sumatera Utara ketidakadilan. Seyogianya dalam kebebasan berkontrak, para pihak memiliki posisi tawar bargaining position yang seimbang, tetapi dalam kenyataannya para pihak tidak selalu memiliki posisi tawar menawar yang seimbang. 49 Putusan Pengadilan Inggris menyatakan bahwa apabila orang memiliki pengetahuan khusus ahli memberikan keterangan kepada pihak lain dengan maksud mempengaruhi pihak lain supaya menutup perjanjian dengannya, dia wajib berhati-hati bahwa keterangan-keterangannya adalah benar dan dapat dipercaya. Putusan tersebut merupakan bentuk konkrit dari penjelmaan asal kehati-hatian, yang kemudian asas tersebut berkembang dan menjadi asas itikad baik. Akibatnya, pihak yang memiliki posisi tawar yang lebih tinggi akan cendrung menguasai pihak yang memiliki posisi tawar yang lebih lemah. 50 Dalam hukum Indonesia, asas itikad baik terkandung dalam Pasal 1338 Ayat 3 KUH Perdata, yang menetapkan bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Pengertian itikad baik dalam ranah hukum memiliki makna yang lebih luas daripada pengertian dalam istilah sehari-hari. Hoge raad dalam putusannya tanggal 9 Februari 1923 Nederlndse jurisprudentie, hlm. 676 memberikan rumusan bahwa : “volgens de eisen van redelijk heid en billijkheid”, artinya itikad baik harus dilaksanakan menurut kepatutan dan kepantasan. Redelijkheid artinya rasional, dapat diterjemahkan oleh nalar dan akal sehat, sedangkan 49 Ibid. 50 Ahmadi Miru, op.cit., hal. 6. Universitas Sumatera Utara billijkheid artinya patut dan adil. Dengan demikian “redelijkheid en billijkheid”, meliputi semua yang dapat dirasakan dan dapat diterima nalar dengan baik, wajar dan adil, yang diukur dengan norma-norma objektif yang bersifat tidak tertulis dan bukan subjektivitas para pihak. 51 Asas itikad baik terbagi atas dua macam, yaitu asas itikad baik nisbi dan asas itikad baik mutlak. Pada asas itikad baik nisbi, yang diperhatikan adalah sikap dan perilaku yang nyata dari subjek. Pada asas itikad baik mutlak, penilaiannya adalah pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang objektif untuk menilai keadaan tidak memihak menurut norma- norma yang objektif. 52 Dalam perkembangannya, ruang lingkup asas itikad baik sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1338 Ayat 3 KUH Perdata terlihat begitu sempit, karena sesungguhnya keberadaan itikad baik juga diperlukan sebelum hubungan hukum perjanjian diadakan dan begitu pula pada saat penyusunan kontrak dilakukan. Bila dikaitkan dengan pemborongan pekerjaan, maka itikad baik seharusnya telah ada sejak saat proses penunjukan pihak penyedia barangjasa dilakukan, pada saat penyusunan SPK, dan terutama pada saat pelaksanaan perjanjian itu sendiri. e. Asas Personalitas Asas personalitas atau juga dikenal dengan asas kepribadian, merupakan asas yang memberikan ketentuan bahwa suatu perjanjian hanya berlaku bagi para pihak yang membuatnya, sebagaimana dinyatakan dalam 51 P.L. Werry dalam Agus Yudha Hernoko, op.cit., hal. 136. 52 Salim H.S., Hukum Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hal. 33. Universitas Sumatera Utara Pasal 1315 KUH Perdata bahwa “pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya sendiri”. Artinya, perjanjian hanya dapat mengikat para pihak yang membuatnya dan tidak dapat mengikat pihak lain diluar dari pada perjanjian tersebut pihak ke tiga. Selanjutnya dalam Pasal 1340 KUH Perdata dinyatakan bahwa “perjanjian-perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya, perjanjian itu tidak dapat membawa rugi atau manfaat kepada pihak ketiga, selain dalam hal yang diatur dalam Pasal 1317”. Pasal ini mempertegas pengaturan Pasal 1315 KUH Perdata, dimana suatu perjanjian tidak dapat memberikan baik kerugian maupun manfaat terhadap pihak ke tiga. Pengecualian diberikan sebagaimana diatur dalam pasal 1317 KUH Perdata yang memperbolehkan seseorang membuat janji guna kepentingan pihak ketiga, sepanjang perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain mengandung kepentingan semacam itu. Sementara itu, dalam Pasal 1318 KUH Perdata, dimana seseorang memperjanjikan sesuatu hal untuk dirinya sendiri, maka secara serta merta juga untuk kepentingan ahli warisnya dan pihak-pihak yang memperoleh hak darinya.

E. Wanprestasi

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Pt.Indonesia Asahan Aluminium Dengan Pt.Putra Tanjung Lestari Dalam Pengandaan Tenaga Keeja Outsourcing Setelah Pt.Inalum Bumn

1 53 110

Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan/Konstruksi Antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air Dengan Perusahaan Rekanan ( Studi Di Balai Sumber Daya Air Sumatera II Propinsi Sumatera Utara)

1 67 98

Analisa Yuridis Perjanjian Sewa Menyewa Gedung Dibawah Tangan Terhadap Hal-Hal Yang Tidak Diperjanjikan Secara Tegas

2 83 126

Tinjauan Yuridis Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Pembangunan Saluran Drainase Antara Dinas Bina Marga Kota Medan Dengan Cv.Teratai 26

8 122 120

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Pengadaan Armada Kendaraan Bus Wisata Antara PT. Lingga Jati Al Manshurin Dengan P.O. Karona

2 56 102

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Jual-Beli Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Antara PTPN I DAN PT. Bagun Sempurna Lestari (BSL)

12 132 123

Tinjauan Yuridis Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara Dinas Pekerjaan Umum KIMPRASWIL Kabupaten Toba Samosir Dengan CV. Bagas Belantara (Studi Kasus Pada CV. Bagas Belantara)

3 106 112

Tinjauan Yuridis Perjanjian Franchise Berdasarkan Undang-Undang Tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual

2 43 88

Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local (Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional)

2 43 119

Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi Antara Cv. Raut Agung Group Dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi

0 10 86