Tahun 2012. Hal-hal yang diatur dalam ketentuan pengadaan barangjasa ini antara lain diperkenalkannya metode pelelanganseleksi sederhana, pengadaan
langsung, dan kontessayembara dalam pemilihan penyedia barangjasa, selain metode pelelanganseleksi umum dan penunjukan langsung. Selain itu juga
mengatur secara khusus pengadaan Alutsista TNI dan Almatsus POLRI dimana pengadaannya diutamakan terlebih dahulu berasal dari industri strategis dalam
negeri, dan pengaturan pengadaan melalui sistem elektronik e-procurement.
B. Sifat dan Bentuk Perjanjian Pemborongan
Perjanjian pemborongan merupakan perjanjian yang bersifat konsensuil. Artinya, perjanjian pemborongan akan lahir dengan adanya kesepakatan para
pihak. Kesepakan tersebut diperoleh atas kegiatan penawaran dan penerimaan yang dilakukan oleh pihak yang memborongkan dan pihak pemborong mengenai
pekerjaan dan jumlah harga pembayaran tertentu. Adanya kesepakatan menunjukkan bahwa para pihak saling sepakat untuk mengikatkan dirinya dalam
perjanjian pemborongan, sehingga bilamana hendak merubah atau membatalkan perjanjian harus dengan kesepakatan kedua pihak pula.
Perjanjian pemborongan mempunyai bentuk bebas, yaitu dapat dibuat dalam bentuk lisan maupun tertulis sesuai dengan kehendak dan kepentingan para pihak.
Dalam praktik, umumnya perjanjian pemborongan dibuat secara tertulis terutama untuk proyek-proyek pemerintah yang menyangkut keuangan negara guna
melindungi keselamatan dan kepentingan umum.
63
63
Ibid., hal. 8.
Masih dalam ruang lingkup perjanjian pemborongan, dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Universitas Sumatera Utara
Pengadaan BarangJasa Pemerintah terdapat pengaturan tentang perjanjian pemborongan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang selanjutnya disebut
dengan kontrak pengadaan barangjasa. Kontrak tersebut merupakan bentuk perjanjian tertulis antara Pejabat Pembuat komitmen PPK dengan penyedia
barangjasa. Dalam Pasal 55 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, dinyatakan bahwa terdapat empat klasifikasi tanda bukti perjanjian dalam
pengadaan barangjasa pemerintah, yaitu : 1.
Bukti pembelian; 2.
Kuitansi; 3.
Surat Perintah Kerja SPK; 4.
Surat perjanjian. Keempat tanda bukti perjanjian tersebut di atas memiliki kualifikasi yang
bebeda-beda. Bukti pembelian digunakan untuk pengadaan barangjasa yang nilainya sampai dengan Rp. 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah. Kuitansi
digunakan untuk pengadaan barangjasa yang nilainya sampai dengan Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. SPK digunakan untuk pengadaan
barangpekerjaan konstruksijasa lainnya yang nilainya sampai dengan Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan untuk jasa konsultasi dengan nilai
sampai dengan Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. Yang terakhir adalah surat perjanjian, digunakan untuk pengadaan barangpekerjaan konstruksijasa
lainnya yang nilainya diatas Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan untuk jasa konsultasi dengan nilai diatas Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah.
C. Jenis-Jenis dan Isi Perjanjian Pemborongan