Pelaksanaan Pendidikan Kepemimpinan dalam Sekolah Jesuit di

84 Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti untuk melihat kondisi lingkungan sekolah SMA Kolese De Britto memang sangat mendukung proses pendidikan kepemimpinan. Lingkungan termasuk bentuk fisik sekolah, suasana, dan interaksi semua warga sekolah. Terlihat saat pulang sekolah, siswa bermain di pos satpam sampai sore untuk basa-basi dengan meng gunakan bahasa “Jawa ngoko”. Peneliti juga melihat siswa yang menyapa kakak angkatannya dengan sapaan “dab” dan “bro”. Ada pula siswa yang menyapa guru dengan berteriak karena jarak yang agak jauh dengan sapaan sebagai berikut; “Pak, aku pulang duluan ya”. Siswa menyapa guru dengan melambaikan tangan sambil tersenyum, dan guru itu pun juga menyambut dengan tersenyum.

2. Pelaksanaan Pendidikan Kepemimpinan dalam Sekolah Jesuit di

SMA Kolese De Britto Yogyakarta a. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Kepemimpinan Dalam melaksanakan pendidikan kepemimpinan, SMA Kolese De Britto Yogyakarta memeiliki berbagai strategi. Strategi pendidikan kepemimpinan yang berlandaskan tujuan pendidikan Ignasian dijabarkan melalui berbagai cara. 1 Motto Sekolah SMA Kolese De Britto memiliki motto sebagai strategi untuki mengarahk an tujuan menuju visi sekolah yaitu “center for leadership learning ”. Motto dimaksudkan oleh Romo FJ dengan hal sebagai berikut; 85 “Kita memfokuskan pada leadership, sehingga motto ini ingin kita hidupi. De Britto diharapkan menjadi tempat pembelajaran tentang leadership pada siapapun yang akan bertanya dan berbagi tentang leadership. Kalau ada sekolah lain yang ingin tahu dan belajar kita terbuka termasuk kolese lain, kita bisa berbagi tentang leadership. ” FJw020217 Pak WD sebagai wakil kepala sekolah juga menyatakan serupa bahwa; “Harapannya adalah lembaga ini menjadi rujukan sekolah lain yang ingin belajar soal kepemimpinan. Hal ini menjadi cita-cita sekolah, dan itu menjadi roadmap untuk mencapai visi itu. WDw070217 Pak TW sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum menegaskan bahwa; “Sebagai roadmap peta jalan sekolah agar sesuai dengan visi nya. ” TWw080217 Motto sekolah ini juga mendukung visi sekolah yaitu menjadi Pendidikan swasta Katolik Jesuit berkarakteristik unggul dalam mendidik siswa menjadi pemimpin pengabdi yang cakap, berhati nurani benar, dan berbela rasa. 2 Program Sekolah Dengan adanya visi sekolah dan motto untuk mengarahkan visi tersebut, juga didukung strategi dengan program yang ada. Berdasarkan observasi peneliti di SMA Kolese De Britto terdapat program sebagai strategi sekolah dalam upaya pendidikan kepemimpinan sebagai sekolah Jesuit yang mengadopsi nilai spiritualitas Ignasian melalui berbagai program sebagai berikut; 86 Tabel 8. Data Program 3C+1L LEADER OF SERVICE NO Olah Budi Competence Olah Raga Compassion Olah Rasa Conscience Olah Kepemimpinan Leadership 1. Proses belajar sesuai kurikulum KTSP Ekstrakurikuler olahraga Retret Gladi Rohani Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar LKTD 2. Tutorial Ekstrakurikuler non lahraga keterampilan Ekaristi Latihan Kepemimpinan Tingkat Lanjut LKTL 3. Pengayaan Classmeeting Live In Sosial Presidium 4. Lomba akademis Ekstrakurikuler bidang seni Kepanitiaan 5. Orientasi profesi Pengurus kelas 6. Education fair Program di atas sudah terangkum dalam penekanan nilai 3C+1L yang rutin dilaksanakan di setiap masa nya. Program ini merupakan strategi sekolah sebagai upaya atau misi menuju visi nya menjadi kader pemimpin. b. Proses pendidikan kepemimpinan Berdasarkan landasan pendidikan Jesuit dengan menghidupi nilai-nilai Ignasian menjadikan dasar SMA Kolese De Britto dalam menerapkan pendidikan kepemimpinan. Berdasarkan visinya juga untuk membentuk siswa menjadi kader pemimpin, maka sekolah membentuk berbagai strategi melalui berbagai bentuk program dan kegiatan. Program pendidikan kepemimpinan ini juga terwujud dalam penerapan setiap hari, dan tiap semester, yaitu sebagai berikut; Tabel 9. Program antar angkatan Kelas X Kelas XI Kelas XII Inisiasi Panitia Inisiasi Panitia Inisiasi LKTD LKTL dan bela negara Retret Katolik Studi ekskursi Live in sosial Gladi rohani non Katolik Presidium Presidium Orientasi profesi Perwalian FOP Karya Ilmiah 87 Berdasarkan tabel di atas maka diuraikan penekanan nilai 3C+1L dalam setiap angkatan yaitu sebagai berikut; Tabel 10. Komponen Nilai 3C+1L kelas X No Komponen Nilai Kepemimpinan Program Deskripsi Proses Pendidikan 1. Competence Kepandaian Lomba akademis Dalam kegiatan lomba akademis, siswa mengikuti perlombaan dari informasi yang ada di sekolah, seperti; lomba debat, karya ilmiah, dan lomba lain yang bersifat akademis. Siswa mendapat pengalaman lomba untuk melatih kemampuannya. Siswa bisa merefleksikan makna kegiatan lomba untuk mengembangkan talentanya. Perwalian Kegiatan perwalian dilakukan oleh wali kelas untuk meningkatkan keakraban antarsiswa dan menyelesaikan permasalahan yang mungkin terjadi pada siswa terhadap warga sekolah siswa, guru, karyawan. Siswa mampu menceritakan keluh kesahnya dan didengarkan guru. Hal tersebut mendidik siswa untuk meningkatkan kepedulian dan keterbukaan antara siswa dan guru. 2. Compassion Kepedulian Ekstrakuriku ler Olahraga Sebagai calon pemimpin, setiap siswa harus sehat dan bugar serta dapat berkembang sewajarnya. Siswa di latih untuk mengembangkan raganya. Kepedulian perlu di tingkatkan dengan hati dan seluruh fisiknya. Siswa mendapat pengalaman dari guru yang mengajari olahraga dan mampu meniru serta mengembangkannya. Siswa juga bisa memaknai ekstrakurikuler yang diikuti. Ekstrakuriku ler non olahraga keterampila n Dalam hal ini juga mendidik siswa untuk terampil dalam berkarya, maka sekolah mengadakan ekstrakurikuler non olahraga bidang keterampilan. Siswa mampu mengolah kemampuannya dalam hal ketrampilan dan bisa memaknai apa yang telah diajarkan guru padanya. 3. Conscience Hati Nurani Pembinaan Rohani Kegiatan ibadah doa, renungan, misa, pendalaman iman untuk menambah keimanan siswa Guru dan siswa bersama- sama untuk ibadah kepada Tuhan. Siswa mampu merefleksikan kasih Tuhan dalam hidup siswa sehari- hari 4. Leadership Kepemimpinan Latihan Kepemimpin an Tingkat Dasar LKTD Kegiatan ini wajib diikuti oleh siswa kelas X. Dalam LKTD ini diberikana untuk menanamkan butir-butir nilai kepemimpinan ke dalam diri siswa sejak dini. Guru memberikan teladan dan materi agar dipahami serta diikuti siswa. Siswa mendapat pengalaman dan mampu memaknai materi kepemimpinan. Presidium Presidium sebagai salah satu upaya penanaman leadership melalui bentuk organisasi, namun pada pelaksanaan lebih pada kepanitiaan kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap siswa. Siswa diberikan kebebasan organisasi agar berlatih membuat acara dan berkomunikasi dalam panitia. Siswa diajak memaknai kepanitiaan. 88 Berdasarkan penjelasan tabel di atas melalui berbagai kegiatyan yang dilakukan sekolah untuk para siswa diperoleh peneliti melalui observasi dan berdasarkan dokumen sekolah. Proses pendidikan yang terjadi yaitu upaya dari pendidik terutama pamong sekolah yang dibantu oleh guru SMA De Britto untuk menjadi teladan dan fasilitator dalam kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan observasi peneliti, dalam keseharian di sekolah guru juga memberikan contoh dan teladan untuk saling menyapa dan peduli antarteman sebagai bentuk nilai pemimpin yang melayani. Upaya pendidikan kepemimpinan dalam kelas X yaitu siswa mampu mengenal dirinya sendiri dan memimpin dirinya sendiri. Bentuk evaluasi selain kemampuan yang didasarkan pedoman sekolah, terlebih melalui buku refleksi setiap siswa untuk memaknai setiap kegiatan terhadap perkembangan pribadinya yang merupakan campur tangan Tuhan. Setelah proses pendidikan kepemimpinan yang ada di kelas C, maka dilanjutkan pendidikan kepemimpinan di kelas XI. Pendidikan kepemimpinan di kelas XI yaitu mendidik siswa untuk lebih mengenal dunia sekitar yang ada di sekolah. Pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari peran antarkomponen pendidikan seperti guru, pamong sekolah, karyawan, dan sebagainya. Program kegiatan pendidikan yang dilakukan di kelas XI yaitu sebagai berikut; 89 Tabel 11. Komponen Nilai 3C+1L kelas XI N o Komponen Nilai Kepemimpinan Program Deskripsi Proses Pendidikan 1. Competence Kepandaian Lomba akademis Dalam kegiatan lomba akademis, siswa mengikuti perlombaan dari informasi yang ada di sekolah, seperti; lomba debat, karya ilmiah, dan lomba lain yang bersifat akademis. Siswa dibiasakan oleh guru untuk mengasah kemampuannya untuk berlomba. Siswa juga dibiasakan mampu memaknai perlombaan yang diikuti terhadap perkembangan dirinya. 2. Compassion Kepedulian Ekstrakurikuler Olahraga Sebagai calon pemimpin, setiap siswa harus sehat dan bugar serta dapat berkembang sewajarnya. Siswa di latih untuk mengembangkan raganya. Kepedulian perlu di tingkatkan dengan hati dan seluruh fisiknya. Siswa dididik oleh guru ekstrakurikuler untuk berlatih sesuai minat bakatnya. Dengan pengalaman berlatihnya siswa dididik untuk saling peduli dengan temannya dan memaknai semua kegiatannya. Ekstrakurikuler non olahraga keterampilan Dalam hal ini juga mendidik siswa untuk terampil dalam berkarya, maka sekolah mengadakan ekstrakurikuler non olahraga bidang keterampilan. Siswa dididik untuk melatih bakat minatnya dan membimbing temannya. Siswa diajari untuk berbagai ketrampilan dengan temannya dan bisa memahami maksud kepeduliannya. 3. Conscience Hati Nurani Pembinaan Rohani Kegiatan ibadah doa, renungan, misa, pendalaman iman untuk menambah keimanan siswa Guru membiasakan siswa melalui pengalaman ibadah di sekolah untuk memaknai iman rohani masing-masing. 4. Leadership Kepemimpinan Presidium Presidium sebagai salah satu upaya penanaman leadership melalui bentuk organisasi, namun pada pelaksanaan lebih pada kepanitiaan kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap siswa. Siswa mendapat pengalaman nilai kepemimpinan untuk mampu mempraktekannya dan memaknai tujuan presidium bagi perkembangan dirinya di bawah awasan guru. Latihan Kepemimpinan Tingkat Lanjut LKTL LKTL wajib diikuti oleh siswa kelas XI untuk berkembang menjadi kader pemimpin yang berkepribadian, mandiri, optimal, dan utuh serta mampu menggerakkan perubahan leader yang sesuai dengan visi sekolah. Pendidikan kepemimpinan dari TNI militer untuk memberikan pengalaman kepada siswa agar mampu memaknai kepemimpinan yang bersifat militer terhadap perkembangan pola pikirnya. Berdasarkan tabel di atas melalui berbagai program pendidikan kepemimpinan yang menekankan nilai 3C+1L pada siswa yaitu mendidik siswa agar mengenal lingkungannya dan mampu memimpin dalam kelompok. Dalam penelitian ini guru berperan sebagai 90 fasilitator dan pengawas siswa dalam beraktifitas untuk mendapatkan pengalaman baru. Pengalaman baru tersebut menjadi bahan renungan siswa untuk merefleksikan diri agar ada niatan diri untuk bertindak lebih baik di hari berikutnya. Setelah mengenal dalam kelompok siswa perlu dididik dalam tingkat lanjut yaitu di kelas XII yaitu sebagai berikut; Tabel 12. Komponen Nilai 3C+1L kelas XII N o Komponen Nilai Kepemimpinan Program Deskripsi Proses Pendidikan 1. Competence Kepandaian Orientasi profesi Orientasi profesi yaitu kegiatan siswa untuk melihat langsung kaitan antara jurusan pilihan di perguruan tinggi dengan profesi yang dikuasai siswa. Kegiatan ini wajib di ikuti oleh siswa kelas XII yang berlangsung 3 hari di rumah keluarga yang berprofesi relevan dengan jurusan yang di pilih siswa. Siswa memperoleh pengalaman mengenai infornasi profesi yang diinginkan. Pengalaman yang bersifat pengetahuan diperoleh dari alumni JB yang sesuai dengan cita-cita siswa. Sekolah hanya memfasilitasi secara materi. Siswa dididik untuk mampu memaknai pengalaman untuk perkembangan pola pikir dan bertindak untuk selanjutnya agar terarah dan baik. Education fair Sekolah menghadirkan perguruan-perguruan tinggi negeri dan swasta baik dalam maupun luar negeri. Melalui kegiatan ini, siswa mendapat informasi yang jelas untuk membantu siswa menentukan pilihan jurusannya. Siswa mendapat pengalaman informasi dari perguruan tinggi. Siswa diajak untuk menimbang- nimbang langkah yang akan dilakukan dan mampu memaknai hal tersebut terhadap perkembangan pribadinya. 2. Conscience Hati Nurani RetretGla di Rohani Kegiatan ini wajib di lakukan untuk kelas XII. Retret di lakukan untuk siswa Katolik, dan gladi rohani untuk siswa non Katolik. Kegiatan ini bertujuan untuk menginternalisasikan nilai yang diperoleh. Guru pamong sekolah mengajak siswa untuk mengenal dan merenungkan sejauhmana keimanannya melalui ibadah dan doa renungannya. Siswa menerima nilai kerohanian dalam merefleksikan dirinya setelah melakukan rangkaian retret. 91 Berdasarkan dokumen sekolah dan observasi yang dilakukan peneliti mengenai pendidikan kepemimpinan, maka upaya pendidikan kepemimpinan dalam kelas XII yaitu siswa mampu menjadi pribadi yang matang dan siap untuk mengenal dunia diluar yang akan datang setelah lulus sekolah. berdasarkan pendidikan ini, guru pamong sekolah dibantu oleh pihak luar seperti alumni dan pihak lain yang berkaitan membantu menjadi teladan dan fasilitator dalam menyalurkan value kepemimpinan yang melayani dalam bentuk kepedulian dengan sesama didasari hati nurani yang benar. Setiap selesai mengikuti kegiatan pendidikan yang ada adalah refleksi sisa untuk instropeksi diri agar membantu siswa dalam mengolah pikir, menata hidup, dan berperilaku. Harapannya pendidikan kepemimpinan dari kelas X sampai XII mampu menjadi bekal siswa untuk berperan dalam sekolah lanjut maupun masyarakat. Berdasarkan data di atas mengenai program kegiatan yang menekankan nilai kepandaian, hati nurani, kepedulian, dan kepemimpinan. Gb8. Kegiatan Siswa untuk Berkarya Menyablon Kaos 92 Berdasarkan observasi dan dokumentasi di atas membuktikan bahwa siswa di SMA De Britto menggunakan baju bebas dan mereka sangat kreatif dalam hal seni. Dalam gambar terlihat siswa sedang memamerkan karya sablon yang bertuliskan De Britto. Berbagai kegiatan lain yang termasuk penjabaran kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa sesuai minat bakatnya yaitu sebagai berikut; Tabel 13. Cabang Ekstrakurikuler NO CABANG EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA SENI KETERAMPILAN 1. Sepak bola Teater Fotografi 2. Basket Karawitan Sinematografi 3. Volly Musik band Jurnalistik 4. Tenis meja Breakdance PADEBRI Pecinta Alam JB 5. Tenis lapangan Sanggar seni PMR 6. Flagfootball Paduan suara Desain grafis 7. Renang English Club 8. Bulutangkis 9. Taekwondo 10. Pencak silat 11. Wingchun Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti ketika setiap hadir di sekolah selalu memperhatikan adanya eksamen refleksi tengah hari yang dilakukan siswa setiap harinya. Memperhatikan program pendidikan kepemimpinan yang dilakukan setiap hari, maka terdapat program lain yang dilakukan sekolah berdasar waktu masing- masing yaitu sebagai berikut; Tabel 14. Aktualisasi program rutin pendidikan kepemimpinan AKTUALISASI PROGRAM RUTIN PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN SETIAP HARI PER MINGGUTAHUN Kedisplinan Selamat Pagi De Britto JB Senin: Evaluasi – Apresiasi – Tema Kegiatan Belajar Mengajar KBM Misa angkatan Kamis Perwalian Doa Angelus Ekaristi Misa Kelas Selasa-Rabu Retret Guru Karyawan Ekstrakurikuler Kelompok minat bakat 93 Mengenai strategi dan program yang ada di sekolah SMA Kolese De Britto untuk pendidikan kepemimpinan seperti diungkapkan pamong sekolah sebagai berikut; “Dalam konteks akademik, guru menginputkan value tentang kepemimpinan dasar pendidikan Jesuit. Dalam sekolah tentang pendidikan kepemimpinan lebih banyak dalam kegiatan pengembangan diri, seperti inisiasi yaitu mengenalkan budaya sekolah, kepanitiaan, live in secara berkelompok yang terawasi, serba serbi input kelas XI masuk untuk sharing ke lapas wirogunan, dsb, studi ekskursi, LDK, LKTL, orientasi profesi, dll. Semua itu mendidik anak untuk menjadi pemimpin yang memiliki 3C. ”APw070217 Pendidikan kepemimpinan ini juga terangkum pada kurikulum yang mendasari pelaksanaan pendidikan sekolah. Program yang dijabarkan melalui kegiatan di sekolah terhitung banyak dan berjalan sesuai rencana. Kegiatan ini juga diungkapkan pihak yang berwewenang yaitu pamong sekolah, Romo FJ; “Ada dua bentuk kegiatan dari pamong dan setiap satu semester punya agenda besar. Kelas X mendapat inisiasi mengenali sekolah ini masuk dalam tubuh De Britto, kelas XI dan XII sosialisasi sebagai panitia. Kelas X mendapat Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar LKTD penekanannya mereka mengenal komunitas mereka, mengenali diri sendiri, kelas XI mendapat Latihan Kepemimpinan Tingkat Lanjut LKTL mereka diharapkan untuk mengenal bela negara, XII ada orientasi profesi live in ke tempat alumni yang mempunyai profesi sama. Di setiap akhir kegiatan ada refleksi. Semester genap pada kelas X; studi ekskursi, live in sosial, retreat. Studi ekskursi mengajak siswa agar dekat alam ciptaan non manusia, mereka diajak dekat dengan alam dan selama 4-5 hari siswa belajar kerajinan dalam kelompok batik, dawet, kerajinan dari kelapa, fotografi, dll. Bagaimana siswa mengolah hasil alam dalam bentuk kerajinan termasuk belajar ketelitian. Kelas XI mengajak siswa bersosialisasi dengan manusia lain melalui live 94 in sesuai kebutuhan. Siswa diajak berelasi dengan orang yang tersingkirkan jompo, cacat ganda dan menguji bagaimana kamu memiliki hati nurani untuk sesama mendengarkan mereka yang tidak terdengarkan. Kelas XII mendidik siswa untuk berelasi dengan Tuhan, untuk Katolik yaitu retret dan non Katolik melalui gladi rohani dengan dinamika yang hampir sama. Dalam kegiatan presidium melalui kepanitiaan kegiatan. Kepanitiaan bukan karena dibuat heboh, tetapi belajar kepemimpinan agar mengalami jadi panitia. Semua siswa minimal sekali menjadi panitia .”FJw020217 Berdasarkan data di atas jelas pendidikan kepemimpinan dilaksanakan pada semua siswa SMA Kolese De Britto untuk mendidik menjadi pemimpin yang berkompeten, berhati nurani, berbela rasa, dan berjiwa pemimpin. Dalam kegiatan ini peran utama pamong sekolah sebagai pihak yang berwewenang sangat penting dengan bantuan dari berbagai pihak. Hal tersebut juga dijelaskan Romo FJ sebagai pamong sebagai berikut; “Yang khas dari sekolah Jesuit juga yaitu cura personalis, yaitu mencari kehendak Allah. Cura personalis bisa dikenali secara pribadi dengan kesadaran bahwa kita mencari yang paling baik dalam proses, dialog colocium, tantangannya saya belum bisa berkomunikasi secara langsung kepada semua siswa dan membutuhkan orang-orang yang menemani saya. Pamong dibantu sub pamong mengurus presensi keterlambatan, guru piket membantu sub pamong, guru pendamping ekskul, guru BK, campus ministry kerohanian, presidium. Wali kelas setahun dua kali melakukan wawancara, perwalian, ekskul pendampingan, dan BK sangat membantu. Mereka membuat informasi ke saya tentang siswa prestasi akademik dan non akademik, sejarah keluarga yang membedakan sekolah ini dengan sekolah lain adalah JB memiliki pamong yang mengurus ijin siswa dan semua tentang siswa. Setiap siswa yang ijin tidak masuk, kita menelepon orangtua siswa. Saya butuh tim ini untuk menemani yaitu koordinator ekskul 3 orang, wali kelas 95 5 orang, guru piket 7 orang, campus ministry 3 orang, pendamping presidium 3 orang. Berdasarkan data di atas pendidikan kepemimpinan yang dikelola oleh pamong sekolah dengan dukungan warga sekolah yang bertujuan mendidik siswa menjadi pemimpin yang melayani sangat mempengaruhi. Program yang dipaparkan di atas terangkum dalam tujuan pendidikan kepemimpinan dengan bekal program dari 3C. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dari Bapak WD selaku wakasek; “Dari program 3C+1L, secara khusus ada kegiatan LDK, LKTL, pengelolaan event-event, presidium, live-in juga mengarah ke 3C. Keinginan kita adalah mendidik siswa menjadi pemimpin yang ber-3C. ”WDw070217 SMA Kolese De Britto dalam upaya menjalankan visinya melalui pendidikan kepemimpinan SMA Kolese De Britto ada dalam bidang akademik dan non akademik. Dalam bidang akademik guru menginputkan value kepemimpinan dalam pembelajaran. Dalam bidang non akademik ada program dari pamong dan presidium. Program dari pamong untuk kelas X yaitu; inisiasi, LKTD, studi ekskursi, kelas XI yaitu; LKTL, Live In sosial, kelas XII yaitu; Orientasi profesi, retret, gladi rohani. Setiap selesai semua kegiatan selalu diadakan refleksi. Pengembangan diri dari presidium berupa kepanitiaan, yang diikuti semua siswa minimal satu kepanitiaan. Contoh kegiatan presidium yaitu liga JB, malam ekspresi. 96 Gb9. Kegiatan Orasi Siswa Sebagai Bekal Calon Presidium Berdasarkan observasi peneliti yang ditemani oleh alumni SMA De Britto memperhatikan sikap siswa dalam pelaksanaan orasi di Malioboro sebagai bukti keberanian siswa untuk mempengaruhi lingkungan sekitar. Selain melalui program bentuk kegiatan yang dilaksanakan setiap semester, Pamong juga mengupayakan pendidikan refleksi yang dilakukan setiap hari dan setiap kegiatannya. Berdasarkan pengamatan yang di lakukan oleh peneliti ketika jam pulang sekolah pada siang hari ada satu siswa yang masuk menuju ruang TU untuk memimpin doa Angelus dan melakukan eksamen refleksi siang hari dengan menggunakan iringan musik renungan yang dilakukan kurang lebih 20 menit. Hal tersebut sesuai dengan pendapat alumni SMA Kolese De Britto PD ; “Di sekolah setiap hari juga ada penanaman pendidikan kepemimpinan. Misalnya setelah pulang sekolah, jika ada permasalahan per angkatan atau satu lingkup sekolah kita mengadakan forum, mulai dari kubu-kubuan per angkatan, dsb. Hal itu dilakukan satu bulan sekali, dan sekarang jarang karena tergantung permasalahannya. Disetiap akhir jam pelajaran ada refleksi, karena meneladan pendidikan pola hidup Santo Ignatius 97 jadi tidak cuma melakukan pengalaman tetapi merefleksikan dari setiap pengalamannya agar bermanfaatbermanfaat. Hal itu dilakukan setiap hari selama 15-20 menit. ” PDw270117

3. Faktor pendukung dan hambatan penerapan pendidikan