84
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti untuk melihat kondisi lingkungan sekolah SMA Kolese De Britto memang sangat
mendukung proses pendidikan kepemimpinan. Lingkungan termasuk bentuk fisik sekolah, suasana, dan interaksi semua warga sekolah.
Terlihat saat pulang sekolah, siswa bermain di pos satpam sampai sore untuk basa-basi dengan meng
gunakan bahasa “Jawa ngoko”. Peneliti juga melihat siswa yang menyapa kakak angkatannya dengan sapaan
“dab” dan “bro”. Ada pula siswa yang menyapa guru dengan berteriak karena jarak yang agak jauh dengan sapaan sebagai berikut; “Pak, aku
pulang duluan ya”. Siswa menyapa guru dengan melambaikan tangan sambil tersenyum, dan guru itu pun juga menyambut dengan tersenyum.
2. Pelaksanaan Pendidikan Kepemimpinan dalam Sekolah Jesuit di
SMA Kolese De Britto Yogyakarta
a. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Kepemimpinan
Dalam melaksanakan pendidikan kepemimpinan, SMA Kolese De Britto Yogyakarta memeiliki berbagai strategi. Strategi pendidikan
kepemimpinan yang berlandaskan tujuan pendidikan Ignasian dijabarkan melalui berbagai cara.
1 Motto Sekolah
SMA Kolese De Britto memiliki motto sebagai strategi untuki mengarahk
an tujuan menuju visi sekolah yaitu “center for leadership learning
”. Motto dimaksudkan oleh Romo FJ dengan hal sebagai berikut;
85
“Kita memfokuskan pada leadership, sehingga motto ini ingin kita hidupi. De Britto diharapkan menjadi tempat
pembelajaran tentang leadership pada siapapun yang akan bertanya dan berbagi tentang leadership. Kalau ada sekolah
lain yang ingin tahu dan belajar kita terbuka termasuk kolese lain, kita bisa berbagi tentang leadership.
” FJw020217
Pak WD sebagai wakil kepala sekolah juga menyatakan serupa bahwa;
“Harapannya adalah lembaga ini menjadi rujukan sekolah lain yang ingin belajar soal kepemimpinan. Hal ini menjadi
cita-cita sekolah, dan itu menjadi roadmap untuk mencapai visi itu. WDw070217
Pak TW sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum menegaskan bahwa;
“Sebagai roadmap peta jalan sekolah agar sesuai dengan visi nya.
” TWw080217 Motto sekolah ini juga mendukung visi sekolah yaitu
menjadi Pendidikan swasta Katolik Jesuit berkarakteristik unggul dalam mendidik siswa menjadi pemimpin pengabdi yang cakap,
berhati nurani benar, dan berbela rasa. 2
Program Sekolah Dengan adanya visi sekolah dan motto untuk mengarahkan
visi tersebut, juga didukung strategi dengan program yang ada. Berdasarkan observasi peneliti di SMA Kolese De Britto terdapat
program sebagai strategi sekolah dalam upaya pendidikan kepemimpinan sebagai sekolah Jesuit yang mengadopsi nilai
spiritualitas Ignasian melalui berbagai program sebagai berikut;
86
Tabel 8. Data Program 3C+1L
LEADER OF SERVICE NO
Olah Budi Competence
Olah Raga Compassion
Olah Rasa Conscience
Olah Kepemimpinan Leadership
1. Proses belajar
sesuai kurikulum KTSP
Ekstrakurikuler olahraga
Retret Gladi Rohani Latihan Kepemimpinan
Tingkat Dasar LKTD 2.
Tutorial Ekstrakurikuler non
lahraga keterampilan
Ekaristi Latihan Kepemimpinan
Tingkat Lanjut LKTL 3.
Pengayaan Classmeeting
Live In Sosial Presidium
4. Lomba akademis
Ekstrakurikuler bidang seni
Kepanitiaan 5.
Orientasi profesi Pengurus kelas
6. Education fair
Program di atas sudah terangkum dalam penekanan nilai 3C+1L yang rutin dilaksanakan di setiap masa nya. Program ini merupakan
strategi sekolah sebagai upaya atau misi menuju visi nya menjadi kader pemimpin.
b. Proses pendidikan kepemimpinan
Berdasarkan landasan pendidikan Jesuit dengan menghidupi nilai-nilai Ignasian menjadikan dasar SMA Kolese De Britto dalam
menerapkan pendidikan kepemimpinan. Berdasarkan visinya juga untuk membentuk siswa menjadi kader pemimpin, maka sekolah
membentuk berbagai strategi melalui berbagai bentuk program dan kegiatan. Program pendidikan kepemimpinan ini juga terwujud dalam
penerapan setiap hari, dan tiap semester, yaitu sebagai berikut; Tabel 9. Program antar angkatan
Kelas X Kelas XI
Kelas XII Inisiasi
Panitia Inisiasi Panitia Inisiasi
LKTD LKTL dan bela
negara Retret Katolik
Studi ekskursi Live in sosial
Gladi rohani non Katolik Presidium
Presidium Orientasi profesi
Perwalian FOP Karya Ilmiah
87
Berdasarkan tabel di atas maka diuraikan penekanan nilai 3C+1L dalam setiap angkatan yaitu sebagai berikut;
Tabel 10. Komponen Nilai 3C+1L kelas X
No Komponen Nilai
Kepemimpinan Program
Deskripsi Proses Pendidikan
1. Competence
Kepandaian Lomba
akademis Dalam
kegiatan lomba
akademis, siswa
mengikuti perlombaan dari informasi yang
ada di sekolah, seperti; lomba debat, karya ilmiah, dan lomba
lain yang bersifat akademis. Siswa mendapat pengalaman
lomba untuk
melatih kemampuannya. Siswa bisa
merefleksikan makna
kegiatan lomba
untuk mengembangkan talentanya.
Perwalian Kegiatan perwalian dilakukan
oleh wali
kelas untuk
meningkatkan keakraban
antarsiswa dan menyelesaikan permasalahan yang mungkin
terjadi pada siswa terhadap warga sekolah siswa, guru,
karyawan. Siswa mampu menceritakan
keluh kesahnya
dan didengarkan
guru. Hal
tersebut mendidik
siswa untuk
meningkatkan kepedulian dan keterbukaan
antara siswa dan guru. 2.
Compassion Kepedulian
Ekstrakuriku ler
Olahraga Sebagai calon pemimpin, setiap
siswa harus sehat dan bugar serta
dapat berkembang
sewajarnya. Siswa di latih untuk mengembangkan
raganya. Kepedulian perlu di tingkatkan
dengan hati
dan seluruh
fisiknya. Siswa mendapat pengalaman
dari guru yang mengajari olahraga dan mampu meniru
serta mengembangkannya.
Siswa juga bisa memaknai ekstrakurikuler yang diikuti.
Ekstrakuriku ler
non olahraga
keterampila n
Dalam hal ini juga mendidik siswa untuk terampil dalam
berkarya, maka
sekolah mengadakan
ekstrakurikuler non
olahraga bidang
keterampilan. Siswa
mampu mengolah
kemampuannya dalam hal ketrampilan
dan bisa
memaknai apa yang telah diajarkan guru padanya.
3. Conscience
Hati Nurani Pembinaan
Rohani Kegiatan ibadah doa, renungan,
misa, pendalaman iman untuk menambah keimanan siswa
Guru dan siswa bersama- sama untuk ibadah kepada
Tuhan. Siswa
mampu merefleksikan kasih Tuhan
dalam hidup siswa sehari- hari
4. Leadership
Kepemimpinan Latihan
Kepemimpin an
Tingkat Dasar
LKTD Kegiatan ini wajib diikuti oleh
siswa kelas X. Dalam LKTD ini diberikana untuk menanamkan
butir-butir nilai kepemimpinan ke dalam diri siswa sejak dini.
Guru memberikan teladan dan materi agar dipahami
serta diikuti siswa. Siswa mendapat pengalaman dan
mampu memaknai materi kepemimpinan.
Presidium Presidium sebagai salah satu
upaya penanaman leadership melalui
bentuk organisasi,
namun pada pelaksanaan lebih pada kepanitiaan kegiatan yang
wajib diikuti oleh setiap siswa. Siswa diberikan kebebasan
organisasi agar
berlatih membuat
acara dan
berkomunikasi dalam
panitia. Siswa
diajak memaknai kepanitiaan.
88
Berdasarkan penjelasan tabel di atas melalui berbagai kegiatyan yang dilakukan sekolah untuk para siswa diperoleh peneliti melalui
observasi dan berdasarkan dokumen sekolah. Proses pendidikan yang terjadi yaitu upaya dari pendidik terutama pamong sekolah yang
dibantu oleh guru SMA De Britto untuk menjadi teladan dan fasilitator dalam kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan observasi
peneliti, dalam keseharian di sekolah guru juga memberikan contoh dan teladan untuk saling menyapa dan peduli antarteman sebagai
bentuk nilai pemimpin yang melayani.
Upaya pendidikan kepemimpinan dalam kelas X yaitu siswa mampu mengenal dirinya
sendiri dan memimpin dirinya sendiri. Bentuk evaluasi selain kemampuan yang didasarkan pedoman sekolah, terlebih melalui buku
refleksi setiap siswa untuk memaknai setiap kegiatan terhadap perkembangan pribadinya yang merupakan campur tangan Tuhan.
Setelah proses pendidikan kepemimpinan yang ada di kelas C, maka dilanjutkan pendidikan kepemimpinan di kelas XI. Pendidikan
kepemimpinan di kelas XI yaitu mendidik siswa untuk lebih mengenal dunia sekitar yang ada di sekolah. Pelaksanaan pendidikan tidak
terlepas dari peran antarkomponen pendidikan seperti guru, pamong sekolah, karyawan, dan sebagainya. Program kegiatan pendidikan
yang dilakukan di kelas XI yaitu sebagai berikut;
89
Tabel 11. Komponen Nilai 3C+1L kelas XI
N o
Komponen Nilai Kepemimpinan
Program Deskripsi
Proses Pendidikan 1.
Competence Kepandaian
Lomba akademis
Dalam kegiatan
lomba akademis, siswa mengikuti
perlombaan dari informasi yang ada di sekolah, seperti;
lomba debat, karya ilmiah, dan lomba
lain yang bersifat
akademis. Siswa dibiasakan oleh guru
untuk mengasah
kemampuannya untuk
berlomba. Siswa
juga dibiasakan mampu memaknai
perlombaan yang
diikuti terhadap perkembangan dirinya.
2. Compassion
Kepedulian Ekstrakurikuler
Olahraga Sebagai
calon pemimpin,
setiap siswa harus sehat dan bugar serta dapat berkembang
sewajarnya. Siswa di latih untuk
mengembangkan raganya. Kepedulian perlu di
tingkatkan dengan hati dan seluruh fisiknya.
Siswa dididik
oleh guru
ekstrakurikuler untuk berlatih sesuai minat bakatnya. Dengan
pengalaman berlatihnya siswa dididik untuk saling peduli
dengan
temannya dan
memaknai semua kegiatannya. Ekstrakurikuler
non olahraga
keterampilan Dalam hal ini juga mendidik
siswa untuk terampil dalam berkarya,
maka sekolah
mengadakan ekstrakurikuler
non olahraga
bidang keterampilan.
Siswa dididik untuk melatih bakat
minatnya dan
membimbing temannya. Siswa diajari
untuk berbagai
ketrampilan dengan temannya dan bisa memahami maksud
kepeduliannya. 3.
Conscience Hati Nurani
Pembinaan Rohani
Kegiatan ibadah
doa, renungan, misa, pendalaman
iman untuk
menambah keimanan siswa
Guru membiasakan
siswa melalui pengalaman ibadah di
sekolah untuk memaknai iman rohani masing-masing.
4. Leadership
Kepemimpinan Presidium
Presidium sebagai salah satu upaya penanaman leadership
melalui bentuk
organisasi, namun pada pelaksanaan lebih
pada kepanitiaan
kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap
siswa. Siswa mendapat pengalaman
nilai kepemimpinan
untuk mampu mempraktekannya dan
memaknai tujuan
presidium bagi perkembangan dirinya di
bawah awasan guru. Latihan
Kepemimpinan Tingkat Lanjut
LKTL LKTL wajib diikuti oleh siswa
kelas XI untuk berkembang menjadi kader pemimpin yang
berkepribadian, mandiri,
optimal, dan
utuh serta
mampu menggerakkan
perubahan leader
yang sesuai dengan visi sekolah.
Pendidikan kepemimpinan dari TNI militer untuk memberikan
pengalaman kepada siswa agar mampu
memaknai kepemimpinan yang bersifat
militer terhadap perkembangan pola pikirnya.
Berdasarkan tabel di atas melalui berbagai program pendidikan kepemimpinan yang menekankan nilai 3C+1L pada siswa yaitu
mendidik siswa agar mengenal lingkungannya dan mampu memimpin dalam kelompok. Dalam penelitian ini guru berperan sebagai
90
fasilitator dan pengawas siswa dalam beraktifitas untuk mendapatkan pengalaman baru. Pengalaman baru tersebut menjadi bahan renungan
siswa untuk merefleksikan diri agar ada niatan diri untuk bertindak lebih baik di hari berikutnya. Setelah mengenal dalam kelompok siswa
perlu dididik dalam tingkat lanjut yaitu di kelas XII yaitu sebagai berikut;
Tabel 12. Komponen Nilai 3C+1L kelas XII
N o
Komponen Nilai Kepemimpinan
Program Deskripsi
Proses Pendidikan 1.
Competence Kepandaian
Orientasi profesi
Orientasi profesi
yaitu kegiatan
siswa untuk
melihat langsung kaitan antara jurusan pilihan di
perguruan tinggi dengan profesi
yang dikuasai
siswa. Kegiatan ini wajib di ikuti oleh siswa kelas
XII yang berlangsung 3 hari di rumah keluarga
yang berprofesi relevan dengan jurusan yang di
pilih siswa. Siswa memperoleh pengalaman
mengenai infornasi profesi yang diinginkan.
Pengalaman yang
bersifat pengetahuan diperoleh dari alumni JB yang sesuai
dengan cita-cita siswa. Sekolah hanya
memfasilitasi secara
materi. Siswa
dididik untuk
mampu memaknai pengalaman untuk perkembangan pola pikir
dan bertindak untuk selanjutnya agar terarah dan baik.
Education fair
Sekolah menghadirkan
perguruan-perguruan tinggi negeri dan swasta
baik dalam maupun luar negeri. Melalui kegiatan
ini,
siswa mendapat
informasi yang jelas untuk membantu
siswa menentukan
pilihan jurusannya.
Siswa mendapat
pengalaman informasi dari perguruan tinggi.
Siswa diajak untuk menimbang- nimbang langkah yang akan
dilakukan dan mampu memaknai hal
tersebut terhadap
perkembangan pribadinya.
2. Conscience Hati
Nurani RetretGla
di Rohani Kegiatan ini wajib di
lakukan untuk kelas XII. Retret di lakukan untuk
siswa Katolik, dan gladi rohani untuk siswa non
Katolik.
Kegiatan ini
bertujuan untuk
menginternalisasikan nilai yang diperoleh.
Guru pamong sekolah mengajak siswa
untuk mengenal
dan merenungkan
sejauhmana keimanannya melalui ibadah dan
doa renungannya.
Siswa menerima nilai kerohanian dalam
merefleksikan dirinya
setelah melakukan rangkaian retret.
91
Berdasarkan dokumen sekolah dan observasi yang dilakukan peneliti mengenai pendidikan kepemimpinan, maka upaya pendidikan
kepemimpinan dalam kelas XII yaitu siswa mampu menjadi pribadi yang matang dan siap untuk mengenal dunia diluar yang akan datang
setelah lulus sekolah. berdasarkan pendidikan ini, guru pamong sekolah dibantu oleh pihak luar seperti alumni dan pihak lain yang
berkaitan membantu menjadi teladan dan fasilitator dalam menyalurkan value kepemimpinan yang melayani dalam bentuk
kepedulian dengan sesama didasari hati nurani yang benar. Setiap selesai mengikuti kegiatan pendidikan yang ada adalah refleksi sisa
untuk instropeksi diri agar membantu siswa dalam mengolah pikir, menata
hidup, dan
berperilaku. Harapannya
pendidikan kepemimpinan dari kelas X sampai XII mampu menjadi bekal siswa
untuk berperan dalam sekolah lanjut maupun masyarakat. Berdasarkan data di atas mengenai program kegiatan yang menekankan nilai
kepandaian, hati nurani, kepedulian, dan kepemimpinan.
Gb8. Kegiatan Siswa untuk Berkarya Menyablon Kaos
92
Berdasarkan observasi dan dokumentasi di atas membuktikan bahwa siswa di SMA De Britto menggunakan baju bebas dan mereka
sangat kreatif dalam hal seni. Dalam gambar terlihat siswa sedang memamerkan karya sablon yang bertuliskan De Britto. Berbagai
kegiatan lain yang termasuk penjabaran kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa sesuai minat bakatnya yaitu sebagai berikut;
Tabel 13. Cabang Ekstrakurikuler
NO CABANG EKSTRAKURIKULER
OLAHRAGA SENI
KETERAMPILAN 1.
Sepak bola Teater
Fotografi 2.
Basket Karawitan
Sinematografi 3.
Volly Musik band
Jurnalistik 4.
Tenis meja Breakdance
PADEBRI Pecinta Alam JB 5.
Tenis lapangan Sanggar seni
PMR 6.
Flagfootball Paduan suara
Desain grafis 7.
Renang English Club
8. Bulutangkis
9. Taekwondo
10. Pencak silat
11. Wingchun
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti ketika setiap hadir di sekolah selalu memperhatikan adanya eksamen refleksi
tengah hari yang dilakukan siswa setiap harinya. Memperhatikan program pendidikan kepemimpinan yang dilakukan setiap hari, maka
terdapat program lain yang dilakukan sekolah berdasar waktu masing- masing yaitu sebagai berikut;
Tabel 14. Aktualisasi program rutin pendidikan kepemimpinan
AKTUALISASI PROGRAM RUTIN PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN SETIAP HARI
PER MINGGUTAHUN Kedisplinan
Selamat Pagi De Britto JB Senin: Evaluasi – Apresiasi – Tema
Kegiatan Belajar Mengajar KBM Misa angkatan Kamis Perwalian
Doa Angelus Ekaristi
Misa Kelas Selasa-Rabu Retret Guru Karyawan
Ekstrakurikuler Kelompok minat bakat
93
Mengenai strategi dan program yang ada di sekolah SMA Kolese De Britto untuk pendidikan kepemimpinan seperti
diungkapkan pamong sekolah sebagai berikut; “Dalam konteks akademik, guru menginputkan value tentang
kepemimpinan dasar pendidikan Jesuit. Dalam sekolah tentang pendidikan kepemimpinan lebih banyak dalam kegiatan
pengembangan diri, seperti inisiasi yaitu mengenalkan budaya sekolah, kepanitiaan, live in secara berkelompok yang terawasi,
serba serbi input kelas XI masuk untuk sharing ke lapas wirogunan, dsb, studi ekskursi, LDK, LKTL, orientasi profesi,
dll. Semua itu mendidik anak untuk menjadi pemimpin yang memiliki 3C.
”APw070217 Pendidikan kepemimpinan ini juga terangkum pada kurikulum
yang mendasari pelaksanaan pendidikan sekolah. Program yang dijabarkan melalui kegiatan di sekolah terhitung banyak dan berjalan
sesuai rencana. Kegiatan ini juga diungkapkan pihak yang berwewenang yaitu pamong sekolah, Romo FJ;
“Ada dua bentuk kegiatan dari pamong dan setiap satu semester punya agenda besar. Kelas X mendapat inisiasi mengenali
sekolah ini masuk dalam tubuh De Britto, kelas XI dan XII sosialisasi sebagai panitia. Kelas X mendapat Latihan
Kepemimpinan Tingkat Dasar LKTD penekanannya mereka mengenal komunitas mereka, mengenali diri sendiri, kelas XI
mendapat Latihan Kepemimpinan Tingkat Lanjut LKTL mereka diharapkan untuk mengenal bela negara, XII ada
orientasi profesi live in ke tempat alumni yang mempunyai profesi sama. Di setiap akhir kegiatan ada refleksi. Semester
genap pada kelas X; studi ekskursi, live in sosial, retreat. Studi ekskursi mengajak siswa agar dekat alam ciptaan non manusia,
mereka diajak dekat dengan alam dan selama 4-5 hari siswa belajar kerajinan dalam kelompok batik, dawet, kerajinan dari
kelapa, fotografi, dll. Bagaimana siswa mengolah hasil alam dalam bentuk kerajinan termasuk belajar ketelitian. Kelas XI
mengajak siswa bersosialisasi dengan manusia lain melalui live
94
in sesuai kebutuhan. Siswa diajak berelasi dengan orang yang tersingkirkan jompo, cacat ganda dan menguji bagaimana
kamu memiliki hati nurani untuk sesama mendengarkan mereka yang tidak terdengarkan. Kelas XII mendidik siswa untuk
berelasi dengan Tuhan, untuk Katolik yaitu retret dan non Katolik melalui gladi rohani dengan dinamika yang hampir
sama. Dalam kegiatan presidium melalui kepanitiaan kegiatan. Kepanitiaan bukan karena dibuat heboh, tetapi belajar
kepemimpinan agar mengalami jadi panitia. Semua siswa minimal sekali menjadi panitia
.”FJw020217
Berdasarkan data di atas jelas pendidikan kepemimpinan dilaksanakan pada semua siswa SMA Kolese De Britto untuk
mendidik menjadi pemimpin yang berkompeten, berhati nurani, berbela rasa, dan berjiwa pemimpin. Dalam kegiatan ini peran utama
pamong sekolah sebagai pihak yang berwewenang sangat penting dengan bantuan dari berbagai pihak. Hal tersebut juga dijelaskan
Romo FJ sebagai pamong sebagai berikut; “Yang khas dari sekolah Jesuit juga yaitu cura personalis, yaitu
mencari kehendak Allah. Cura personalis bisa dikenali secara pribadi dengan kesadaran bahwa kita mencari yang paling baik
dalam proses, dialog colocium, tantangannya saya belum bisa berkomunikasi secara langsung kepada semua siswa dan
membutuhkan orang-orang yang menemani saya. Pamong dibantu sub pamong mengurus presensi keterlambatan, guru
piket membantu sub pamong, guru pendamping ekskul, guru BK, campus ministry kerohanian, presidium. Wali kelas
setahun dua kali melakukan wawancara, perwalian, ekskul pendampingan, dan BK sangat membantu. Mereka membuat
informasi ke saya tentang siswa prestasi akademik dan non akademik, sejarah keluarga yang membedakan sekolah ini
dengan sekolah lain adalah JB memiliki pamong yang mengurus ijin siswa dan semua tentang siswa. Setiap siswa yang ijin tidak
masuk, kita menelepon orangtua siswa. Saya butuh tim ini untuk menemani yaitu koordinator ekskul 3 orang, wali kelas
95
5 orang, guru piket 7 orang, campus ministry 3 orang, pendamping presidium 3 orang.
Berdasarkan data di atas pendidikan kepemimpinan yang dikelola oleh pamong sekolah dengan dukungan warga sekolah yang
bertujuan mendidik siswa menjadi pemimpin yang melayani sangat mempengaruhi. Program yang dipaparkan di atas terangkum dalam
tujuan pendidikan kepemimpinan dengan bekal program dari 3C. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dari Bapak WD selaku wakasek;
“Dari program 3C+1L, secara khusus ada kegiatan LDK, LKTL, pengelolaan event-event, presidium, live-in juga mengarah ke
3C. Keinginan kita adalah mendidik siswa menjadi pemimpin yang ber-3C.
”WDw070217 SMA Kolese De Britto dalam upaya menjalankan visinya
melalui pendidikan kepemimpinan SMA Kolese De Britto ada dalam bidang akademik dan non akademik. Dalam bidang akademik guru
menginputkan value kepemimpinan dalam pembelajaran. Dalam bidang non akademik ada program dari pamong dan presidium.
Program dari pamong untuk kelas X yaitu; inisiasi, LKTD, studi ekskursi, kelas XI yaitu; LKTL, Live In sosial, kelas XII yaitu;
Orientasi profesi, retret, gladi rohani. Setiap selesai semua kegiatan selalu diadakan refleksi. Pengembangan diri dari presidium berupa
kepanitiaan, yang diikuti semua siswa minimal satu kepanitiaan. Contoh kegiatan presidium yaitu liga JB, malam ekspresi.
96
Gb9. Kegiatan Orasi Siswa Sebagai Bekal Calon Presidium Berdasarkan observasi peneliti yang ditemani oleh alumni SMA
De Britto memperhatikan sikap siswa dalam pelaksanaan orasi di Malioboro sebagai bukti keberanian siswa untuk mempengaruhi
lingkungan sekitar. Selain melalui program bentuk kegiatan yang dilaksanakan setiap semester, Pamong juga mengupayakan pendidikan
refleksi yang dilakukan setiap hari dan setiap kegiatannya. Berdasarkan pengamatan yang di lakukan oleh peneliti ketika jam
pulang sekolah pada siang hari ada satu siswa yang masuk menuju ruang TU untuk memimpin doa Angelus dan melakukan eksamen
refleksi siang hari dengan menggunakan iringan musik renungan yang dilakukan kurang lebih 20 menit. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
alumni SMA Kolese De Britto PD ; “Di sekolah setiap hari juga ada penanaman pendidikan
kepemimpinan. Misalnya setelah pulang sekolah, jika ada permasalahan per angkatan atau satu lingkup sekolah kita
mengadakan forum, mulai dari kubu-kubuan per angkatan, dsb. Hal itu dilakukan satu bulan sekali, dan sekarang jarang karena
tergantung permasalahannya. Disetiap akhir jam pelajaran ada refleksi, karena meneladan pendidikan pola hidup Santo Ignatius
97
jadi tidak cuma melakukan pengalaman tetapi merefleksikan dari setiap pengalamannya agar bermanfaatbermanfaat. Hal itu
dilakukan setiap hari selama 15-20 menit. ” PDw270117
3. Faktor pendukung dan hambatan penerapan pendidikan