Komponen – komponen dalam Pendidikan Kepemimpinan di SMA

75

B. Hasil Penelitian

1. Komponen – komponen dalam Pendidikan Kepemimpinan di SMA

Kolese De Britto Yogyakarta a. Landasan NormatifValues Pendidikan Kepemimpinan SMA Kolese De Britto Yogyakarta merupakan salah satu sekolah Jesuit di Indonesia yang menerapkan pendidikan kepemimpinan untuk mendidik manusia muda. Pendidikan kepemimpinan di SMA Kolese De Britto berdasarkan visi spiritual Santo Ignatius Loyola. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan pamong sekolah. Beliau mengatakan: “Para Jesuit memiliki perhatian pada pendidikan orang muda. Dalam sejarahnya, Ignatius menyadari bahwa pada konteks jaman waktu itu di Eropa situasi politik dan gereja sangat kacau. Lalu Ignasius memulai reformasi perbaikan gereja kualitas hidup manusia dengan pembaharuan dari dalam. Ignasius menekankan pendidikan orang muda untuk menjadi pemimpin dan bisa merubah dunia. Dengan memberi bekal pendidikan pada orang muda harapannya agar kedepannya orang muda bisa memimpin di berbagai tempat bangsa, dsb. FJw020217 Hal senada diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum yaitu sebagai berikut; “Menumbuhkan kepemimpinan diturunkan dari visi misi sekolah yaitu kepemimpinan pelayanan leader of service. Bagian kurikulum menjadi sarana dalam bidang akademik dan non akademik dalam pendidikan kepemimpinan. Secara akademik ada dinamika pengajaran diarahkan membentuk jiwa kepemimpinan pelayanan dalam pembelajaran. ” TWw080217 76 Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa Para Jesuit yang mengilhami kepribadian Igantius Loyola, berkehendak memperbaiki kualitas generasi muda melalui pendidikan kepemimpinan yang melayani leader of service. SMA Kolese De Britto Yogyakarta menjadikan nilai spiritualitas Ignasian sebagai landasan pendidikan kepemimpinan. Hal itu dibuktikan melalui ungkapan kepala sekolah De Britto yaitu sebagai berikut; “Sebagai sekolah Katolik, pemimpin yang diacu adalah Nabi Isa Yesus Kristus. Dasar sekolah ini adalah kepemimpinan Jesuit seperti Ignastius Loyola sebagai pendiri ordo Jesuit. Iganius Loyola menjadi inspirasi sekolah De Britto. Jadi spiritualitas yang dihayati yaitu spiritualitas Ignatius, sedangkan De Britto sebagai nama pelindung. Dua tokoh ini menjadi landasan inspirasi pendidikan kepemimpinan di SMA Kolese De Brito. ” APw070217 Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan pamong sekolah menegaskan pernyataan sebagai berikut; “Dalam konteks De Britto, landasan mendidik anak bukan hanya lulus secara kognitif. Pendidikan lebih membekali agar menjadi pemimpin pemimpin keluarga, diri sendiri, dalam jenjang karir dalam masyarakat. Kita sudah punya dasar nilai 4C yaitu, competence; bagaimana siswa diharapkan mempunyai pengetahuan seluas-luasnya, consience; bagaimana hati nurani diarahkan pada hati nurnai yang benar, compasion; bagaimana tangan ini membantu hati, comittmen; bagaimana kita membantu saudara kita yang mengalami ketidakadilan, tersingkirkan, dan lemah. Dan semua ini di dalam pendidikan De Britto yang ingin kita dasari menjadi pemimpin yang memiliki kompetensi, hati nurani benar, mengulurkan tangan, dan membela mereka yang mengalami ketidakadilan. SMA Kolese De Britto memiliki kekhasan yaitu leadership yang memiliki kompetensi, hati nurani benar, bisa mengulurkan tangan, memperhatikan orang yang mengalami ketidakadilan. ” FJw020217 77 Hal senada dengan pendapat di atas juga diungkapkan oleh Pak TW, yaitu sebagai berikut; “Landasan dari St. Ignatius adalah kepemimpinan Jesuit itu sendiri. Dalam perbuatan yaitu memilih dan mempertanggungjawabkan, cara berpikir, bertindak, juga mengilhami tokoh St. Ignatius sendiri. Kurikulum juga mendasarkan pada pendidikan Ignatius yang terwujud dalam akademik dan non akademik. Dalam akademik mengupayakan agar pelajaran dibawa pada nilai-nilai kepemimpinan yaitu kejujuran, semangat, tanggungjawab, kepedulian. ” TWw080217 Berdasarkan data di atas menjelaskan bahwa dasar pendidikan kepemimpinan di SMA Kolese De Britto berlandaskan spiritualitas Ignatius Loyola yang meneladani kepemimpinan dan ajaran kasih dari Nabi Isa Yesus Kristus. Pendidikan kepemimpinan yang diterapkan di SMA Kolese De Britto Yogyakarta melandaskan pendidikan Jesuit. Pendidikan kepemimpinan yang diharapkan di SMA Kolese De Britto adalah pemimpin melayani leader of service yang unggul dalam kognitif, hati nurani, bela rasa, dan jiwa kepemimpinan 3C+1L. Dengan landasan pendidikan spiritualitas Ignasian Pedagodi Ignasian tentu menerapkan nilai-nilai Ignasian dalam sekolah Jesuit di SMA Kolese De Britto. Pendidikan kepemimpinan dalam sekolah Jesuit di SMA Kolese De Britto sudah ada sejak lama namun baru terumuskan kurang lebih 4 tahun terakhir. SMA Kolese De Britto menerapkan pendidikan kepemimpinan untuk menghidupi nilai spiritual St.Ignatius Loyola. Segala sistem pendidikan kepemimpinan 78 juga mengacu pada nilai-nilai Jesuit yang dilakukan Ignatius. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan siswa kelas XII IPA 1 SMA De Britto, yang menjabat sebagai ketua presidium WK; “Disini ada spiritualitas Ignasian, jadi kita meneladani Ignastius sebagi model di kolese De Britto dan bagaimana kita bisa berbuat dengan menyadari bahwa Tuhan ada disekitar kita. Kekhususan kepemimpinan sekolah Jesuit menjadi spriritualitas yang kita hayati yaitu 3 C. Perbedaan sekolah De Britto dengan yang lain yaitu tidak terikat dengan seragam karena sekolah ingin siswa dengan pribadi yang otentik bukan diseragamkan, dan kepemimpinan yang memiliki 3C.” WKw270117 Hal ini juga ditegaskan oleh wakil kepala sekolah bidang humas WD yang mengungkapkan hal serupa; “Valeunya adalah kepemimpinan yang 3C+1L competence, compassion, conscience, and leadership ”WDw070217 Berdasarkan nilai-nilai Jesuit yang dihidupi di SMA Kolese De Britto Yogyakarta juga dipahami oleh semua warga sekolah De Britto Yogyakarta. Pendidikan kepemimpinan dalam sekolah De Britto juga menjadi pendidikan bagi semua warga sekolah. Nilai-nilai spiritualitas Ignasian bertujuan untuk mendidik siswa menjadi pemimpin melayani yang unggul dalam kompetensi, hati nurani, berbela rasa, dan berjiwa pemimpin. Nilai spiritualitas Ignasian yaitu kepemimpinan yang bertanggungjawab, refleksi diri, berbuat kasih, dan sebagainya. Dengan berdasarkan landasan pendidikan kepemimpinan Jesuit juga mempunyai tujuan untuk mencapai visi sekolah. Hal berikut juga di ungkapkan oleh AP selaku kepala sekolah mengenai harapan output 79 peserta didik setelah mendapat pendidikan kepemimpinan yaitu sebagai berikut; “Harapan output nya yaitu lulusan De Britto bisa memimpin dirinya sendiri, seperti halnya alumni bisa memiliki sikap yang bisa bertanggungjawab atas pilihannya. Bisa menjadi pengaruh, pelopor, dan leader dalam lingkupnya. Arahnya menjadi leader yang memperjuangkan keadilan sosial. ” APw070217 Hal senada juga di ungkapkan oleh FJ selaku pamong sekolah yaitu ; “Pendidikan di kelas X berharap agar siswa memperdalam spiritualitas dan mengenal diri sendiri, dan kelas XI siswa keluar dari diri sendiri yai tu memimpin kelompok dan kegiatan.” FJw020217 Hal tersebut di pertegas oleh PD selaku alumni SMA Kolese De Britto yaitu; “Siswa dididik menjadi pemimpin yang melayani, bukan hanya menyuruh tetapi berani bekerja di dalam programnya. Prinsipnya To service to competence, compasion, consience harapannya menjadi pemimpin pengabdi yang cakap memiliki kompetensi unggul pemikiran tinggi, bertanggung jawab, dan berhati nurani. ” PDw270217 Berdasarkan pendapat dari berbagai komponen pendidikan di atas dapat di simpulkan bahwa adanya tujuan dan harapan sekolah terhadap adanya pendidikan kepemimpinan yaitu menjadikan siswa menjadi kader pemimpin yang cakap dalam kompetensi, hati nurani, kepedulian, dan jiwa kepemimpinannya. b. Stake Holders 80 Dalam pendidikan kepemimpinan ini membutuhkan komponen- komponen pendidikan seperti kepala sekolah, guru, siswa, kurikulum, lingkungan, dan segala hal yang mendukung terlaksananya pendidikan kepemimpinan di SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Hal tersebut seperti dikatakan oleh pamong sekolah Romo FJ tentang komponen- komponen pendidikan kepemimpinan yaitu; “Seluruh dari civitas academica warga sekolah De Britto, seperti direksi, karyawan, guru yang setiap hari bertemu siswa, siswa. Berawal dari Ignatius dalam sekolah Jesuit, dan sekolah De Britto kemudian keseluruhan pendidik di SMA Kolese De Britto. Teman mereka pun menjadi sarana dalam pendidikan leadership. ” FJw020217 Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah Pak AP yaitu; “Semua orang dewasa berperan di SMA ini, yaitu guru, karyawan, murid, dan semua warga sekolah. Semua orang terlibat disekolah ini, misalkan orangtua pun yang hadir di sekolah juga terlibat dalam pendidikan kepemimpinan. Secara formal, ada formasi yaitu kepala sekolah, wakil-wakil kepala sekolah, guru. Tujuan pendidikan dari negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, dan masing-masing sekolah memiliki ciri khas yang berbeda termasuk di De Britto mencirikhaskan yaitu leadership. ” APw070217 Ditegaskan oleh Pak TW sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum yaitu sebagai berikut; “Yang berperan adalah semua warga sekolah yang ada di SMA Kolese De Britto Yogyakarta. ”TWw080217 Seperti hal yang diungkapkan oleh pamong sekolah yang mempunyai wewenang mengenai pendidikan kepemimpinan ini yaitu sebagai berikut; 81 “Formasi yang berarti membadankan nilai spiritualitas Ignasian pada guru, karyawan, siswa, bahkan orangtua siswa supaya gagasan pendiri sekolah kita itu nyambung. Termasuk karyawan sekolah juga berperan. Ketika anak disekolah mendapat pendidikan bersama sekolah, dan mengajak orangtua untuk sosialisasi Ignasian informasion for parent. Hal tersebut menghindari agar jangan sampai pendidikan di rumah menjadi mentah lagi” FJw020217 Pendidikan kepemimpinan di SMA Kolese De Britto Yogyakarta memang melibatkan seluruh warga sekolah untuk menghidupi nilai- nilai kepemimpinan Ignasian. 1 Kepala Sekolah Dengan berbagai komponen pendidikan yang ada di SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam upaya mendukung pendidikan kepemimpinan, maka diperlukan interaksi antar komponen. Berikut diungkapkan Bapak AP selaku kepala sekolah terkait interaksi pendidikan kepemimpinan‟ “Interaksi kepala sekolah yaitu menyusun program, mensosialisasikan program ke warga sekolah, mengontrol dan mendelegasikan kegiatan. Pada saat tertentu melakukan kegiatan forum di aula. Interaksi tidak harus langsung tetapi juga mendapat persetujuan dari semua warga sekolah. Jadi interaksi bukan hanya top down, tetapi lebih ada timbal b alik.” AP070217 Berdasarkan data di atas dan juga berdasaran observasi, peneliti melihat bahwa peran kepala sekolah sebagai pengarah semua warga sekolah untuk mencapai visi sekolah. setiap hari Senin, Kepala Sekolah mengadakan rapat untuk semua pendidik SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Berdasarkan informasi dari 82 kepala sekolah, bahwa kepala sekolah berperan untuk memberikan sosialisasi dan kontrak pendidikan bagi orangtua siswa baru yang bersekolah di De Britto dalam rangka inisiasi, dan bertujuan untuk memberikan informasi pendidikan kepemimpinan yang akan diberikan untuk siswa. Hal tersebut juga merupakan peran kepala sekolah untuk menjalin kerjasama terhadap semua orangtua yang mempercayakan sekolah untuk mendidik putra-putrinya. 2 Pendidik Guru, Pamong Sekolah Peran yang sangat penting dalam proses pendidikan kepemimpinan adalah pendidik guru, pamong sekolah. Berikut juga diungkapkan Romo FJ selaku pamong yang banyak berperan dalam pendidikan kepemimpinan, yaitu sebagai berikut; “Yang khas dari sekolah Jesuit adalah cura personalis, yaitu mencari kehendak Allah. Cura personalis bisa dikenali secara pribadi dengan kesadaran bahwa kita mencari yang paling baik dalam proses. Dalam dialog colocium, tantangannya yaitu belum bisa berkomunikasi secara langsung kepada semua siswa dan membutuhkan orang-orang yang menemani saya. Pamong butuh tim untuk menemani yaitu koordinator ekskul 3 orang, wali kelas 5 orang, guru piket 7 orang, campus ministry 3 orang, pendamping presidium 3 orang. Sehingga formasinya jelas dan berjalan dengan baik. ” FJw020217 Berdasarkan pendapat di atas menjelaskan bahwa kinerja pendidik membutuhkan kerja sama dari komponen pendidik yang berkaitan. Hal tersebut juga berkaitan dengan interaksi yang di lakukan peserta didik. 3 Peserta Didik 83 Hal senada juga diungkapkan oleh siswa SMA Kolese De Britto bernama WK mengenai interaksi yaitu; “Interaksi dekat dengan karyawan, satpam, rumah tangga, karyawan, teman-teman dan guru karena memang mencari relasi. ” WK270117 Berbagai data di atas menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan kepemimpinan juga sangat membutuhkan peran dan interaksi dari berbagai komponen pendidikan di SMA Kolese De Britto Yogyakarta yaitu antara pendidik dan peserta didik yang dipengaruhi oleh lingkungan. Gb7. Interaksi Pendidik dan Siswa Dalam Pelajaran Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti menghasilkan dokumentasi berupa fenomena guru yang sedang men-transfer value pada siswa. Terlihat bahwa siswa De Britto adalah homogen laki-laki. Mereka saling berperan dalam bidang masing-masing yang bertujuan untuk mendidik siswa memiliki jiwa kepemimpinan melayani dengan berbekal nilai 3C+1L. c. Lingkungan 84 Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti untuk melihat kondisi lingkungan sekolah SMA Kolese De Britto memang sangat mendukung proses pendidikan kepemimpinan. Lingkungan termasuk bentuk fisik sekolah, suasana, dan interaksi semua warga sekolah. Terlihat saat pulang sekolah, siswa bermain di pos satpam sampai sore untuk basa-basi dengan meng gunakan bahasa “Jawa ngoko”. Peneliti juga melihat siswa yang menyapa kakak angkatannya dengan sapaan “dab” dan “bro”. Ada pula siswa yang menyapa guru dengan berteriak karena jarak yang agak jauh dengan sapaan sebagai berikut; “Pak, aku pulang duluan ya”. Siswa menyapa guru dengan melambaikan tangan sambil tersenyum, dan guru itu pun juga menyambut dengan tersenyum.

2. Pelaksanaan Pendidikan Kepemimpinan dalam Sekolah Jesuit di