41
bertanggungjawab atas pendidikannya sendiri Hartoko, 1991:207. Hartono 1991:205 menjelaskan bahwa hasil pendidikan Jesuit diukur
bukan dari hasil akademik para siswa atau keahlian dan kecakapan para guru, melainkan berdasarkan kualitas hidup. Pendidikan Jesuit
mengakui bahwa pertumbuhan intelektual, emosional, rohani, diteruskan selama hidup oleh anggota dewasa dari lingkungan
pendidikan, dan program formasi yang terus disediakan untuk membantu dalam pertumbuhan tersebut Hartoko, 1991: 207.
Dick Hartoko 1991:209 menjelaskan bahwa pusat perhatian sekolah Jesuit yaitu pendidikan ke arah keadilan. Pendidikan ini
mempunyai tiga aspek yang berbeda, yaitu; 1
Masalah keadilan hendaknya dibahas dalam kurikulum 2
Kebijakan dan program sekolah Jesuit memberikan kesaksian yang nyata akan iman yang mampu memperjuangkan keadilan
3 Tidak ada pertobatan yang sejati ke arah keadilan, kalau tidak ada
pelaksanaan dan wujud yang konkret dari keadilan
b. Paradigma Pedagogi Ignasian
Ajaran pendidikan Jesuit dikenal dengan Pedagogi Ignasian yang berarti cara para pengajar mendampingi siswa dalam
perkembangan pribadinya, yang dilandasi spiritualitas Santo Ignatius Loyola. Paradigma Pedagogi Ignasian PPI juga sering disebut
Paradigma Pedagogi Reflektif PPR. Subroto 1995:6 menjelaskan Paradigma Pedagogi Ignasian ini sebagai cara mendidik dan
membentuk menjadi seorang pemimpin yang cakap, berkompeten, berhati nurani benar, dan berbela rasa. Paradigma Pedagogi Ignasian
42
sangat sesuai dengan visi dan misi pendidikan Ignasian, yang meliputi pengisian pendekatan terhadap nilai belajar dalam kurikulum yang
berlaku. Driyarkara dalam Sindhunata, 200:40 berpendapat bahwa
dalam pendidikan, manusia sebagai kawan bagi sesamanya juga berdasar dari tiga pilar pendidikan yaitu; humanistik, dialogik, dan
reflektif. Paradigma Pedagogi Ignasian PPI sebagai alat efektif dalam meningkatkan kinerja guru dan siswa dalam pembelajaran.
Dalam paradigma pedagogi Ignasian ini mencakup lima langkah pokok yaitu;
a Konteks
Pemahaman konteks adalah bentuk konkrit perhatian, dan kepedulian terhadapa siswa. Pemahaman konteks membantu para
guru dalam menciptakan hubungan yang dicirikan oleh autentisitas dan kebenaran. Jika suasana pembelajaran kondusif,
maka siswa akan mengalami bahwa oranglain adalah teman sejati dalam proses belajar. Student Handbook JB 2013-3014
b Pengalaman
Pengalaman adalah mengenyam sesuatu dalam batin. Pemahaman tidak hanya terbatas pada aspek intelektual, tetapi
mencakup keseluruhan pribadi, budi, perasaan, dan kemauan masuk dalam pengalaman ranah kognitif dan afektif belajar.
Pengalaman bersifat langsung dan tidak langsung. Pengalaman
43
langsung dalam pendidikan yaitu melalui percobaan, diskusi, penelitian, proyek pelayanan, dan sebagainya. Pengalaman tidak
langsung bisa
terjadi melalui
membaca, melihat,
dan mendengarkan Student Handbook JB 2013-3014.
c Refleksi
Subroto 1995:12 menjelaskan bahwa refleksi merupakan permenungan untuk membantu menemukan makna dari
pengalaman manusiawi. Refleksi dilakukan dengan memahami arti tentang implementasinya, mencapai insights pribadi ke dalam
peristiwa, dan memahami siapa dirinya dan apa yang dilakukan. Refleksi dalam pendidikan dilakukan melalui menyimak kembali
secara intensif terhadap pengalaman belajar, seperti materi pelajaran, pengalaman, pemahaman menangkap makna. Siswa
dididik untuk merefleksikan hidupnya karena siswa dibimbing agar menyadari bahwa Tuhan selalu berkarya dalam hidupnya
Student Handbook JB 2013-3014. d
Aksi Aksi merupakan perwujudan pengalaman baru berdasar
hasil refleksi sebelumnya. Refleksi yang bermula dari pengalaman harus berakhir pada realitas pengalaman yang baru
wujud pengambilan sikap atau tindakan. Tindakan yang terkandung pemahaman, keyakinan, dan keputusan dilakukan
karena berawal dari kesadaran akan mengambil sebuah tindakan.
44
Keinginan aksi yang dilakukan pun bisa berdasarkan pilihan batin dan lahiriah. Siswa diajak untuk lebih berpikir dan menggunakan
hati nurani. Diharapkan siswa mampu merefleksikan dan memilih bahwa aksi sebagai niat diri untuk berkembang dalam kehendak
Tuhan. Hal ini mendidik siswa menjadi berkembang lebih dewasa dalam hidupnya sehari-hari Student Handbook JB2013-2014.
e Evaluasi
Evaluasi mencakup dua hal yaitu menilai kemajuan akademis dan kemajuan pembentukan pribadi siswa secara
menyeluruh. Untuk mengetahui perkembangan pribadi, guru dapat melakukannya dengan mengadakan hubungan interpersonal
dengan siswa, angket, dan pengamatan terhadap perilaku para siswa. Dalam hal evaluasi ini guru perlu memeperhatikan umur,
bakat, kemampuan, dan tingkat kedewasaan setiap siswa Student Handbook JB 2013-2014.
Melalui penjelasan teori di atas maka dapat di simpulkan bahwa Paradigma Pedagogi Ignasian sebagai landasan proses pendidikan
untuk mendidik siswa mencapai kedewasaannya.
c. Kepemimpinan Jesuit