4. The Demonstration Model
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari bawah. Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok
guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil,hanya mencakup suatu
atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum. Karena sifatnya ingin mengubah atau
mengganti kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum sering mendapat tantangan dari pihak-pihak tertentu.
Ada dua variasi model demonstrasi ini. Pertama, sekelompok guru
dari satu
sekolah atau
beberapa sekolah
ditunjuk untuk
melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum. Kedua, beberapa orang guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang
ada, mencoba mengadakan penelitian dan pengembangan sendiri.
5. Tabas Inverted Model
Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi. Menurutnya pengembangan
kurikulum yang lebih mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru adalah yang bersifat induktif, yang merupakan inversi atau arah terbalik
dari model tradisional. Ada lima langkah pengembangan kurikulum model Taba, yaitu:
1. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru 2. Menguji unit eksperimen.
3. Mengadakan revisi dan konsolidasi 4. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum.
5. Implemenasi dan diseminasi, yaitu menerapkan kurikulum baru ini pada daerah atau sekolah-sekolah yang lebih luas.
6. Rogers Interpersonat Relations Model
Ada 4 langkah pengembangan kurikulum model Rogers, yaitu: a. Pemilihan target dari sistem pendidikan.
b. Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. c. Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas
atau unit pelajaran. d. Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelornpok
7. The Systematic Action-Research Model
Model kurikulum
ini didasarkan
pada asumsi
bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup
suatu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan
masyarakat. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga hal itu: hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat, serta
wibawa dari pengetahuan profesional. Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para orang tua, tokoh masyarakat,
pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain, mempunyai pandangan tentang bagaimana pendidikan, bagaimana anak belajar, dan bagaimana peranan
kurikulum dalam pendidikan dan pengajaran. Penyusunan kurikulum
harus memasukkan pandangan dan harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah dengan prosedur action
research .
Langkah pertama, mengadakan kajian secara saksama tentang masalah-masalah kurikulum, berupa pengumpulan data yang bersifat
menyeluruh, dan mengidentifikasi faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut. Dari hasil kajian tersebut dapat
disusun rencana yang menyeluruh tentang cara-cara mengatasi masalah tersebut, serta tindakan pertama yang harus diambil. Kedua, implementasi
dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama. Tindakan ini segera diikuti oleh kegiatan pengumpulan data dan fakta-fakta. Kegiatan
pengumpulan data ini mempunyai beberapa fungsi: 1 menyiapkan data bagi evaluasi tindakan, 2 sebagai bahan pemahaman tentang masalah
yang dihadapi, 3 sebagai bahan untuk menilai kembali dan mengadakan modifikasi, 4 sebagai bahan untuk menentukan tindakan lebih lanjut.
8. Emerging Technical Modets