Kondisi Kesehatan Predisposing factors atau faktor predisposisi merupakan faktor-

Bayi sebaiknya dihindari sampai semua lesi aktif telah diterapi hingga tuntas Ibu yang menderita penyakit jantung sebaiknya tidak menyusui bayinya yang apabila menyusui dapat terjadi gagal jantung. Selain itu, pemberian ASI juga menjadi kontraindikasi bagi bayi yang menderita galaktosemia yaitu keadaan kongenital dimana dalam hal ini bayi tidak mempunyai enzim galaktase sehingga galaktosa tidak dapat dipecah menjadi glukosa dan akan berpengaruh pada perkembangan bayi Kosim, Yunanto, Dewi, Sarosa, Usman, 2010. Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Ada berbagai kondisi bayi yang membuatnya sulit menyusu kepada ibunya antara lain bayi yang lahir prematur, kelainan pada bibir bayi dan penyakit kuning pada bayi yang baru lahir Prasetyono, 2012. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI Pudjiadi, 2001. 2.6.7 Tempat Bersalin Tempat bersalin memiliki peranan dalam pencapaian pemberian ASI eksklusif.Penelitian yang dilakukan Kusnadi 2007 dalam Lestari 2009 menunjukkan proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melakukan persalinan menggunakan fasilitas kesehatan lebih besar jika dibandingkan dengan ibu yang tidak menggunakan fasilitas kesehatan.Hal ini dapat disebabkan oleh ibu yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan mendapatkan info lebih baik tentang ASI eksklusif daripada yang bersalin di fasilitas non kesehatan.

2.6.8 Penolong persalinan

Keberhasilan menyusui bayi tidak hanya dipengaruhi oleh tempat ibu bersalin tetapi juga sangat bergantung terhadap petugas kesehatan. Penolong persalinan penting untuk keberhasilan pemberian ASI eksklusif karena penolong persalinan adalah orang yang akan memantapkan menyusui pada periode awal pasca persalinan. Tenaga kesehatan dengan pengetahuan cukup tentang ASI akan memungkinkan ibu lebih berhasil dalam menyusui Depkes, 2007 Hasil penelitian Amalia dan Yovsyah 2009 menunjukkan adanya hubungan signifikan antara perilaku penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini diperkuat dengan penelitian Linda Amelia 2006 menunjukkan hubungan yang sigifikan antara penolong persalinan dengan tindakan pemberian ASI segera pada bayi baru lahir. Dari penelitian ini terlihat bahwa kemungkinan pembe rian ASI segera pada bayi baru lahir pada perilaku penolong persalinan yang memberikan bayi pada ibu untuk disusui lebih besar untuk memberikan ASI dibandingkan dengan perilaku penolong persalinan yang hanya menganjurkan ibu untuk memberikan ASI segera pada bayi baru lahir.

2.6.9 Dukungan Petugas Kesehatan

Menurut Green 1980 dalam Notoatmodjo 2003 perilaku terbentuk karena faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas lain yang merupakan referensi dari perilaku masyarakat. Sebagai seorang yang dipercayai ibu-ibu dalam mengatasi masalah bayi, tenaga kesehatan hendaknya memberikan nasihat kepada seorang ibu permulaan menyusui, agar dapat mengukuhkan kepercayaan dirinya atas kesanggupan menyusui dan bersikap mendukung penilaian bahwa menyusui adalah suatu fungsi alamiah yang sempurna Jellife, 1994 Menurut Soetjiningsih 1997 pemberian ASI belum secara optimal diberikan oleh ibu-ibu disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan mengenai cara pemberian ASI yang baik dan benar kepada ibu dan keluarga. Bebrapa penelitian membuktikan bahwa sikap petugas kesehatan sangat mempengaruhi pemilihan makanan bayi oleh ibunya.Pengaruh ini dapat berupa sikap negatif secara pasif, yang dinyatakan dengan tidak menganjurkan dan tidak membantu bila ada kesulitan laktasi. Sikap ini bisa pula secara aktif misalnya bila ada kesulitan laktasi, malah petugas sendiri yang menganjurkan untuk memberikan susu botl kepada bayi. Berdasarkan penelitian Pinem 2010 menyebutkan faktor petugas kesehatan sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif.Sebanyak 60 responden mengatakan tidak pernah mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dari petugas kesehatan. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa ibu yang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan berpeluang 5,627 kali dalam pemberian ASI eksklusif dibandingkan dengan yang tidak mendapat dukungan dari petugas kesehatan Nupelita, 2007.

2.6.10 Dukungan Keluarga

Dorongan keluarga merupakan sesuatu yang cukup penting untuk menentukkan kegagalan atau keberhasilan seorang ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya Green, 1980. Keluarga suami, orang tua, mertua, ipar, dan sebagainya perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara eksklusif, misalnya untuk menggantikan sementara tugas rumah tangga ibu seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah Afifah, 2009. Dorongan keluarga untuk melakukan ASI eksklusif umumnya adalah suami dan orang tua.Suami dan orang tua adalah orang terdekat yang dapat mempengaruhi seorang ibu untuk tetap menyusui secara eksklusif atau malah memberikan makanan minuman tambahan kepada bayi.Bentuk dukungan suami berupa nasihat untuk memberikan hanya ASI eksklusif saja kepada bayinya, membantu ibu bila lelah, dan membantu melakukan pekerjaan rumah. Sedangkan dukungan orang tua lebih terlihat untuk mempengaruhi ibu memberikan makanan atau minuman tambahan sebelum bayi mereka berusia 6 bulan Fika dan Syafiq, 2009. Studi pada tahun 2010 menunjukkan 13 ibu memutuskan untuk memberikan ASI atau susu formula karena pengaruh dari ibu dan saudara perempuannya Swarts, Kruger, dan Dolman, 2010. Hasil penelitian kualitatif Fika dan Syafiq 2009 menyatakan bahwa sebagian besar ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya mendapatkan dukungan dari suaminya.Sedangkan pada orang tua perannya kurang terlihat. Namun, pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sangat terlihat bagaimana peran orang tua untuk mempengaruhi pemberian makanan tambahan. Sedangkan peran suami ada yang mendapat dukungan, tapi sebagian lainnya menyerahkan keputusan menyusui kepada ibu, artinya suami tidak memberikan dorongan kepada ibu untuk menyusui.

2.7 Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini mengacu pada model PRECEDE Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation yang dikembangkan oleh Green 1980, yang dimodifikasi dengan teori Unicef 1990 , Ebrahim 1986, dan Akre 1994.

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Binjai Estate Tahun 2009

0 37 102

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0- 12 Bulan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

3 10 60

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BAYI USIA 0-6 BULAN PADA IBU BEKERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK SIMONGAN SEMARANG.

0 4 8

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIBOLERANG KOTA BANDUNG.

0 0 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDARHARJO SEMARANG TAHUN 2016 - UDiNus Repository

0 0 3

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI BAYI USIA <6 BULAN

0 0 12

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas

0 0 11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKBERHASILAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUALAMAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Ketidakberhasilan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pakualaman Kota

0 1 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU PEMBERIAN MP ASI PADA BAYI USIA 6-9 BULAN DI KELURAHAN SOROSUTAN KOTA YOGYAKARTA 2016

0 0 14

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAMPILAN YOGYAKARTA

0 0 11