DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Teori ......................................................................................................36
3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................................41
4.1 Skema Penelitian ....................................................................................................56
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah Gizi di Indonesia sampai saat ini masih memprihatinkan. Terbukti dengan masih tingginya angka kejadian malnutrisi di Indonesia
dan angka kematian ibu, kematian bayi dan balita. Data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2013 menyebutkan prevalensi balita kurang gizi
underweight sebesar 19,6 , prevalensi balita pendek dan sangat pendek stunting sebesar 37,2 , serta prevalensi balita kurus dan sangat kurus
wasting sebesar 12,1. Sedangkan berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012 diperoleh bahwa angka kematian
ibu adalah 359100.000 KH, angka kematian balita sebesar 401000 KH, dan angka kematian bayi sebesar 191000 KH Hal ini mendasari masalah
gizi menjadi salah satu faktor penting penentu pencapaian MDGs Millenium Development Goals yang kini juga menjadi target pencapaian
SDGs 2015-2030 untuk mengurangi segala bentuk malnutrisi dan kematian Ibu, bayi dan balita.
Riset terbaru World Health Organization WHO pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 42 persen penyebab kematian balita di dunia adalah
akibat penyakit, yang terbesar adalah pneumonia 20 persen, selebihnya 58 persen terkait dengan malnutrisi yang seringkali terkait dengan
asupan air susu ibu ASI Siswono, 2006.
Berdasarkan laporan profil kesehatan Puskesmas Grogol, angka kematian bayi dan balita sebesar 11000 KH dan kejadian tersebut terjadi
hanya di Kelurahan Gerem, sedangkan angka kasus penderita balita pneumonia di Kelurahan Gerem adalah sebanyak 410 balita dan Kelurahan
Gerem berada di tingkat ke-2 tertinggi dengan prosentase sebesar 34. Selain itu terdapat 9 balita dengan kasus gizi buruk di wilayah kerja
Puskesmas Grogol, namun dari 9 balita gizi buruk yang ada jumlah tertinggi terdapat di kelurahan Gerem yaitu terdapat 8 balita gizi buruk.
Sebagaimana di ketahui, menurut UNICEF penyebab langsung kejadian gizi buruk adalah pola asuh pemberian makan yang dilakukan
keluarga terutama ibu. Pola asuh makan diantaranya meliputi aspek pemberian makanan, pemberian air susu ibu ASI eksklusif, dan umur
penyapihan Fivi, 2006. Shrimpton 2001 juga mengungkapkan bahwa penyebab utama terjadinya gizi buruk dan hambatan pertumbuhan anak
adalah akibat dari rendahnya pemberian ASI eksklusif dan maraknya praktek pemberian makanan pendamping ASI MP-ASI secara dini.Hal
tersebut juga sesuai dengan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Minsarnawati dan Safitri 2012 yang mengatakan bahwa pemberian
makanan prelakteal merupakan penghambat perilaku pemberian ASI eksklusif pada Ibu di wilayah kerja Puskesmas Cibeber Kota Cilegon.
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan
bahwa upaya
perbaikan gizi
bertujuan untuk
meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan. Upaya pembinaan gizi dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan
sesuai dengan pentahapan dan prioritas pembangunan nasional. Salah satu prioritas pembangunan nasional sebagaimana tertuang
pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional RPJMN dan Rencana Strategis Renstra Kementerian Kesehatan 2010-
2014 adalah perbaikan status gizi masyarakat.di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI melalui Program Perbaikan
Gizi Masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif sebesar 80 sebagai salah satu indikator kegiatan pembangunan gizi kesehatan
masyarakat. Dalam Kepmen No. 450 tahun 2004 WHO menganjurkan agar bayi
diberi ASI eksklusif selama enam bulan, karena berdasarkan hasil konvensi Expert Panel Meeting menyimpulkan bahwa periode enam bulan
merupakan usia bayi yang optimal. Kesimpulan tersebut diadopsi sebagai resolusi World Health Assembly WHA pada bulan Mei 2001 Gibney,
2009. Bayi yang mendapat ASI tidak eksklusif memiliki resiko 3 sampai
4 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernafasan ISPA Depkes RI, 2005. Selain itu juga beresiko kematian karena diare 3,94
kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Begitu pula penelitian di Amerika Latin menyatakan bahwa 13,9 dari semua
penyebab kematian bayi dapat dicegah dengan ASI eksklusif untuk 3 bulan pertama kaehidupan Betran AP, Onis M, Lauer JA, Villar J, 2001.
Hal ini disebabkan karena ASI mengandung zat-zat gizi bernilai tinggi yang struktur dan kualitasnya sangat cocok dan mudah diserap oleh
bayi,adanya antibodi, sel-sel leukosit, enzim, hormon, dan lain-lain yang melindungi bayi terhadap berbagai infeksi Roesli, 2000.
Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan telah terbukti baik untuk kesehatan.Pemberian ASI eksklusif sangat penting bagi tumbuh kembang
yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi.Selain dapat meningkatkan perkembangan kognitif, pemberian ASI Eksklusif juga
memberikan manfaat bagi ibu yaitu akan menurunkan resiko perdarahan pasca melahirkan, resiko terkena kanker payudara, dan menunda
kehamilan sebagai alat kontrasepsi alamiMAL KNPP RI, 2008. Oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu
dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar Siregar, 2004.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 cakupan ASI Eksklusif secara nasional adalah 48,6 . Dan berdasarkan Riskesdas
tahun 2013 cakupan ASI Eksklusif yaitu sebesar 38 . Capaian tersebut masih sangat jauh dari target yang telah ditentukan pemerintah.
Berdasarkan temuan peneliti saat melakukan magang di Dinas Kesehatan Kota Cilegon tahun 2012, Puskesmas Grogol merupakan salah
satu Puskesmas yang memiliki pos pemulihan gizi aktif yang berpusat di Kelurahan Gerem.Namun dalam temuannya dari 32 balita gizi buruk, 12
diantaranya merupakan sasaran kelurahan Gerem. selain itu temuan cakupan pemberian ASI eksklusif di kelurahan Gerem masih jauh dari