kecuali dari Allah, dalam arti yang sesungguhnya. Kemerdekaan yang sesungguhnya adalah kemerdekaan hati, seperti halnya kekayaan yang
sebenarya pun adalah kekayaan jiwa.
32
Dari pemaparan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa tujuan ibadah adalah menghadapkan diri kepada Allah SWT dengan sesungguh-
sungguhnya serta untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
3. Hakikat Ibadah
Hasbi ash- Shiddiqy menyatakan bahwa “hakikat ibadah adalah:
“ketundukan jiwa yang timbul karena hati jiwa merasakan cinta akan tuhan yang ma’bud disembah dan merasakan kebesarannya,
lantaran beri’tikad bahwa bagi alam ini ada kekuasaan yang akal tidak dapat mengetahui hakikatnya”.
33
Pada satu risalahnya, al-Ghazali mengatakan bahwa hakikat ibadah ialah mengikuti
mutaba‟ah Nabi SAW pada semua perintah dan larangannya. Dan ibadah yang hakiki itu adalah menjunjung perintah
bukan semata-mata melakukan shalat atau puasa, sebab shalat dan puasa itu hanya akan menjadi ibadah bila sesuai dengan yang diperintahkan.
34
Hakekat ibadah juga berarti memperhambakan dan menundukkan jiwa kepada kekuasaan yang ghaib, yang tidak dapat diselami dengan ilmu
dan tidak pula dapat diketahui hakikatnya. Dari pengertian hakikat ibadah diatas dapat dipahami bahwa
seorang mukallaf muslim yang telah diwajibkan beribadah belum dipandang telah beribadah sempurna ibadahnya kalau dia hanya
mengerjakan ibadah dalam pengertian fuqaha atau ahli ushul fiqh saja. Seorang mukallaf telah dianggap telah beribadah secara sempurna
apabila dia beribadah sesuai dengan pengertian ahli fuqaha dan ahli ushul
32
Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1987, hal. 5
33
Hasbi ash-Shiddiqy, kuliah ibadah : Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan Hikmah, Jakart: Bulan Bintang, 1994, Cet. Ke-6, h. 7-8
34
Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, hal. 5
fiqh, ditambah dengan pengertian menurut ahli tauhid, ahli tafsir, ahli hadits dan ahli akhlak, yaitu memperbaiki akhlaknya. Maka apabila
seorang mukallaf telah melakukan ibadah sesuai pengertian dari semua para ahli tersebut dia telah melakukan hakekat ibadah, dia jiga dipandang
telah mengerjakan ruh ibadah. Para ahli ibadah menyatakan bahwa pokok ibadah adalah engkau
tidak menolak suatu hukum Allah, engkau tidak meminta sesuatu hajat kepada selain Allah, dan engkau tidak mau menahan sesuatu dijalan
Allah. Ibadah adalah haq yang wajib dipatuhi. Maka manusia tidak
diwajibkan beribadah kepada selain Allah, karena Allah sendiri yang berhak menerimanya, karena Allah sendiri yang memberikan nikmat yang
paling besar kepada makhluknya, yaitu hidup, wujud dan segala yang berhubungan dengannya.
Ibadat adalah tujuan hidup manusia. Ibadah adalah tujuan dijadikannya jin, manusia, dan makhluk lainnya. Maka manusia wajib
melaksanakan ibadah kepada Allah SWT atas dasar ikhlas dan secara sah yaitu sesuai petu
njuk syara’. Ruh ibadah adalah memenuhkan jiwa dengan rasa takut akan
kekuasaan Allah dan mengharap keutamaan Allah, maka agar pelaksanaan ibadah kita lebih mantap, dilakukan dengan ikhlas tampa beban, dan sah
secara hukum. Tiap muslim disamping wajib melaksanakan ibadah secara benar, juga wajib mempelajari hikmah dari setiap ibadah yang
dilakukannya. Karena Allah SWT mewajibkan ummatnya untuk beribadah pasti mengandung hikmah yang sangat bermanfaat bagi manusia baik bagi
dirinya sendiri maupun bagiseluruh alam ini.
35
35
Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, Ciputat: Lemlit UIN Jakarta, 2008, hal. 26- 31
4. Jenis-jenis Ibadah