fisik seseorang dapat terjadi pada usia yang lebih muda sehingga rentan untuk terjadinya neuropati diabetik yang kaitannya dengan kejadian ulkus diabetika.
c. Riwayat DM
Riwayat DM dalam analisis dikategorikan menjadi lama DM 10 tahun dan lama DM
≥10 tahun untuk mengetahui faktor resiko terjadinya ulkus diabetika. Proporsi responden yang memiliki lama DM
≥10 tahun sebesar 37.1 sedangkan proporsi responden yang memiliki lama DM 10
tahun sebesar 62.9, hasil analisis ini menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki lama DM 10 tahun lebih besar dari pada jumlah responden
yang memiliki lama DM ≥10 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Boulton 2002 yang menjelaskan bahwa lama menderita DM 5 tahun akan menyebabkan berbagai komplikasi kronis seperti neuropati dan
angiopati yang disebabkan oleh kadar glukosa darah yang tidak terkendali. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rini yang mengatakan bahwa lama memiliki DM ≥10 merupakan faktor
resiko terjadinya ulkus diabetika dan penelitian yang dilakukan di USA oleh Boyko 1999 pada 749 pasien DM dengan hasil bahwa lama DM
≥10 tahun merupakan faktor resiko terjadi ulkus diabetika Hastuti, 2008 dan Boyko,
1999. Waspadji 2006 menegaskan bahwa ulkus diabetika terjadi pada pasien DM yang telah mencapai 10 tahun atau lebih.
Apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, akan muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati dan
mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan atau luka
pada kaki pasien DM yang sering tidak dirasakan karena terjadinya gangguan neuropati perifer Waspadji, 2006. Hal ini diperkuat oleh Frykberb 2002
yang mengatakan bahwa neuropati diabetik cenderung terjadi sekitar 10 tahun setelah menderita DM, sehingga kelainan kaki diabetik dan ulkus diabetika
dapat terjadi setelah itu. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan banyak penelitian lain dan
teori-teori yang telah diungkapkan diatas, bisa saja dikarenakan perbedaan proporsi responden dan sebagian besar responden dalam penelitian ini
memiliki kontrol gula darah yang buruk serta tidak melakukan perawatan kaki dengan baik sehingga lebih cepat terjadi neuropati perifer dan berbagai
komplikasi lainnya. Selain itu, di Negara berkembang seperti Indonesia penanganan terhadap penyakit kronis belum sebaik di Negara maju, program
pencegahan dan pendidikan kesehatan yang diberikan juga belum optimal.
2. Gambaran Skor Monofilamen Pasien Ulkus Diabetika di Klinik RUMAT
Monofilamen dengan berbagai ukuran telah banyak diteliti untuk skrining dan deteksi neuropati diabetik dalam upaya mencegah terjadinya ulkus, dan kejadian
ulkus berulang. Monofilamen 10g pada umumnya dipakai sebagai ukuran standar, serta dari berbagai penelitian menunjukkan hasil lebih baik