Gambaran Frekuensi Ulkus pada Pasien Ulkus Diabetika di Klinik

Hasil uji statisik menunjukkan bahwa ada hubungan moderat antara skor monofilamen dan frekuensi terjadinya ulkus p = 0.019, r = −0.393 . Koefisien korelasi dalam penelitian ini bernilai negatif, artinya hubungan antara variabel skor monofilamen dan variabel frekuensi ulkus diabetika merupakan hubungan yang terbalik, dimana semakin tinggi skor monofilamen maka semakin rendah frekuensi terjadinya ulkus dan semakin rendah skor monofilamen maka semakin tinggi frekuensi terjadinya ulkus diabetika. Penelitian lain yang dilakukan oleh McGill et al 2005 didapatkan hasil bahwa 55 ulkus terjadi akibat dari trauma karena penggunaan alas kaki. Faktor resiko terjadinya ulkus diabetika yaitu pasien yang memiliki riwayat ulkus sebelumnya atau riwayat amputasi sebelumnya dengan nilai P0.0001 dan pasien DM dengan masalah neuropati dengan nilai P = 0.03 P0.005. Dapat disimpulkan bahwa pasien dengan riwayat ulkus sebelumnya dan memiliki masalah neuropati memiliki resiko terjadinya kekambuhan ulkus atau kejadian ulkus berulang. Responden dengan neuropati diabetik juga mengalami ulkus lebih cepat dari pada rresponden yang tidak memiliki masalah neuropati saat dilakukan observasi selama 12 bulan. Penelitian yang dilakukan oleh Crawford et al 2010 menyatakan bahwa insiden terjadinya ulkus kaki diabetika di dalam cohort study ini adalah 2, hasil penelitian ini lebih rendah dari pada hasil penelitian lain 8-19. Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama satu tahun ini didapatkan hasil bahwa beberapa faktor yang berhubungan secara signifikan terhadap kejadian ulkus adalah riwayat amputasi sebelumnya, ketidakmampuan membedakan temperatur, kegagalan mempertahan tekanan darah normal, ketidakmampuan merasakan sentuhan monofilamen, dengan masing-masing item memiliki nilai P0.001, yang berarti bahwa penelitian yang dilakukan oleh Crawfard sejalan dengan penelitian yang saya lakukan, yaitu terdapat hubungan antara hasil test monofilamen dan kejadian ulkus berulang. Lebih dari 50 amputasi non traumatik merupakan akibat dari komplikasi ulkus diabetika, dan disertai dengan tingginya angka mortalitas, reamputasi dan amputasi kontralateral. Bahkan setelah hasil perawatan dan penyembuhan luka bagus, angka kekambuhan ulkus diabetika diperkirakan sekitar 66, dan resiko amputasi meningkat sampai 12, hal tersebut erat kaitannya dengan masalah neuropati pada pasien DM Frykberb, 2002; Jones, 2007. Beberapa faktor resiko untuk penyakit vaskuler dan neuropati perifer pada pasien diabetes tidak dapat diobati, misalnya usia dan lamanya menderita diabetes, tetapi banyak pula faktor resiko yang dapat ditangani, misalnya merokok, hipertensi, hiperlipidemia, hiperglikemia, dan obesitas. Dengan mendorong seorang pasien diabetes untuk berhenti merokok dan menuruti nasehat ahli gizi dapat sangat mengurangi komplikasi jangka panjang secara signifikan. Perawat mempunyai peranan khusus dalam memperkuat nasehat yang diberikan kepada pasien dalam upaya mencegah perburukan ulkus dan kejadian ulkus berulang, sama baiknya seperti dalam penatalaksaan luka setempat Moya J, 2004. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya ulkus diabetika dan kekambuhan ulkus menurut Canadian Diabetic Association 2013 adalah perawatan kaki harian, pencucian kaki, pengeringan kaki, kelembutan kaki, penggunaan alas kaki, pemotongan kuku dan pencegahan cedera kaki. Aspek yang memiliki pengaruh secara signifikan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dena 2014 yaitu perawatan kaki harian, pengeringan kaki, kelembutan kaki, penggunaan alas kaki, dan pencegahan cedera kaki pasien ulkus diabetika memiliki self care kaki yang buruk terhadap aspek-aspek tersebut. Sedangkan aspek pencucian kaki dan pemotongan kuku tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian ulkus diabetika dan kejadian ulkus berulanng. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan diperkuat oleh beberapa penelitian lain, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara skor monofilamen yang mengindikasikan neuropati dan frekuensi terjadinya ulkus diabetika, hal ini dikarenakan jika pasien telah mengalami masalah neuropati maka pasien tidak dapat merasakan sensasi pada kaki atau mengalami penurunan terhadap sensasi proteksi pada kaki sehingga beresiko tinggi terjadinya trauma berulang yang tidak dirasakan oleh pasien dan dapat mengakibatkan terjadinya kekambuhan ulkus. Menurut peneliti, masalah neuropati didukung oleh beberapa faktor lain yang berperan terhadap peningkatan frekuensi terjadinya ulkus diabetika yaitu kontrol gula darah yang buruk dan perawatan kaki yang tidak tepat.