Penelitian – penelitian mengenai kepuasan pernikahan

17 Selain itu Hawkins dalam Olson DeFrain, J. 2006 menjelaskan bahwa kepuasan pernikahan adalah perasaan bahagia, puas dan pengalaman yang menyenangkan yang sifatnya subjektif yang dimiliki seseorang berkaitan dengan keseluruh aspek dari pernikahan. Variabel ini tersusun dalam suatu kontinum dari sangat puas hingga sangat tidak puas. Berikut adalah kutipan tulisannya Hawkins dalam Olson DeFrain, J. 2006: ”...the subjective feeling of happiness, satisfaction and pleasure experienced by a spouse when considering all current aspect of his marriage. This variable is conceived of as a continum running from much satisfaction to much dissatisfaction” hal. 164 Kemudian Bradbury dan kawan-kawan 2000 mendefinisikan kepuasan pernikahan adalah gambaran evaluasi dengan aspek positif lebih menonjol dan aspek negatif hampir tidak ada. Dan berikut adalah kutipan dari tulisannya: “....marital satisfaction reflects an evaluation in which positive features are salient and negative features are relatively absent..” Dengan demikian, dari beberapa definisi kepuasan pernikahan yang peneliti kutip dari berbagai sumber bacaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan merupakan perasaan bahagia yang subjektif yang dirasakan seseorang pada keseluruhan aspek spesifik dalam hubungan pernikahannya.

2.1.2 Penelitian – penelitian mengenai kepuasan pernikahan

Fiztpatrick dalam Bird Melville, 1994 direktur CCR Center for Communication Research Universitas Wisconsin–Madison, mencatat bahwa kesuksesan sebuah pernikahan biasanya disebut sebagai “kepuasaan pernikahan”. Terdapat banyak istilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan kepuasan 18 dalam pernikahan, misalnya saja seperti kebahagiaan pernikahan, kualitas pernikahan, dan penyesuaian pernikahan. Dengan kata lain, istilah - istilah tersebut memiliki makna yang sama yaitu menunjukan sebuah kepuasan dalam pernikahan. Kepuasan pernikahan telah dipelajari selama beberapa dekade, dan ratusan penelitian telah di lakukan sepanjang waktu. Penelitian-penelitian tersebut secara umum akurat dalam menggambarkan dan memberikan fakta-fakta yang berkesan serta konsisten mengenai kepuasan pernikahan Bird Melville, 1994. Misalnya saja Bentler dan Newcomb dalam Gottman Lavenson, 1985 dalam penelitiannya menemukan bahwa demografi, dan kepribadian mempengaruhi kestabilitasan pernikahan walaupun hubungannya rendah. Selanjutnya Markman dalam Gottman Lavenson, 1985 melakukan studi untuk memprediksi kepuasan pernikahan dalam basis self-report selama interaksi pranikah, ia menemukan bahwa secara positif dari interaksi pasangan mempengaruhi kepuasan pernikahan. Lalu ada Kelly dan Conley 1987 yang menemukan bahwa karakteristik kepribadian pasangan sangat berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan. Dan kemudian ada Lavenson dan kawan-kawan 1994 dalam penelitiannya menunjukan bahwa kepuasan pernikahan bisa mempengaruhi kesehatan mental dan fisik. Selain itu, adapun hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam studi kepuasan pernikahan adalah mengenai beberapa dimensi dari kepuasan pernikahan. Dalam sebuah review literatur pada bagaimana kepuasan dikonseptualisasikan dan diukur, Bradbury dkk 2000 mengemukakan beberapa 19 poin penting tentang bagaimana kita berfikir mengenai kepuasan pernikahan. Pertama, Ada beberapa cara untuk mengukur kepuasan pernikahan. Hal ini berkaitan dengan mengevaluasi hubungan melalui tingkah laku yang spesifik dan pola interaksi. Kedua, kepuasan pernikahan tidak hanya cukup dilihat dengan ketidakadaannya ketidakpuasan. Ketiga, pasangan suami istri dapat melakukan evaluasi positif dan negatif dalam pernikahannya. Dan terakhir, bahwa kepuasan dapat meningkat dan menurun sepanjang waktu pernikahan. Fakta mengenai dinamika tingkat kepuasan pernikahan yang disebutkan di atas dibuktikan dengan adanya sebuah analisis data dari dua survey dengan total responden 8.929 pasangan suami istri pada pernikahan pertama, yang dilakukan pada tahun 1987-1988 berupaya mengetahui berbagai pola kepuasan pernikahan. Survey tersebut menemukan pola kepuasan pernikahan yang berbentuk kurva U. Kemudian dijelaskan bahwa kurva berbentuk U ini secara umum tinggi pada awal pernikahan lalu menurun saat kehadiran anak, dan mencapai bagian bawah pada awal usia paruh baya ketika anak mulai remaja dan mereka sangat terlibat dalam karirnya. Lalu kepuasan biasanya meningkat kembali ketika memasuki usia lanjut, dan anak-anak telah dewasa Orbuch, 1996 dalam papalia, old feldman, 2009. Selain itu, hal mengenai dinamika tingkat kepuasan pernikahan juga dijelaskan pada penelitian lain. Dalam penelitian dijelaskan adanya perubahan dalam kualitas pernikahan selama siklus kehidupan, dan dinamika tersebut menunjukan pola kurva berbentuk U dalam hubungan antara lamanya pernikahan 20 dengan kepuasan pernikahan Rollins Feldman, 1970 dalam Seccombe Warner 2004.

2.1.3 Aspek-aspek kepuasan pernikahan