Konsep keberlanjutan TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Pengembangan Usaha Agribinis Perdesaan PUAP
28 pertumbuhan ekonomi namun dengan dasar pertimbangan aspek-aspek yang semakin
komprehensif dalam tiap tahapannya. Tahap pertama dasar pertimbangannya hanya pada keseimbangan ekologi. Tahap kedua dasar pertimbangannya harus telah
memasukkan pula aspek keadilan sosial. Tahap ketiga, semestinya dasar pertimbangan dalam pembangunan mencakup pula aspek aspirasi politis dan sosial
budaya dari masyarakat setempat Soegijoko, et all. 2005. Tahapan tersebut digambarkan sebagai evolusi konsep pembangunan berkelanjutan, seperti dalam
Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Tahapan dalam konsep pembangunan berkelanjutan
Pra-pembangunan berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan Tahap 1
Tahap 2 Tahap 3
Pertumbuhan produktivitas ekonomi
Sebagai obyek utama pembangunan
Produktivitas ekonomi dan
keberlanjutan ekologi
Harus di capai dan diseimbangkan dalam
pembangunan Produktivitas ekonomi
dan keberlanjutan ekologi
Keadilan sosial Harus di capai dan
diseimbangkan dalam pembangunan
Produktivitas ekonomi dan keberlanjutan
ekologi
Keadilan social dan partisipasi politik dan
semangat kebudayaan
Harus di capai dan diseimbangkan dalam
pembangunan Sumber : Soegijoko, et all dalam Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam Abad 21. 2005
Dalam konteks pembangunan pertanian yang berkelanjutan, konsep dasar pertanian berkelanjutan adalah mempertahankan ekosistem alami lahan pertanian
yang sehat, bebas dari bahan-bahan kimia yang meracuni lingkungan. Pertanian berkelanjutan memutus ketergantungan terhadap pupuk dan pestisida kimiawi dalam
kegiatan pertania. Sehingga lingkungan pertanian yang sehat dan berkelanjutan dapat terus diupayakan. Anneahira. 2011. Guna mencapai hal tersebut diperlukan
program yang diarahkan pada upaya memperpanjang siklus biologis dengan mengoptimalkan pemanfaatan hasil samping pertanian dan peternakan atau hasil
ikutannya, dimana setiap mata rantai siklus menghasilkan produk baru yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Program ini diharapkan mampu mengoptimalkan
pemberdayaan masayarakat dan pemanfaatan lahan marginal di seluruh daerah kabupatenkota serta mampu mengantisipasi berbagai tantangan dalam pasar global
dan otonomi daerah. Berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, maka indikator
pembangunan berkelanjutan tidak akan terlepas dari aspek-aspek tersebut diatas, yaitu aspek ekonomi, ekologilingkungan, sosial, politik, dan budaya. Prof. Otto
29 Soemarwoto dalam Sutisna 2006, mengajukan enam tolok ukur pembangunan
berkelanjutan secara sederhana yang dapat digunakan baik untuk pemerintah pusat maupun di daerah untuk menilai keberhasilan seorang Kepala Pemerintahan dalam
pelaksanaan proses pembangunan berkelanjutan. Keenam tolok ukur itu meliputi: