Metode Importance Performance Analysis IPA

60 Berdasarkan grafik IPA pada Gambar 9 di atas, maka indikator yang berkaitan dengan tingkat kinerja dan kualitas kinerja Gapoktan yang berada di kabupaten Karawang dapat dikelompokkan dalam masing-masing kuadran sebagai berikut: 1. Kuadran A : Tingkatkan Kinerja Pada kuadran A terdapat sembilan variabel 39,13 yang dinilai sangat penting namun tidak sesuai dengan keinginan anggotanya. Variabel-variabel tersebut diantaranya : a. Keterlibatan anggota Gapoktan dalam pembuatan RUB B1, b. Ketersediaan dana PUAP B2, c. Pemahaman terhadap kesesuaian dana yang diterima dengan kebutuhan sehari-hari C2, d. Pemahaman akan jaminanangunan untuk pinjaman dana PUAP C3, e. Ketepatan pengambalian dana PUAP D1, f. Perguliran dana PUAP pada kelompok lain D2, g. Gapoktan mengadakan saprodi pertanian E1, h. Penggunaan teknologi dalam usaha tani E2, dan i. Gapoktan mengadakan kerjasama pengadaan saprodi E4. Variabel yang terdapat dalam kuadran ini dianggap sebagai faktor yang sangat penting naum kondisinya saat ini belum memuaskan responden, sehingga lembaga perlu meningkatkan kinerja pada berbagai sektor tersebut. Pada aspek penyaluran dana PUAP, variabel keterlibatan anggota Gapoktan dalam pembuatan RUB dan ketersediaan dana PUAP merupakan variabel yang dinilai belum optimal. Pada aspek pemanfaatan dana program PUAP, terdapat variabel yang dinilai tidak optimal yakni pemahaman terhadap kesesuaian dana yang diterima dengan kebutuhan usaha tani dan pemahaman akan jaminanagunan untuk pinjaman dana PUAP. Pada aspek pengembalian dana PUAP, variabel yang dinilai tidak optimal yakni ketepatan pengembalian dana PUAP dan peningkatan unit usaha. Sedangkan pada aspek usaha tani, variabel yang dinilai tidak optimal adalah Gapoktan mengadakan saprodi pertanian, penggunaan teknologi dalam usaha tani, dan Gapoktan mengadakan kerjasama 61 pengadaan saprodi. Berdasarkan hasil analisis, maka variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran A adalah sebagai prioritas utama bagi Gapoktan untuk menentukan alternatif strategi agar kinerja Gapoktan menjadi lebih optimal di kemudian hari. 2. Kuadran B : Pertahankan Kinerja Pada kuadran B terdapat delapan variabel 34,78 yang dinilai sudah optimal dalam pelaksanaannya. Variabel tersebut adalah a. Gapoktan memiliki struktur organisasi A1, b. Gapoktan memberikan uraian tugas pokok A2, c. Adanya peran penyuluh pendamping A4, d. Kemudahan persyaratan penerima PUAP B3, e. Seleksi calon penerima PUAP B5, f. Sebagai unit simpan pinjamLKM-A C1, g. Gapoktan mengadakan saprodi pertanian E3, dan h. Pemasaran bersama dilakukan oleh Gapoktan E5. Variabel kinerja yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai faktor penunjang bagi pengembangan kelembagaan Gapoktan penerima dana PUAP. Pada aspek organisasi, variabel struktur organisasi Gapoktan, uraian tugas pokok Gapoktan dan peranan penyuluh pendamping telah terlaksana dengan baik sehingga memberikan kepuasan bagi seluruh anggotanya. Pada aspek penyaluran dana PUAP, variabel kemudahan persyaratan penerima PUAP dan seleksi calon penerima PUAP telah berjalan sesuai ketentuan, sehingga memuaskan anggota Gapoktan. Pada aspek pemanfaatan dana PUAP, variabel unit simpan pinjamLKM-A telah berjalan optimal dan dari segi aspek usaha tani, variabel kerjasama keuangan dan pemasaran bersama anggota Gapoktan juga dinilai penting dan memiliki kinerja yang baik. Semua variabel yang telah dijelaskan tersebut patut untuk dipertahankan sehingga dapat meningkatkan kinerja Gapoktan secara keseluruhan. 62 3. Kuadran C : Prioritas rendah Pada kuadran C terdapat tiga variabel 13,04 yang dinilai tingkat kepentingan dan kinerjanya rendah. Adapun ketiga variabel tersebut adalah a. Adanya peran PMT A5, b. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan A7, dan c. Peningkatan unit usaha D3. Variabel yang terdapat pada kuadran ini mempunyai tingkat kepuasan yang rendah namun juga dianggap tidak penting bagi petani responden. Artinya, pada aspek organisasi, peran PMT dinilai masih belum optimal atau tidak sesuai dengan keinginan anggota. Selain itu, keterlibatan anggota Gapoktan dalam proses pengambilan keputusan juga dinilai masih kurang, sehingga untuk poin ini para anggota Gapoktan merasa tidak puas. Disisi lain, pada aspek pengembalian dana PUAP, variabel unit usaha dinilai juga tidak berjalan optimal. 4. Kuadran D : Cenderung berlebihan Pada kuadran D juga terdapat tiga variabel 13,04 yang dinilai memiliki tingkat kepentingan rendah dengan kinerja tinggi, dengan kata lain pada kuadran ini beberapa variabel dilaksanakan secara berlebihan.. Variabel tersebut yakni : a. Gapoktan menyelenggarakan rapatpertemuan pengurus A3, b. Keterlibatan dalam perencanaan kegiatan A6, dan c. Sosialisasi program PUAP B4. Variabel yang terletak pada kuadran ini dianggap sudah baik namun tidak dianggap penting oleh petani reponden. pada aspek organisasi, variabel penyelenggaraan rapat pengurus serta keterlibatan anggota Gapoktan dalam perencanaan kegiatan dianggap kurang penting namun dianggap memiliki kinerja yang baik memuaskan anggotanya. Selain itu, pada aspek penyaluran dana PUAP, variabel sosialisasi program PUAP dinilai tidak penting walaupun demikian memberikan hasil yang baik. 63

5.3. Analisis Pendapatan Petani

Pada akhirnya usahatani yang dilakukan akan memperhitungkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh tersebut merupakan pendapatan usahatani yang dijalankan petani. Tujuan dari analisis pendapatan petani adalah menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usahatani. Analisis pendapatan petani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan input dan keadaan pengeluaran output selama jangka waktu tertentu. Penerimaan merupakan total nilai produk yang dihasilkan yang diperoleh dari perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan output dengan harga produk tersebut. Sedangkan pengeluaran atau biaya merupakan semua pengorbanan sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output dalam suatu periode produksi. Penggunaan input dalam kegiatan usahatani responden kelompok PUAP dan Non PUAP di Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa secara umum penggunaan input di kedua kelompok tersebut tidak terlalu berbeda hanya saja tingkat penggunaan input di kelompok Non PUAP lebih besar dibandingkan dengan kelompok PUAP. Data penggunaan input disajikan pada Tabel 17 berikut ini. Tabel. 17 Perbandingan rata-rata penggunaan input dan hasil antara kelompok PUAP dan Non PUAP Uraian PUAP NON PUAP Selisih Produksi Luas lahan ha Hasil kgha 1,34 8.754,57 1,33 7.768,67 0,01 985,9 Input 1. Benih kgha 2. Pupuk kgha a. Urea b. SP 36 c. Phoska 3. Tenaga kerja HOK 27,20 231 136,5 80 95,77 28,43 305,2 191,8 33,3 116,37 1,23 74,17 55,3 46,67 20,6 Sumber : Analisis data primer, 2011 64 Berdasarkan Tabel 17 penggunaan input pada kelompok PUAP lebih sedikit dibandingkan pada kelompok Non PUAP namun hasil produksinya lebih banyak yakni berselisih 985,9 kg. Hal ini bisa jadi sebagai efek dari keberadaan Gapoktan yang biasa memiliki program pembinaan terhadap anggotanya. Penggunaan pupuk di kelompok PUAP dapat dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan kelompok Non PUAP. Penggunaan tenaga kerja di kelompok Non PUAP lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok PUAP yakni berselisih 20,6 HOK. Hal ini disebabkan proporsi penggunaan tenaga kerja oleh petani Non PUAP untuk penanaman dan pemanenan cenderung dilakukan dengan sistem borongan. Pendapatan usahatani padi sawah dalam penelitian ini diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya produksi usahatani. Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan petani padi reponden di kelompok PUAP dan Non PUAP per hektar di kabupaten Karawang dapat dilihat pada Tabel 18 berikut. Tabel 18 Perbandingan rata-rata biaya dan pendapatan petani antara kelompok PUAP dan Non PUAP Uraian PUAP NON PUAP Selisih Rata-rata Rata-rata Penerimaan Rp 22.046.363 19.607.190 2.439.172,5 Pengeluaran Rp 1. Benih 269.433 5,4 276.533 5,1 7.100 2. Pupuk a. Urea 415.417 8,3 433.250 7,9 17833,33 b. SP 36 322.583 6,5 335.633 6,1 13.050 c. Phoska 197.133 3,9 81.667 1,5 115.466 3. Tenaga kerja 4.059.661 81,3 4.619.400 84,4 559.739 Total Biaya Tunai 4.994.794 100 5.469.950 100 475.156 Pendapatan atas biaya tunai 17051569 14.137.240 2.914.329 RC rasio atas biaya tunai 4,4 3,6 0,8 Sumber : Analisis data primer, 2011