Aspek Sumber Daya Pertanian

48 fungsi lahan pertanian teknis akibat desakan industri. Selain itu dari sisi infrastruktur, Karawang memiliki permasalahan dalam saluran irigasi baik primer maupun sekunder. Sebagian besar petani di Karawang masih tergolong buruh tani dan petani gurem mengusahakan kurang dari 0,5 hektar, kemudian tingkat produktifitas rata- rata per hektarnya 5,94 ton hasil survei ubinan tahun 2008 maka nilai total produksi padi yang dihasilkan para petani gurem ini hanya sekitar setengah dari Rp. 5.160.000,00 per musim. Atau balas jasa petani yang diterima per bulan rata-rata sekitar Rp. 860.000,00 hal ini jauh dibawah nilai UMK. Tantangan sektor pertanian semakin berat bagi petani di tahun-tahun yang akan datang, akibat kenaikan harga pupuk anorganik yang selama ini digunakan. Hal ini terkait rencana pemerintah untuk mengurangi beban APBN dengan menurunkan secara bertahap besaran subsidi pupuk. Tantangan ini, jika tidak diantisipasi dan tanpa adanya program yang jelas untuk mengadvokasi kebutuhan dan kepentingan petani maka akan muncul masalah baru dalam pengembangan ekonomi di sektor pertanian.

4.4. Aspek Kelembagaan Petani

Kelembagaan petani di Karawang cukup tersebar merata di masing-masing Kecamatan. Sebagaimana kebijakan pemerintah Karawang yang memiliki komitmen dalam mewujudkan perekonomian masyarakat yang berdaya saing, berkualitas dan rasional yang digerakan oleh sektor pertanian. Maka kelembagaan petani ini merupakan kepanjangan tangan pemerintah Karawang dalam mewujudkan komitmen tersebut. Selain itu lembaga ini yang merupakan Gabungan Kelompok Tani Gapoktan, memiliki akses untuk memperoleh program ataupun dana stimulus dari pemerintah Karawang yang dapat dikembangkan membangun pertanian di daerahnya seperti Program PUAP. Kelembagaan Gapoktan penerima dana PUAP di Kabupaten Karawang per 30 Desember 2010 adalah sebanyak 83 kelompok dengan total aset sebesar Rp 83.000.000.000,- Kementan. 2011.

4.5. Karakteristik Petani Responden

49 Responden yang dijadikan objek penelitian ini terbagi menjadi obyek yang belum mendapatkan dana BLM PUAP dan responden yang telah mendapatkan dana BLM PUAP di dua desa yang berbeda. Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari beberapa kriteria antara lain usia, tingkat pendidikan, luas kepemilikan lahan, lama pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga dan status usaha tani. 1. Usia Responden Berdasarkan kriteria usia, petani responden yang berusaha tani padi dibagi menjadi empat kelompok angkatan kerja, yaitu kelompok usia 0-20 tahun, kelompok usia 21-40 tahun, kelompok usia 40-60 tahun, dan kelompok usia 61-80 tahun. Sebaran petani responden dari masing-masing kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah. Tabel 9. Sebaran Petani Responden Menurut Golongan Umur Non PUAP PUAP Usia Frekuensi Frekuensi 21-40 tahun 10 33,3 7 23,3 40-60 tahun 20 66,7 17 56,7 61-80 tahun - - 6 20 Total 30 100 30 100 Sumber : Data Primer, diolah Pada Tabel 9 dapat dijelaskan bahwa para responden yang melakukan kegiatan usahatani baik yang mendapat maupun belum mendapat dana BLM PUAP sebagian besar berada pada rentang usia 21 – 40 tahun yakni pada kelompok Non PUAP sebanyak 66,7 dan pada kelompok PUAP sebanyak 56,7. Namun faktor usia tidak membatasi petani untuk melakukan kegiatan usahatani, karena pada kelompok penerima PUAP terdapat responden yang berusia lanjut dan tergolong bukan usia produktif yang masih mampu melakukan aktivitas usahatani yakni sebesar 20 pada kisaran usia 61 – 80 tahun. Gambaran mengenai pembagian sebaran petani responden menurut golongan umur di kelompok Non PUAP dan PUAP dapat dicermati pada Gambar 4.