Analisis Pendapatan Petani HASIL DAN PEMBAHASAN
64 Berdasarkan Tabel 17 penggunaan input pada kelompok PUAP lebih sedikit
dibandingkan pada kelompok Non PUAP namun hasil produksinya lebih banyak yakni berselisih 985,9 kg. Hal ini bisa jadi sebagai efek dari keberadaan Gapoktan
yang biasa memiliki program pembinaan terhadap anggotanya. Penggunaan pupuk di kelompok PUAP dapat dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan kelompok
Non PUAP. Penggunaan tenaga kerja di kelompok Non PUAP lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok PUAP yakni berselisih 20,6 HOK. Hal ini
disebabkan proporsi penggunaan tenaga kerja oleh petani Non PUAP untuk penanaman dan pemanenan cenderung dilakukan dengan sistem borongan.
Pendapatan usahatani padi sawah dalam penelitian ini diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya produksi usahatani. Rata-rata penerimaan, biaya dan
pendapatan petani padi reponden di kelompok PUAP dan Non PUAP per hektar di kabupaten Karawang dapat dilihat pada Tabel 18 berikut.
Tabel 18 Perbandingan rata-rata biaya dan pendapatan petani antara kelompok PUAP dan Non PUAP
Uraian PUAP
NON PUAP Selisih
Rata-rata Rata-rata
Penerimaan Rp 22.046.363
19.607.190 2.439.172,5
Pengeluaran Rp 1. Benih
269.433 5,4
276.533 5,1
7.100 2. Pupuk
a. Urea 415.417
8,3 433.250
7,9 17833,33
b. SP 36 322.583
6,5 335.633
6,1 13.050
c. Phoska 197.133
3,9 81.667
1,5 115.466
3. Tenaga kerja 4.059.661
81,3 4.619.400
84,4 559.739
Total Biaya Tunai 4.994.794
100 5.469.950
100 475.156
Pendapatan atas biaya tunai
17051569 14.137.240
2.914.329 RC rasio atas biaya
tunai 4,4
3,6 0,8
Sumber : Analisis data primer, 2011
65 Berdasarkan Tabel 18 di atas diketahui bahwa nilai selisih rata-rata
penerimaan petani antara petani PUAP dan Non PUAP sebesar Rp 243.917,- dengan penerimaan dari kelompok PUAP lebih besar. Dukungan Gapoktan sudah terlihat
dengan adanya program yang mendukung kegiatan usahatani angotanya walaupun secara nilai tidak berbeda dengan petani yang tidak menerima bantuan PUAP.
Biaya rata-rata terhadap benih, pupuk dan tenaga kerja di kedua kelompok tidak terlalu jauh berbeda. Komponen biaya terbesar yang dialokasikan petani untuk
usahatani padi sawah adalah biaya tenaga kerja. Petani non PUAP mengalokasikan biaya untuk tenaga kerja yang lebih besar, sehingga secara keseluruhan biaya total
usahatani yang dikeluarkan petani non PUAP lebih besar dibandingkan dengan petani di kelompok PUAP.
Nilai RC rasio pada kelompok PUAP dan Non PUAP masing-masing sebesar 4,4 dan 3,6. Hal ini menerangkan bahwa usaha tani yang dijalankan oleh
kedua kelompok tersebut secara ekonomi masih menguntungkan. Berdasarkan tabel di atas nilai RC rasio pada kelompok PUAP lebih tinggi dibandingkan dengan RC
pada kelompok non PUAP. Pendapatan total petani PUAP lebih besar sebanyak Rp 2.914.329,-
dibandingkan dengan petani Non PUAP. Hasil tersebut menjadikan sedikit tanda bahwa keberadaan pogram PUAP masih dapat meningkatkan pendapatan petani padi
walaupun dengan selisih pendapatan yang tidak jauh berbeda dengan petani yang tidak mengaksesnya.