82 yang diharapkan, RSUD Majenang dapat menambahkan produk layanan yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan pasien atau meningkatkan kualitas produk yang sudah ada sehingga keputusan pasien semakin meningkat.
Upaya yang dapat dilakukan di antaranya layanan pendaftaran disediakan melalui telepon, menambah jam pendaftaran dan layanan dokter spesialis pada
waktu tertentu yang memungkinkan poliklinik ramai dikunjungi pasien atau menambah fasilitas rumah sakit yang menunjang kesehatan dan lain sebagainya.
Upaya ini menjadi pembeda pemsaran produk jasa dengan produk barang umumnya, di mana rumah sakit sebagai penyedia jasa memberikan layanan sesuai
selera pasien atau konsumen Buchari Alma, 2007.
5.1.2. Pengaruh pesepsi pasien tentang bauran pemasaran harga terhadap
keputusan pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD Majenang
Pada penelitian ini, persepsi pasien tentang harga merupakan salah satu bauran pemasaran yang diduga berhubungan dengan keputusan pasien memilih
layanan kesehatan. Pada uji bivariat diketahui pasien yang memilih lebih banyak pada kelompok yang memiliki persepsi harga terjangkau 64,9 dibandingkan
kelompok pasien yang memiliki persepsi kurang terjangkau 35,1. Sedangkan pasien yang tidak memilih lebih banyak pada kelompok yang memiliki persepsi
kurang terjangkau 54,1 dibandingkan kelompok pasien yang memiliki persepsi terjangkau 45,9.
Dari hasil perhitungan uji chi-square diperoleh nilai p value sebesar 0,109
0,05, sehingga Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa ada tidak pengaruh antara
83 persepsi bauran pemasaran harga terhadap keputusan pasien rawat jalan memilih
layanan kesehatan di RSUD Majenang. Penelitian sebelumnya oleh Cahya Nurlia et al 2012 yang memperoleh
nilai p value=0,001, yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara harga dengan keputusan pasien memilih layanan kesehatan di RS Islam Faisal Makassar.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan olah Delsa Dezolla 2012 yang memperoleh nilai p value=0,172, yang menunjukkan tidak terdapat hubungan
antara dimensi harga dengan keputusan memilih berobat di Poliklinik Ambun Pagi RSUP DR.M.Djamil pada tahun 2012.
Penetapan harga yang dilakukan rumah sakit yang menyesuaikan dengan segmentasi ekonomi pasien diiringi dengan upaya pemberian pelayanan prima
saat ini dapat dianggap baik karena sebesar 64,9 pasien mempunyai pesepsi baik terhadap harga. Penetapan harga yang disesuaikan dengan status ekonomi kelas
menengah atas dapat menaikkan pamor atau gengsi bagi pelanggan. Hal ini sesuai dengan keterangan Kotler dan Keller 2012, ketika menetapkan harga,
perusahaan harus mempertimbangkan persepsi konsumen mengenai harga dan bagaimana persepsi ini mempengaruhi keputusan membeli dari konsumen.
Keputusan penetapan harga, seperti keputusan bauran pemasaran yang lain, harus berorientasi pada konsumen. Konsumen akan memberi penilaian apakah harga
suatu produk sudah tepat bagi mereka. Hasil distribusi frekuensi menunjukkan bahwa pasien memilih lebih
banyak pada kelompok yang memiliki persepsi harga terjangkau. Jika persepsi pasien tentang harga rumah sakit baik akan dimungkinkan pasien kembali
melakukan pemanfaatan ulang layanan rumah sakit. Dalam arti luas beberapa ahli
84 menyebutkan bahwa penelitian berulang sudah menunjukkan gejala loyalitas,
namun pembelian ulang saja tidak cukup, karena pelanggan yang membeli ulang belum tentu puas dan mempunyai sikap positif terhadap jasa rumah sakit
melainkan karena faktor lainnya Lupiyoadi, 2006. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, mereka mengatakan
bahwa hargatarif di RSUD Majenang masih terjangkau dan sesuai dengan kemampuan ekonomi. Selain itu tarif yang diberlakukan lebih rendah dibanding
dengan hargatarif di rumah sakit swasta. Karena bauran pemasaran harga berhubungan dengan keputusan pasien,
maka RSUD Majenang harus mempertimbangkan kembali penetapan harga dengan memperhatikan kondisi ekonomi masyarakat, kemampuan keuangan
rumah sakit, dan mempertahankan pangsa pasar rumah sakit. Dengan demikian diharapkan pasien menjadi lebih antusias untuk memilih layanan di rumah sakit
dan akan terus menerus memanfaatkan layanannya.
5.1.3. Pengaruh pesepsi pasien tentang bauran pemasaran promosi