Keputusan Pembelian Setelah melalui tahap evaluasi alternatif, tahap selanjutnya adalah proses

Tabel 26 menjelaskan tentang cara pembayaran pupuk NPK yang dilakukan oleh petani saat ini. Sebanyak 72,22 persen petani melakukan pembayaran pupuk NPK langsung secara tunai ke kios tempat mereka melakukan pembelian. Petani sebanyak 27,78 persen melakukan pembayaran pupuk NPK dengan sistem kredit, petani yang melakukan sistem pembayaran seperti ini biasanya melakukan pembelian di Koperasi Usaha Tani KUT. Tabel 26. Komposisi Responden Berdasarkan Cara Pembayaran Pupuk NPK yang Petani Lakukan Saat Ini Variabel Jumlah orang Proporsi Tunai 78 72,22 Kredit 30 27,78 Lainnya Total 108 100 Pada Tabel 27 lebih dirinci lagi tentang sistem pembayaran, di Tabel ini dijelaskan lebih lanjut tentang cara pembayaran pupuk NPK seperti apa yang petani inginkan. Sebanyak 60,19 persen petani menjawab bahwa mereka menginginkan dapat membeli pupuk NPK secara tunai saja. Alasan yang mereka ungkapkan adalah karena apabila tunai tidak perlu lagi memikirkan bunga dan tanggungan cicilan yang harus mereka bayarkan. Sebanyak 27,78 persen petani menyatakan bahwa mereka lebih menginginkan agar dapat membeli pupuk NPK dengan sistem kredit, alasannya ketika tidak ada uang mereka tetap dapat membeli pupuk NPK. Tabel 27. Komposisi Responden Berdasarkan Pendapat Tentang Cara Pembayaran Pupuk NPK yang Mereka Inginkan Variabel Jumlah orang Proporsi Tunai 65 60,19 Kredit 43 39,81 Lainnya Total 108 100 Faktor lainnya yang menjadi satu rangkaian ketika petani telah memutuskan untuk membeli pupuk NPK adalah pendapat petani tentang sistem pemesanan pupuk NPK yang diinginkan. Sesuai pada Tabel 25 sebanyak 85,18 persen petani membeli pupuk di kios. Pada Tabel 28 ternyata petani juga menginginkan agar sistem pemesanan pupuk NPK langsung saja ke kios. Hal ini dikarenakan mereka mengambil cara praktisnya saja, mereka menganggap bahwa tidak mungkin mereka bisa memesan langsung ke produsen atau distributor. Petani yang menjawab bahwa sebaiknya memesan pupuk langsung ke produsen adalah sebanyak 20,37 persen. Alasan yang mereka ungkapkan bahwa apabila mereka betul-betul bisa membeli dari produsen maka harga pupuk itu sendiri bisa lebih murah. Selama ini apabila melalui kios maupun secara kolektif harga pupuk setelah sampai ditangan petani mengalami kenaikan harga cukup besar. Hal ini diakibatkan adanya pihak-pihak yang mengambil keuntungan dalam jalur ditribusi pupuk, misalnya sistem pemesanan secara kolektif maka ada pihak tertentu yang memberikan bunga cukup tinggi kepada petani untuk dapat membeli pupuk NPK, bunga ini lebih besar dibandingkan dengan bunga pinjaman resmi yang berlaku di Bank. Tabel 28. Komposisi Responden Berdasarkan Pendapat Tentang Sistem Pemesanan Pupuk NPK yang Mereka Inginkan Variabel Jumlah orang Proporsi Pesan ke produsen 22 20,37 Pesan ke kios 75 69,44 Pesan ke distributor 5 4,63 Kemitraankolekif 6 5,56 Total 108 100 Pada penelitian ini juga ditanyakan tentang pendapat petani mengenai harga pupuk NPK Kujang saat ini yang ditawarkan dari produsen dengan harga Rp 1 850kg. Persentase petani sebanyak 55,56 persen menjawab bahwa harga untuk pupuk NPK adalah mahal, 40,74 persen menjawab sedang dan hanya 3,7 persen menjawab bahwa harga yang ditawarkan adalah murah. Menurut petani harga ketika sampai ditangan petani bisa mencapai Rp. 2 100kg dan ini dirasakan petani masih sangat mahal karena masih banyak biaya-biaya lainnya yang harus mereka keluarkan. Persentase pendapat petani tentang harga pupuk NPK kujang saat ini dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Komposisi Responden Berdasarkan Pendapat Tentang Harga Pupuk NPK Kujang Saat Ini Variabel Jumlah orang Proporsi Murah 4 3,7 Sedang 44 40,74 Mahal 60 55,56 Total 108 100 Harga yang ditawarkan PT. Pupuk Kujang sebesar Rp. 1850Kg Tabel 30 menjelaskan frekuensi petani membeli pupuk NPKmusim tanamHa. Mayoritas petani dengan persentase 82,40 persen menjawab bahwa mereka hanya satu kali membeli pupuk NPK. Alasan yang mereka ungkapkan adalah mereka telah menghitung terlebih dahulu perkiraan kebutuhan pupuk NPK untuk tiap musim tanamHa sehingga dapat mengefisienkan ongkos pemesanan pupuk tersebut. Petani sebanyak 14,82 persen menjawab bahwa mereka membeli pupuk NPK dua kali dalam tiap musim tanamHa, alasannya mereka melakukan pembelian kembali dalam tiap musimnya, disesuaikan dengan jadwal pemberian pupuk NPK yang dua kali dalam tiap musim tanamnya. Tabel 30. Komposisi Responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian Pupuk NPK Tiap Musim Tanam per Ha Variabel Jumlah orang Proporsi Satu kali 89 82,40 Dua kali 16 14,82 Lebih dari dua kali 3 2,78 Total 108 100 Pihak yang melakukan pembelian pupuk NPK ke tempat pembelian dijelaskan lebih rinci pada Tabel 31. Sebanyak 75 persen responden menjawab bahwa pihak yang melakukan pembelian pupuk NPK adalah responden itu sendiri dimana dalam karakteristik responden digambarkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki sebagai kepala keluarga dan pengambil keputusan utama dalam menentukan pembelian pupuk. Petani sebesar 16,67 persen menjawab bahwa pupuk yang mereka beli diantar oleh penjual adalah petani yang memesan pupuk melalui koperasi. Tabel 31. Komposisi Responden Berdasarkan Pihak yang Melakukan Pembelian Pupuk NPK ke Tempat Pembelian Variabel Jumlah orang Proporsi Saya sendiri 81 75 Istrisuami 4 3,7 Anak 2 1,85 Saudara 3 2,78 Diantar oleh penjual 18 16,67 Total 108 100 Tindakan yang diambil oleh petani ketika mendapati bahwa merek pupuk NPK yang mereka inginkan tidak tersedia di kios tempat biasanya mereka membeli, menggambarkan tingkat kesetiaan pada merek tersebut. Dari hasil penelitian menjelaskan bahwa sebanyak 54,63 persen petani akan berusaha terlebih dahulu mencari ke tempat kios lain untuk mendapatkan merek pupuk NPK yang mereka inginkan. Membeli pupuk tunggal saja dengan persentase 33,33 persen menjadi pilihan petani apabila merek pupuk NPK yang dicari tidak ada. Sebanyak 9,26 persen petani akan membeli merek pupuk NPK yang lain apabila merek yang dicari tidak tersedia. Tindakan lainnya yang dilakukan petani dengan persentase 2,78 persen adalah menunggu samapai merek yang dicari itu tersedia. Persentase-persentase jawaban petani ini menggambarkan bahwa tingkat kesetiaan petani pada merek yang mereka inginkan cukup tinggi, persentase dari masing-masing jawaban tersebut dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Komposisi Responden Berdasarkan Tindakan yang Dilakukan Apabila Merek Pupuk NPK yang Diinginkan Tidak Tersedia Variabel Jumlah orang Proporsi Mencari ke tempat lain 59 54,63 Membeli merek pupuk NPK yang lain 10 9,26 Membeli pupuk tunggal 36 33,33 Lainnya 3 2,78 Total 108 100 Tabel 33 menjelaskan cara petani memutuskan untuk membeli pupuk NPK. Petani dalam hal ini memutuskan membeli pupuk NPK apakah terencana sudah direncanakan walaupun persediaan masih ada, tergantung situasi apabila persediaan habis atau mendadak hanya sebagai pengganti pupuk tunggal saja. Dari hasil jawaban responden dapat diketahui bahwa 87,96 persen petani melakukan pembelian pupuk NPK secara terencana, 10,18 persen tergantung situasi dan hanya 1,8 persen petani melakukan pembelian pupuk NPK secara mendadak. Tabel 33. Komposisi Responden Berdasarkan Cara Memutuskan Pembelian Pupuk NPK Variabel Jumlah orang Proporsi Terencana 95 87,96 Tergantung situasi 11 10,18 Mendadak 2 1,86 Total 108 100

6.5. Perilaku Pasca Pembelian Tahap akhir dari proses pengambilan keputusan pembelian adalah

mengevaluasi perilaku setelah melakukan pembelian, dalam tahap ini konsumen akan mengevaluasi apakah hasil yang diperoleh dari pembelian produk tersebut memuaskan atau tidak. Keyakinan sikap pada tahap ini akan mempengaruhi niat pembelian berikutnya dimasa yang akan datang. Tabel 34 menjelaskan bahwa setelah menggunakan pupuk majemuk NPK petani dengan persentase terbanyak sebesar persen 75,93 persen menyatakan memiliki kemauan untuk sepenuhnya hanya menggunakan pupuk NPK saja sebagai pengganti pupuk tunggal, sedangkan sebanyak 24,07 persen menyatakan tidak bersedia untuk mengganti pupuk tunggal dengan pupuk NPK saja. Alasannya mereka selama ini sudah sangat terbiasa mengolah lahan sawah mereka dengan menggunakan pupuk tunggal seperti urea dan TSP, jika mereka tidak menggunakan pupuk tunggal, tidak ada keyakinan bahwa hasil sawah mereka akan baik. Tabel 34. Komposisi Responden Berdasarkan Kesediaan Untuk Mengganti Pupuk Tunggal Dengan Pupuk NPK Variabel Jumlah orang Proporsi Ya, bersedia 82 75,93 Tidak bersedia 26 24,07 Total 108 100 Pada Tabel 35 dapat diketahui dengan persentase terbesar sebayak 94,44 persen petani merasa puas setelah menggunakan pupuk NPK, sedangkan yang merasa tidak puas setelah menggunakan pupuk NPK adalah sebesar 5,56 persen. Alasan yang mereka ungkapkan adalah karena setelah digunakan tidak meningkatkan produktivitas atau hasil gabah tonHa. Tabel 35. Komposisi Responden Berdasarkan Kepuasan Setelah Menggunakan Pupuk NPK Variabel Jumlah orang Proporsi Ya, puas 102 94,44 Tidak puas 6 5,56 Total 108 100 Tabel 36 menunjukkan dari sebanyak 108 responden petani, 94,44 persen petani yang mengatakan puas setelah menggunakan pupuk sebanyak 94,44 persen mereka menyatakan akan membeli pupuk NPK kembali, sedangkan yang memutuskan tidak akan membelinya kembali adalah sebesar 5,56 persen. Alasan yang mereka ungkapakan mengapa tidak ingin membelinya kembali adalah harganya yang dirasakan masih terlalu mahal oleh petani sedangkan hasil yang didapat sama saja dengan hanya menggunakan pupuk tunggal. Tabel 36. Komposisi Responden Berdasarkan Keinginan untuk Membeli Kembali Pupuk NPK Variabel Jumlah orang Proporsi Ya 102 94,44 Tidak 6 5,56 Total 108 100