BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis regresi linear berganda menunjukkan Konflik Peran Ganda dan Kecerdasan Emosional secara serempak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Stres Kerja Karyawan Wanita pada PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan Kabupaten Simalungun.
Secara parsial Konflik Peran Ganda berpengaruh positif dan signifikan terhadap Stres Kerja Karyawan Wanita pada PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha
Tinjowan Kabupaten Simalungun dan variabel ini berpengaruh lebih dominan daripada variabel Kecerdasan Emosional terhadap Stres Kerja Karyawan Wanita.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian skripsi ini dan Kesimpulan yang didapat maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Karyawan wanita hendaknya lebih meningkatkan langkah atau cara dalam mengatasi konflik yang ditimbulkan dengan cara mengatur dan
menyeimbangkan pekerjaan dengan keluarga sebaik mungkin demi meningkatkan kinerja sehingga mengurangi stres kerja.
2. Memberi pengertian kepada keluarga tentang pekerjaannya agar tidak terjadi konflik antara pekerjaan dengan keluarga.
Universitas Sumatera Utara
3. Kepada pemimpin PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan Kabupaten Simalungun untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional
karyawan agar tetap konsisten dan bagi masing-masing karyawan untuk tetap dipertahankan untuk membentuk motivasi dan semangat kerja sehingga dapat
mengurangi stres kerja. 4. Atasan perlu memberikan bantuan untuk mengatasi masalah-masalah tenaga
kerja wanita terutama yang berkaitan dengan pekerjaan yaitu dengan menyediakan fasilitas seorang sarjana psikologi industri sebagai wadah bagi
tenaga kerja dalam mengatasi Konflik Peran Ganda, Kecerdasan Emosional dan Stres Kerja. kemudian menyediakan ruang laktasi dan tempat penitipan
anak di perusahaan untuk membantu pekerja mengasuh sendiri anaknya untuk menjaga perkembangan psikologis dan sosial anak menjadi lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konflik Peran Ganda 2.1.1 Pengertian Konflik Peran Ganda
Anoraga 2009 : 102 mengatakan bahwa konflik merupakan bagian dari dinamika kehidupan manusia. Konflik terjadi karena seseorang memiliki
kebutuhan keinginan dan kepentingan yang harus dipuaskan dan hal tersebut terancam karena adanya tindakan, ucapan atau keputusan orang lain. Rivai 2009 :
1000 juga berpendapat konflik ialah suasana batin yang berisi kegelisahan dan pertentangan antara dua motif atau lebih mendorong seseorang untuk melakukan
dua atau lebih kegiatan yang saling bertentangan. Menurut Robbins dan Judge 2007 : 362 konflik peran role conflict
adalah sebuah situasi di mana seorang individu dihadapkan dengan ekspektasi- ekspektasi peran yang berlainan. Konflik ini muncul ketika seorang individu
menemukan bahwa untuk memenuhi syarat satu peran dapat membuatnya lebih sulit untuk memenuhi peran lain. Sedangkan menurut Luthans 2007 : 453
terdapat 3 jenis konflik peran. Jenis yang pertama adalah konflik antara orang dan peran.
Mungkin terdapat konflik antara kepribadian orang dan harapan peran. Jenis yang kedua adalah konflik antarperan yang dihasilkan oleh harapan yang
berlawanan mengenai bagaimana memainkan peran. Terakhir adalah konflik peran kerja dan tidak kerja.
Greenhaus dan Beutell dalam Laksmi, 2012 yang mengatakan bahwa konflik peran ganda work family conflict didefenisikan sebagai suatu bentuk
Universitas Sumatera Utara
konflik peran dalam diri seseorang yang muncul karena adanya tekanan peran dari pekerjaan yang bertentangan dengan tekanan peran dari keluarganya. Konflik
peran ganda bisa terjadi akibat lamanya jam kerja seseorang, sehingga waktu bersama keluarga menjadi kurang. Individu menjalankan dua peran secara
bersamaan, yakni dalam pekerjaan dan dalam keluarga sehingga faktor emosi dalam satu wilayah mengganggu wilayah lainnya.
2.1.2 Jenis Konflik Peran Ganda
Konflik peran ganda muncul apabila wanita merasa ketegangan antara peran pekerjaan dengan peran keluarga, parasuraman, Greenhaus, dan Granrose
dalam Almasitoh, 2011 dan Voydanoff mengatakan bahwa konflik peran ganda
memiliki tiga macam konflik peran yaitu:
1. Konflik berdasarkan waktu Time- based conflict. Waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah satu tuntutan keluarga atau pekerjaan dapat
mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan yang lainnya pekerjaan- keluarga. Bentuk konflik ini secara positif berkaitan dengan :
a. Jumlah jam kerja b. Lembur
c. Tingkat kehadiran d. Ketidakteraturan shift
e. Kontrol jadwal kerja
Universitas Sumatera Utara
2. Konflik berdasarkan tekanan Strain-based conflict. Terjadi tekanan dari salah satu peran mempengaruhi kinerja peran lainnya. Dimana gejala tekanan
seperti : a. ketegangan
b. kecemasan c. kelelahan
d. karakter peran kerja e. kehadiran anak baru
f. ketersediaan sosial dari anggota keluarga 3. Konflik berdasarkan perilaku Behavior-based conflict. Berhubungan dengan
ketidaksesuaian antara pola prilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian pekerjaan atau keluarga.
Bentuk konflik peran juga dikemukakan oleh Yavas dkk 2008 : 8 yaitu konflik pekerjaan dan konflik keluarga.
1. Konflik pekerjaan Konflik pekerjaan sebagai bentuk konflik peran dimana tuntutan peran
pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Sementara Netemeyer dalam Yavas dkk, 2008 : 10
mendefenisikan konflik pekerjaan dimana tuntutan umum, waktu serta ketegangan yang berasal dari pekerjaan mengganggu tanggung jawab
karyawan terhadap keluarga. Menurut Boles dalam Indriyani, 2009, indikator-indikator konflik
pekerjaan keluarga adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Tuntutan tugas b. Sibuk dengan pekerjaan
c. Waktu untuk keluarga d. Tanggung jawab terhadap keluarga
2. Konflik keluarga Adapun konflik keluarga mengacu pada suatu bentuk konflik peran yang
pada umumnya tuntutan waktu untuk keluarga, dan ketegangan yang diciptakan oleh keluarga mengganggu tanggung jawab karyawan terhadap
pekerjaan Netemayer, dalam Yavas dkk., 2008 : 10. Menurut Frone dalam Indriyani, 2009 indikator-indikator konflik
keluarga-pekerjaan adalah : a. Tekanan sebagai ibu
Tekanan sebagai ibu merupakan beban kerja sebagai orang tua dalam keluarga. Beban yang ditanggung bisa berupa beban pekerjaan rumah
tangga karena anak tidak dapat membantu dan kenakalan anak. b. Tekanan sebagai istri
Tekanan sebagai istri merupakan beban sebagai istri didalam keluarga. Beban yang ditanggung bisa berupa pekerjaan rumah tangga Karena
suami tidak dapat membantu, tidak adanya dukungan suami dan sikap suami yang mengambil keputusan tisak secara bersama-sama.
c. keterlibatan sebagai istri Keterlibatan sebagai istri mengukur tingkat seseorang dalam memihak
secara psikologis dalam perannya sebagai pasangan istri.
Universitas Sumatera Utara
Keterlibatan sebagai istri bisa berupa kesediaan sebagai istri untuk menemani suami dan sewaktu dibutuhkan suami.
d. Keterlibatan pekerjaan Keterlibatan pekerjaan menilai derajat dimana pekerjaan seseorang
mencampuri kehidupan keluarganya. Keterlibatan pekerjaan dapat berupa persoalan-persoalan pekerjaan yang mengganggu hubungan
didalam keluarga.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konflik Peran Ganda
Bellavia Frone 2005:123 membagi faktor-faktor yang mempengaruhi mendefinisikan Konflik Peran Ganda Work Family Conflict
menjadi tiga faktor, yaitu:
1. Dalam Diri Individu General Intra Individual Predictors Ciri demografis jenis kelamin, status keluarga, usia anak terkecil dapat
menjadi faktor resiko; kepribadian seperti negative affectivity, daya tahan, ketelitian dapat membentengi dari potensi konflik peran. contohnya adalah
wanita lebih berpotensi mengalami konflik peran karena tugas-tugas dalam rumah lebih dipandang sebagai tanggung jawab terbesar wanita dari pada laki-
laki. 2. Peran Keluarga Family Role Predictors
Pembagian waktu untuk pekerjaan di keluarga pengasuhan dan tugas rumah tangga, stresor dari keluarga dikritik, terbebani oleh anggota keluarga,
konflik peran dalam keluarga, ambiguitas peran dalam keluarga.
Universitas Sumatera Utara
3. Peran Pekerjaan Work Role Predictors Pembagian waktu, terkena stressor kerja tuntutan pekerjaan atau overload,
konflik peran kerja, ambiguitas peran kerja, atau ketidakpuasan, karakteristik pekerjaan kerjasama, rasa aman dalam kerja, dukungan sosial dari atasan
dan rekan, karakteristik tempat kerja. Jumlah tugas yang terlalu banyak akan membuat karyawan harus kerja lembur, atau banyaknya tugas keluar kota
membuat karyawan akan menghabiskan lebih banyak waktunya untuk pekerjaan dan untuk berada di perjalanan.
2.1.4 Hubungan Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja
Secara umum diakui bahwa konflik peran mempunyai dampak besar terhadap tingkat stres seseorang. Situasi keluarga-baik krisis singkat, seperti
pertengkaran atau sakit anggota keluarga, atau relasi buruk dengan orang tua, pasangan atau anak-anak-dapat bertindak sebagai stressor yang signifikan pada
karyawan terutama pada wanita. Sehingga semakin mempersulit karyawan untuk menyeimbangkan tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Hal ini menjadi bukti
bahwa wanita lebih mengalami stres dari pada pria Lunthans, 2006 : 443.
Pendapat lain menyatakan Sutanto, 2008 bahwa Para wanita bekerja atau wanita yang mempunyai peran ganda yaitu sebagai ibu sekaligus sebagai pekerja
sering mengalami stres. Dengan demikian semakin kompleks persoalan yang dialami oleh para ibu rumah tangga yang bekerja diluar rumah. Ada yang bisa
menikmati peran gandanya, namun ada yang merasa kesulitan hingga akhirnya persoalan-persoalan rumit kian berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Anoraga 2009 : 123 mengatakan dilema wanita karir timbul karena peranan dan fungsi wanita. Dilema itu hanya timbul pada diri wanita, bukan pria.
Perbedaan tersebut diperjelas dengan adanya Panca Dharma Wanita Indonesia yang menuntut wanita dapat melakukan lima tugas, yaitu sebagai
istripendamping sumai, sebagai pengelola rumah tangga, sebagai penerus keturunan, sebagai ibu dari anak-anak dan sebagai warga negara. Dengan
keadaan ini, memang berat peranan wanita. Tidak mungkin semuanya berjalan baik dan sulit untuk mencapai hasil maksimal. Pasti ada tugas yang tercecer, ada
yang terselesaikan dengan baik sekali dan sebagainya. Dilema inilah yang nantinya akan
menciptakan rasa tidak nyaman dan berpotensi memicu stres. Chopur 2011 dan Hennesey 2007 menjelaskan bahwa, Karyawan yang
mengalami depresi atau stres akan merasa sulit untuk menjadi orangtua yang baik, yang mencintai anak-anaknya, atau meningkatkan perhatian pada masalah-
masalah keluarga dan tanggung jawab akan membuat sulit bagi mereka untuk menyelesaikan pekerjaan mereka pada tepat waktu.
Tekanan untuk mengembangkan dua peran tersebut dapat menyebabkan timbulnya stres. Konflik pekerjaan-keluarga merupakan salah satu bentuk konflik
antar peran dimana tekanan dari pekerjaan mengganggu pelaksanaan peran keluarga. Thomas dan Gansterdalam Agustina, 2006 menyatakan bahwa 38
pria dan 43 wanita yang sudah menikah dan memiliki pekerjaanserta anak, dilaporkan mengalami konflik pekerjaan-keluarga dan keluarga-pekerjaan
terhadap stres kerja tetapi juga ketidakpuasan kerja, depresi, kemangkiran, dan bahkan penyakit jantung.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Kecerdasan Emosional 2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional