30
Universitas Sumatera Utara
2.4Probabilitas Kebangkrutandan Audit Report Lag
Kebangkrutan adalah kesulitan keuangan yang sangat parah sehingga perusahaan tidak dapat lagi menjalankan operasinya dengan baik.Hal ini
berbeda dengan financial distress yang merupakan awal dari
kebangkrutan.Financial distress adalah tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan, yang terjadi sebelum terjadinya
kebangkrutan ataupun likuidasi. Kebangkrutan juga sering disebut dengan likuidasi perusahaan atau atau insolvabilitas Setyahadi., 2012.
Menurut Martin et al. 1995 dalam Setyahadi 2012, kebangkrutan sebagai kegagalan dibedakan menjadi dua bagian.Bagian pertama adalah
kegagalan ekonomi economic failure, yaitu perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi biayanya sendiri, yang berarti
bahwa tingkat laba lebih kecil daripada biaya modal.Hal ini berarti nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajibannya.Bagian kedua
adalah kegagalan keuangan financial failure, yaitu insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham.
Jatuh bangunnya perusahaan merupakan hal yang biasa.Kondisi yang membuat para investor dan kreditor merasa khawatir jika perusahaan
mengalami kesulitan keuangan keadaan menuju kebangkrutan yang sewaktu- waktu bisa mengarah pada kebangkrutan.
2.5 Corporate Governance dan Audit Report Lag
Teori keagenan menjelaskan hubungan antara principal dan
agent.Hubungan keagenan merupakan hubungan kontrak antara principal yang
31
Universitas Sumatera Utara
mempekerjakan agent untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut
Jensen Meckling, 1976 dalam Widya, 2013.Teori keagenan dimulai dengan asumsi bahwa orang bertindak sendiri untuk kepentingan pribadi
mereka, dan berpegang pad kondisi normal mereka, tujuan, kepentingan, dan risiko dari principal dan agent yang tidak identik. Teori keagenan
menyebutkan bahwa ketika pihak manager tidak memiliki saham secara sepenuhnya, maka akan menimbulkan konflik antara pihak stockholder dan
manager. Konflik ini akan menimbulkan berbagai masalah yang berkaitan dengan keagenan, seperti asimetri informasi, pengeluaran berlebih sebagai
akbibat hak-hak istimewa, keputusan investasi suboptimal, dan pembelian keuangan Jensen Meckling, 1976 dalam Rahadianto, 2012. Praktik Good
Corporate Governance merupakan solusi dalam mengatasi konflik keagenan antara pihak stockholder dan pihak manager.
Corporate Governance merupakan sebuh konsep yang berazaskan pada agency theory, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai alat dalam pemberian
keyakinan terhadap para investor bahwa mereka akan memperoleh return atas dana yang telah mereka tanamkan. Corporate Governance erat kaitannya
dengan bagaimana manager meyakinkan investor bahawa mereka akan memperoleh keuntungan atas investasi yang dilakukan. Manager bukan hanya
sekadar memberikan keyakinan saja, tetapi juga menjamin dana atau kapital tersebut tidak disalahgunakan seperti pencurian atau penggelapan, mengalihkan
investasi pada proyek-proyek yang tidak menguntungkan, serta bagaimana
32
Universitas Sumatera Utara
manager melakukan controlling terhadap manager Shleifer Vishny, 1997 dalam Rahadianto, 2012.
Menurut Organization for Economic Corporation and Development OECD, 2004, definisi Corporate Governance:
Corporate Governance is the system by which bussiness operations are directed and controlled. The corporate governance stucture specifies the
distribution of rights and responsibilities among different participants in the corporation, such as board, managers, shareholders, and other
stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through
which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance
Pada penelitian kali ini, komponen Corporate Governance yang digunakan penulis adalah komisaris independen sebagai variabel bebas dan
komite audit sebagai variabel pemoderasi.Akhir-akhir ini, eksistensi Komisaris Independen pada perusahaan go public menjadi suatu kebutuhan.Selain itu,
munculnya tuntutan regulator dan investor untuk adanya mekansime check dan balance antara direksi dan dewan komisaris. Maka muncullah kebutuhan akan
komisaris independen Daniri Simatupang, 2010. Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan, dan tidak terafiliasi
dengan manajemen, dewan direksi lainnya atau pemegang saham yang dapat mempengaruhi independensinya Juniarti Agnes, 2009 dalam Swami
Latrini, 2013. Menurut Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117M-MBU2002,
komposisi Komisaris Independen yaitu paling sedikit 20 dua puluh persen dari anggota komisarisdewan pengawas harus berasal dari kalangan di luar
BUMN yang bersangkutan yang bebas dengan ketentuan sebagai berikut:
33
Universitas Sumatera Utara
• Tidak menjabat sebagai direksi di perusahaan terafiliasi
• Tidak bekerja pada pemerintahan termasuk, lembaga dan kemiliteran dalam
kurun waktu tiga tahun terakhir •
Tidak bekerja di BUMN yang bersangkutan atau afiliasinya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir
• Tidak mempunyai keterkaitan finansial, baik langsung maupun tidak
langsung dengan BUMN yang bersangkutan atau perusahaan yang menyediakan jasa dan produk kepada BUMN yang bersangkutan atau
afiliasinya •
Bebas dari kepentingan dan aktivitas bisnis atau hubungan lain yang dapat menghalangi atau mengganggu kemampuan KomisarisDewan Pengawas
yang berasal dari kalangan di luar BUMN yang bersangkutan untuk bertindak atau berpikir secara bebas di lingkungan BUMN
Menurut Forumfor Corporate Governance in Indonesia FCGI, definisi komite audit adalah:
Komite audit adalah komite beranggotakan komisaris independen, terlepas dari kegiatan manajemen sehari-hari dan mempunyai tanggung jawab
utama untuk membantu dewan komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya terutama dengan masalah yang berhubungan dengan kebijakan
akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan sistem pelaporan keuangan
Komite audit bertanggung jawab dalam mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal. Klein
2002 dalam Rahadianto 2012, memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan yang membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan
kandungan akrual diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk komite audit independen.Di Indonesia
melihat betapa pentingnya keberadaan komite audit yang efektif dalam rangka
34
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan kualitas pengelolaan perusahaan, maka serangkaian ketentuan mengenai komite audit telah diterbitkan, antara lain sebagai berikut :
a. Pedoman Good Corporate Governance Maret 2001 yang menganjurkan
semua perusahaan di Indonesia memiliki Komite Audit. b.
Surat Edaran BAPEPAM No. SE-03PM2000 yang merekomendasikan perusahaan-perusahaan publik memiliki komite audit, sebagaimana
diperbaharui dengan Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-41PM2004 tanggal 24 September 2004 tentang Peraturan Nomor IX.1.5 :
Pembentukkan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Kep. 339BEJ07-2001, yang mengharuskan semua perusahaan yang listed di
Bursa Efek Jakarta memiliki komite audit. c.
Keputusan Menteri BUMN No. KEP-103MBU2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai komite audit.
d. Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117M-MBU2002 yang
mengharuskan semua BUMN mempunyai komite audit. Di Indonesia, dalam struktur kepengurusan perusahaan selalu ada
posisiDireksi dan Komisaris. Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang PerseroanTerbatas pasal 92 ayat 1 menyebutkan bahwa Direksi menjalankan
pengurusanperseroan untuk kepentingan perseroan serta sesuai dengan maksud dan tujuanperseroan. Sedangkan pasal 108 ayat 1 mengatakan
bahwa Dewan Komisarismelakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usah
usaha perseroan, dan memberinasihat kepada direksi.
35
Universitas Sumatera Utara
Dalam pedoman umum GCG yang diterbitka Dalam pedoman umum GCG yang diterbitkan oleh Komite NasionalKebijakan Governance KNKG
disebutkan bahwa Dewan Komisaris dapat terdiridari Komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi yang dikenal sebagaiKomisaris Independen dan
Komisaris yang Terafiliasi. Yang dimaksud denganterafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaandengan pemegang saham
pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Disebutkan juga bahwa jumlah KomisarisIndependen
harus dapat menjamin bahwa mekanisme pengawasan berjalan efektifdan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Salah satu dari
KomisarisIndependen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan.
Dalam Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5 disebutkan bahwa KomisarisIndependen adalah anggota Komisaris yang:
1. Berasal dari luar emiten atau perusahaan publik
2. Bukan merupakan orang yang bekerja pada emiten dan perusahaan
publikdan mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan,memimpin, atau mengendalikan serta mengawasi kegiatan
emiten atauperusahaan publik dalam waktu enam bulan terakhir 3.
Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung padaemiten atau perusahaan publik
4. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau
perusahaanpublik, Komisaris, Direksi, atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik
36
Universitas Sumatera Utara
5. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsungyang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik, dan
6. Tidak mempunyai hubungan lain yang dapat
mempengaruhikemampuannya untuk bertindak independen.Adanya keberadaan Komisaris Independen ini, karena tidak terafiliasi
denganpendiri atau pemegang saham mayoritas, diharapkan bisa mewakili kepentingan pemegang saham publik. Dengan begitu, kepentingan investor
saham sebagaipemegang saham publik lebih terjamin.
2.6 Auditor Switchingdan Audit Report Lag