Uji Heterokedastisitas Uji Autokorelasi

85 Universitas Sumatera Utara DEKOM_INDP 50.361 30.908 .252 1.629 .114 .888 1.126 SWITCH -3.691 8.312 -.105 -.444 .660 .382 2.619 TENURE -8.627 8.037 -.285 -1.073 .292 .303 3.306 KOMDIT 1.970 2.195 .138 .897 .377 .906 1.104 a. Dependent Variable: ARL Sumber: Output run SPSS 18.0; Diolah penulis, 2016 Hasil uji multikolinieritas setelah pemoderasipada tabel 4.4, dapat dilihat tidak terjadi gejala multikolinearitas antara variabel penelitian, dimana nilai VIF dari variabel KONV_IFRS, PROB, DEKOM_INDP, SWITCH, TENURE, dan KOMDIT menunjukkan nilai 10 dan nilai Tolerance 0.10. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi korelasi di antara variabel-variabel independen yang diuji dalam penelitian ini baik sebelum pemoderasimaupun setelah pemoderasi, sehingga variabel-variabel independen ini tidak perlu dikeluarkan dari model regresi.

4.3.3 Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas dilakukan dengan memplotkan grafik antara SDRESID dengan ZPRED di mana gangguan heterokedastisitas akan tampak dengan adanya pola tertentu pada grafik. dasar pengambilan keputusan dalam pengambilan keputusan dalam uji heteroskedatisitas adalah : Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik point-point yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Gambar 4.3 86 Universitas Sumatera Utara Uji Heterokedastisitas Sebelum Pemoderasi Sumber: Output run SPSS 18.0; Diolah penulis, 2016 Hasil uji heterokedastisitas berdasarkan grafik Scatterplot sebelum pemoderasipada gambar 4.5, dapat dilihat bahwa terdapat titik-titik yang menyebar atau acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y dan menunjukkan pola yang tidak jelas, hal ini menunjukkan bahwa model regresi tidak terjadi heterokedastisitas. Gambar 4.4 Uji Heterokedastisitas Setelah Pemoderasi 87 Universitas Sumatera Utara Sumber: Output run SPSS 18.0; Diolah penulis, 2016 Hasil uji heterokedastisitas berdasarkan grafik Scatterplot setelah pemoderasipada gambar 4.6, dapat dilihat bahwa terdapat titik-titik yang menyebar atau acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y dan menunjukkan pola yang tidak jelas, hal ini menunjukkan bahwa model regresi tidak terjadi heterokedastisitas. Apabila terjadi heterokedastisitas, maka hasil dari grafik akan menunjukkan pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heterokedastisitas pada model regresi baik sebelum dan setelah pemoderasi, sehingga model regresi layak dipakai.

4.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu 88 Universitas Sumatera Utara pada periode t-1 sebelumnya.Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, dilakukan pengujian Durbin-Watson dw. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam analisis regresi linier berganda, maka dilakukan pengujian dengan uji Durbin Waston. Uji autokorelasi sangat disyaratkan pada data time series, namun untuk data crosssection juga dibutuhkan sebagai cross check terhadap pengujian lainnya. Tabel 4.6 Uji Autokorelasi Sebelum Pemoderasi Runs Test Unstandardized Residual Test Value a .72019 Cases Test Value 18 Cases = Test Value 18 Total Cases 36 Number of Runs 17 Z -.507 Asymp. Sig. 2-tailed .612 a. Median Sumber: Output run SPSS 18.0; Diolah penulis, 2016 89 Universitas Sumatera Utara Hasil uji autokolerasi berdasarkan tabel 4.10 sebelum moderating, menunjukkan bahwa signifikansi variabel pertumbuhan laba Asymp.Sig.2-tailed lebih besar dari 0.05 yaitu 0.612 yang berarti data yang digunakan cukup random residual random atau tidak terjadinya autokolerasi antar nilai residual. Tabel 4.7 Uji Autokorelasi Setelah Pemoderasi Runs Test Unstandardized Residual Test Value a .80580 Cases Test Value 18 Cases = Test Value 18 Total Cases 36 Number of Runs 18 Z -.169 Asymp. Sig. 2-tailed .866 a. Median Sumber: Output run SPSS 18.0; Diolah penulis, 2016 Hasil dari uji autokolerasi setelah moderating yang terdapat pada tabel 4.11, dapat dilihat bahwa signifikansi variabel pertumbuhan laba Asymp.Sig.2-tailed lebih besar dari 0.05 yaitu 0.866 yang berarti data yang digunakan cukup random residual random atau tidak terjadinya autokolerasi antar nilai residual.

4.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2010-2012)

4 90 102

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

2 82 104

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan Yang Tergabung Di Jakarta I

0 3 15

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag pada Perusahaan Property & Real State dan Financial yang Terdaftar di BEI (Periode 2011-2012).

1 5 23

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011

0 0 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011

0 0 16

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011

0 0 39

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011

1 1 7

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011

0 0 14