89
“Kasus conjuctivitis atau mata merah termasuk juga penyakit yang banyak ditangani di pos-pos kesehatan yang berada dibawah tanggung jawab
Puskesmas TiganDerket. Dimana penyakit ini disebabkan karena debu gunung Sinabung yang menyebabkan mata menjadi iritasi. Sehingga perlu
penanganan yang cepat untuk meminimalisir terjadinya efek dari kasus ini” F, 28 Mei 2014
Informan F mengatakan bahwa kasus conjuctivitis atau mata merah merupakan salah satu kasus yang banyak dijumpai di pos-pos kesehatan. Dimana
penyebab penyakit conjuctivitis atau mata merah ini dikarenakan debu Erupsi Gunung Sinabung yang menyebabkan mata menjadi iritasi atau berwarna kemerahan.
Sehingga perlu penangan yang cepat untuk meminimalisir efek yang ditimbulkan.
4.5.1.4 Luka Bakar
Luka bakar adalah cedera pada jaringan tubuh akibat panas, bahan kimia maupun arus listrik atau radio aktif dimana rusaknya struktur dan fungsi anatomis
normal akibat proses patologis yang berasal dari internal dan eksternal yang mengenai organ tertentu
Informan A berpendapat : “Luka bakar merupakan dampak yang paling serius dari kejadian erupsi
Gunung Sinabung. Dimana kemarin kita ketahui bersama-sama bahwa ada korban jiwa yang disebabkan luka bakar yang sangat parah di karena debu
panas erupsi Gunung Sinabung. Secara khusus dinas kesehatan tidak ada penanganan khusus, sehingga kita agak sulit ketika terjadi kasus kemarin.
Seharusnya setiap pos-pos kesehatan memiliki tenaga kesehatan yang berkompeten untuk menangani kasus ini. Selain itu juga didukung oleh
peralatan dan obat-obatan yang cukup untuk kejadian luka bakar. ” A, 30 Mei 2014
Universitas Sumatera Utara
90
Informan A mengatakan bahwa kasus luka bakar merupakan kasus yang paling serius ketika terjadi erupsi Gunung Sinabung. Dimana kasus ini kemarin
memakan korban jiwa, dimana korban terperangkap dan terkena debu panas, sehingga korban mengalami luka bakar yang sangat serius. Dinas kesehatan
kabupaten Karo belum memiliki penanganan khusus untuk kasus ini apabila terdapat dipos-pos kesehatan, dimana setiap pos-pos kesehatan belum memiliki tenaga
kesehatan yang berkompeten untuk menangani kasus ini dan juga dukungan dari segi perlengkapan dan obat-obatan untuk kasus luka bakar ini.
Dimana informan B juga mengatakan : “ Luka bakar merupakan kejadian yang sangat berbahaya ketika masa tanggap
darurat Erupsi Gunung Sinabung. Dimana kemarin kasus luka bakar ini telah memakan korban jiwa, dimana belasan orang meninggal dunia karena kasus
luka bakar disebabkan debu panas dari Gunung Sinabung. Seharusnya ada pelatihan khusus untuk menangani kasus luka bakar ini, sehingga apabila
didapatkan kasus maka dapat ditangani sesegera mungkin dengan baik dan benar”B, 28 Mei 2014
Informan B mengatakan bahwa kasus luka bakar telah memakan korban jiwa, dimana korban tersebut terkena debu panas dari Erupsi Gunung Sinabung. Salah satu
cara yang baik untuk menangani kasus ini adlah, diberikannya pelatihan khusus kepada tenaga kesehatan di pos-pos kesehatan yang berada dibawah ruang lingkup
Puskesmas tentang penanganan kasus luka bakar. Sehingga apabila ditemukan kasus luka bakar dapat segera ditolong dan diobati dengan baik dan benar.
Informan C mengatakan : “Luka bakar merupakan kasus yang jarang dijumpai di pos-pos kesehatan.
Tetapi kasus luka bakar merupakan kasus yang sangat berbahaya dikarenakan
Universitas Sumatera Utara
91
kemarin telah memakan korban jiwa. Dimana korban tersebut hangus dikarenakan terkena debu panas Gunung Sinabung”C, 28 Mei 2014
Informan C mengatakan bahwa kasus luka bakar jarang ditangani di pos-pos kesehatan, tetapi kasus luka bakar merupakan kasus yang sangat berbahaya dimana
telah memakan korban jiwa. Dimana kemarin korban meninggal disebabkan karena debu panas erupsi Gunung Sinabung.
Informan D mengatakan : “Kasus luka bakar merupakan kasus yang paling jarang terjadi tetapi kasus ini
sangat berbahaya dan serius. Oleh karena itu perlu ada penanganan khusus kepada korban luka bakar. Dimana kemarin ada korban meninggal akibat luka
bakar yang parah yang disebabkan karena terkena debu panas Gunung Sinabung.”D, 30 Mei 2014
Informan D mengetahui bahwa kasus luka bakar merupakan kasus yang paling sangat berbahaya, dimana kasus luka bakar ini telah memakan korban jiwa. Dalam
penanganan kasus luka bakar perlu ada penanganan khusus. Kasus luka bakar merupakan kasus yang jarang terjadi dan berbahaya.
Informan E mengatakan : “kemarin ada korban jiwa yang meninggal akibat kasus luka bakar. Dimana
mereka terkena debu pasa Gunung Sinabung. Kasus luka bakar jarang didapatkan dipos-pos kesehatan, yang menjadi korban kemarin adalah mereka
yang memasuki wilayah yang sangat berbahaya.”E, 29 Mei 2014
Informan E mengatakan bahwa kasus luka bakar merupakan kasus yang sangat berbahaya, dimana kasus luka bakar kemarin telah memakan korban jiwa.
Universitas Sumatera Utara
92
Dimana korban yang meninggal kemarin adalah mereka yang memasuki wilayah yang sangat berbahaya. Kasus luka bakar ini jarang didapatkan di pos-pos kesehatan.
Informan F mengatakan : “Kasus Luka bakar adalah kasus dimana jaringan kulit mengalami kerusakan.
Kasus luka bakar jarang didapatkan, tetapi kasus ini sangat berbahaya. Dimana kemarin, kasus luka bakar telah memakan korban jiwa, dimana
korban meninggal karena terkena debu panas Gunung Sinabung yang menyebabkan korban mengalami luka bakar yang sangat berbahaya.”
F, 28 Mei 2014
Informan F mengatakan luka bakar merupakan terjadinya kerusakan pada jaringan kulit. Kasus luka bakar jarang dijumpai, tetapi kasus ini sangat berbahaya
dikarena banyak memakan korban jiwa. Korban meninggal dikarenakan terkena debu panas erupsi Gunung Sinabung yang menyebabkan korban mengalami luka bakar
yang sangat serius.
4.6 Menentukan Jumlah Populasi Berdasarkan Umur
Populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama spesies yang hidup ditempat yang sama dana memiliki kemampuan bereproduksi sesamanya.
Populasi adalah kumpulan dari beberapa komunitas yang ada baik yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan Umur.
Didalam teori morbiditas menentukan jumlah populasi sangat menentukan seberapa banyak obat itu yang dibutuhkan maupun disediakan. Oleh karena itu
didalam penelitian ini peneliti bertanya kepada informan mengenai jumlah populasi
Universitas Sumatera Utara
93
berdasarkan seberapa banyak jumlah obat yang dibutuhkan ketika masa tanggap darurat erupsi Gunung Sinabung.
Informan A berpendapat : “Didalam penentuan jumlah dan dosis obat berdasarkan apa yang ada dinas
kesehatan, tetapi obat yang ada di Dinas Kesehatan sudah sesuai dengan kebutuhan yang ada, dimana kasus yang terjadi adalah kasus- kasus yang
umum”A, 30 Mei 2014
Informan A tidak mengetahui jumlah populasi pengungsi secara detail berdasarkan pengungsian, dimana informan menentukan jumlah obat berdasarkan
jumlah obat didinas kesehatan, dimana obat tersebut merupakan merupakan stok obat tahun 2013 yang dihitung berdasarkan kebutuhan obat secara umum di Kabupaten
Karo. Sedangkan informan B mengatakan bahwa :
“Jumlah berdasarkan prediksi penggunaan rata-rata misalnya berapa pemakaian obat pada minggu ini sesuai kasus , maka akan diestimasi untuk
satu bulan ke depan. Prinsip dasar menetukan jenis, jumlah dan dosis obat sama seperti kejadian biasa tetapi yang membedakan adalah tren waktunya.
Dimana kalau bencana perencanaan dilakukan untuk satu bulan” B, 28 Mei 2014
Informan B menentukan jumlah obat berdasarkan jumlah kebutuhan sesuai kasus, tetapi tidak menggunakan prinsip dasar didalam menghitung kebutuhan obat di
suatu wilayah atau pengungsian. Dimana informan menggunakan sistem keadaan normal yang merupakan stok obat yang ada tahun 2013
Kemudian Informan C mengatakan :
Universitas Sumatera Utara
94
“jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan seberapa banyak pengungsi yang datang perminggu”C, 28 Mei 2014
Informan C tidak mengetahui cara menentukan jumlah obat sesuai dengan populasi, dikarenakan informan C akan menyediakan obat berdasarkan konsumsi obat
sebelumnya. Informan C menggunakan sistem penghitungan kebutuhan obat berdasarkan metode konsumsi, tidak menggunakan metode morbiditas.
Informan D mengatakan : “jenis penyakit dan jenis obat berdasarkan kebutuhan atau kejadian yang
terjadi dilapangan Jumlah obat kita mengunakan sistem permintaan satu minggu, dimana kita melihat dari kebutuhan obat sebelumnya. Apabila dalam
waktu kurang dari satu minggu obatnya akan habis maka kita akan meminta lagi ke dinas kesehatan”D, 30 Mei 2014
Informan D menentukan jumlah obat tidak berdasarkan populasi pengungsi yang ada ditempat pengungsian. Informan D menggunakan metode konsumsi yang
dihitung kebutuhan per minggu. Sehingga tidak mengetahui kebutuhan obat berdasarkan jumlah pengungsi dengan pengelompokkan umur
Informan E mengatakan : “Jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan jumlah pengungsi yang ada,
dimana puskesmas payung memiliki pengungsi yang tersebar di dua pos-pos kesehatan “E, 29 Mei 2014
Informan E menentukan jumlah obat berdasarkan jumlah pengungsi yang ada,
sehingga kebutuhan obat terpenuhi untuk pengungsi dibawah tanggung jawab informan.
Informan f mengatakan :
Universitas Sumatera Utara
95
“Jenis dan jumlah kita sesuaikan dengan kejadian yang terjadi dilapangan. Dimana kita memberikan obat hanya untuk satu hari”F, 28 Mei 2014
Informan F menentukan jumlah obat berdasarkan metode konsumsi, dimana dapat dilihat bahwa jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan kejadian yang terjadi
dilapangan.
4.5.3 Menentukan Pedoman Pengobatan